Putih bersih. Kalemnya eksterior gaya barat di depan Ethan sangat kontras dengan kalutnya wanita berpiyama abu-abu di teras. Kekhawatiran jelas di wajahnya kala melihat gadis di dekapan Ethan.
"Nic!" serunya sambil berlari mendekat.
"Maaf sebelumnya, apa benar ini kediaman Nicole?"
"Iya. Saya mamanya." Ia kemudian berteriak ke dalam rumah. "Thomas! Nicole sudah pulang!"
Lelaki berpiyama senada muncul dari pintu utama. Sekarang Ethan tahu darimana paras blasteran Nicole berasal.
"Nic kenapa pingsan begini? Kenapa dia pulang sama laki-laki ini, Sandra?"
"Saya Ethan, Om. Tadi ketemu Nicole yang mabuk jadi saya mengantarnya pulang."
"Terima kasih, Nak. Dia ini memang suka bikin khawatir."
Ethan menurunkan Nicole. Dengan sigap Thomas membopong anak gadisnya masuk.
"Hari ini pasti minum-minum lagi, kan?"
"Apa dia sering begitu?"
Sandra mengiyakan, "Terutama dalam situasi tertentu. Kadang malah suka ngamuk atau sedih tiba-tiba. Semakin kesini semakin parah. Sebelumnya tidak terlalu. Emosi. Itu musuhnya."
"Maaf. Apa Nicole pernah coba konsultasi ke psikolog atau psikiater?"
"Apa? Dia masih waras, Ethan! Mungkin dia cuma kesulitan mengendalikan emosinya."
Lagi-lagi stigma itu, batin Ethan jengah.
"Ke psikiater bukan berarti gila, Tante. Faktanya sebagian besar hanya sakit."
"Apa dengan begitu Nicole bisa mengontrol emosinya lebih baik?"
"Harapannya begitu." Si ibu nampak merenung sejenak.
"Baiklah, demi kebaikan. Besok aku ak-"
Ethan menunjukkan gambar kartu nama klinik dengan ponselnya. "Kalau Tante mau, klinik kami dengan senang hati membantu."
Ini sudah panggilan profesiku, sih. Tapi dilihat-lihat, kenapa aku jadi seperti SPB¹?
"Rupanya kau sendiri seorang psikiater, ya. Kalau sampai menyarankan begitu, berarti pasti kau melihat sesuatu yang salah padanya, kan?"
"Mungkin hanya prediksiku saja. Kalau sudah terjadi sejak lama, kurasa sikap temperamental Nicole bukan sesuatu yang wajar. Takutnya kalau disepelekan akan jadi masalah."
"Sebelum apapun, aku masih tidak mengerti bagaimana Nic yang mabuk bisa pulang dengan kau yang jelas tidak mabuk-mabukan?"
Kalau boleh, Ethan ingin sekali lari.
Tentu aku tidak menariknya semata-mata karena itu. Tapi karena ...
"Ethan? Ada yang kau sembunyikan? Dia membuat masalah untukmu?"
"Tidak. Tadi Nicole ..."
"Something's up, right?"
Berbohong juga tidak ada gunanya.
"Aku memergokinya bersama omku di hotel. Sebenarnya, alasan aku membawanya itu kar-"
"God. Jangan bilang apa yang kupikirkan saat ini benar."
"Tadinya, mereka akan menghabiskan malam bersama. Dan kayaknya, ini bukan pertama kalinya."
Lalu seisi dunia Sandra seperti akan runtuh saat itu juga. Kacau balau. Ia suka kejutan, tapi yang kali ini jelas tidak masuk salah satunya. Laki-laki berkemeja biru pucat itu membungkuk sekilas lalu mengucapkan salamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Borderline
RomanceNicole Artemisia Thompson didiagnosis menderita kelainan mental. Katalisnya Ethan Huang, psikiater yang menariknya ke Klinik Kesehatan Jiwa Nirvana malam itu. Bukannya berhasil membuat Ethan menyerah, si model belia malah terjerumus dalam labirin ke...