CHAPTER 54

1.1K 88 14
                                    

"Dokter?"

"Aarav?"

"Tania? Kamu kenal nak Aarav?" ibu Ara muncul dari belakang Tania, tante Ara yang Elios kenal sebagai dokter psikolog yang biasanya dia temui.

Tanpa menjawab pertanyaan ibu Ara, Tania bertanya kepada Elios, "Jadi, pacar yang kamu maksud itu...Ara?"

Elios mengangguk sambil menunjukkan wajah bertanya-tanya sebagai siapa dokter tersebut dalam lingkup keluarga Ara.

"Aarav, dia ini adik tante, tantenya Ara," sahut ibu Ara sambil menepuk pelan bahu Tania.

"Ah...Aku baru tahu."

"Tapi, bagaimana kalian bisa saling kenal?" tanya ibu Ara.

Elios menunjukkan wajah pucat, salah satu hal yang ia takutkan mendatanginya. Bagaimana kalau ibu Ara tahu kalau dirinya tidak seperti anak normal lainnya? Apakah ibu Ara akan tetap bersikap seperti biasanya? Bolehkah Elios berharap kalau ibunya Ara juga akan mengikuti Ara yang menerimanya?

Tania juga sempat sangat terkejut, dia tidak bisa mengatakan hal ini akan mudah bagi Aarav. Karena ia tahu, ibu Ara tidak akan mengizinkan mereka bersama. Karena alasan itu.

"Dia anak kenalanku," dengan cepat Tania mengalihkan topik.

Ibu Ara yang sempat bingung, terdiam menatap Tania, lalu sesaat kemudian tersenyum, "Ternyata dunia ini cukup sempit, ya?"

"Hahah, iya."

Elios merasakan ketegangan yang dia rasakan tadi sedikit demi sedikit menurun. Namun, tidak bisa dipungkiri rasa takut itu masih ada.

"Aku mau memanggil Aarav tadi untuk makan kue bersama, ternyata kamu datang tanpa kabar Tania," ucap ibu Ara.

"Kan kamu bilang Ara sakit kemarin."

"Ya sudah, ayo kita makan kuenya ke bawah, Ara tidak perlu dibangunkan, kasihan masih demam."

Elios rasanya ingin segera pergi saja, karena dia merasakan perasaan yang tidak enak. Dan setelah itu, ponselnya berdering.

"Ada apa?" Elios menyahut.

Seseorang dengan suara yang tidak terlalu terdengar bersuara seperti bergumam karena Elios tidak mengeraskan speakernya.

"Sekarang? Tapi..." sepertinya seseorang itu meminta Elios untuk segera pergi mendatangi orang yang menelpon.

"Kenapa Aarav?" tanya ibu Ara.

"Ayahku meminta pulang segera."

"Ah...sayang sekali, kalau begitu tante bungkuskan kuenya, ya? Jangan menolak!"

Elios hanya tersenyum lalu mengangguk, "Aku akan segera pulang," ucap Elios lalu memutuskan sambungan.

.

.

.

Prak!

Berlembar-lembar foto cetak terlempar di meja kerja ayah Elios.

Elios hanya diam, perasaan tidak enak ini memang benar, dia tahu akan terjadi sesuatu.

"Siapa gadis ini?" tanya ayahnya sambil mengetuk-ngetuk salah satu foto Ara yang sedang Nathan peluk dari belakang waktu itu, ketika mereka melihat sunset.

Elios masih tidak menyahut, tangannya mengepal di samping pahanya.

"Aku akan menemuinya."

"Jangan pernah."

"Kalau begitu beritahu aku, dia kekasihmu?"

Elios melirihkan matanya tidak ingin menatap ayahnya yang saat ini sedang menahan murkanya.

INARA AND THEM(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang