35| Dongeng yang Keliru

22 2 0
                                    

“Ju?”

Julian menoleh cepat tatkala mendengar derit pintu. Et.

Dengan natural, dipindahkannya ponsel dari telinga ke saku. Menaikkan dagu pada sosok lainnya yang barusan melepaskan gandengan tangannya. Ethan mengangkat travel bag di atas kasur.

“Biar kubawakan barangmu. Satu ini aja?”

“Kau tidak bilang akan datang?” Julian memijit pelipis, “Umm‒Hello, Nic.

Julian mengetes ombak terhadap calon pasiennya itu. Mereka dijadwalkan bertemu dalam konseling adaptasi pertama kalau insiden kecil ini tak terjadi. Nicole menjulurkan lidah setelah melafalkan ‘panggilan sayangnya’. Sepertinya sudah menerima pengalihan dokternya. Julian bernapas lega.

“Tentu saja aku datang! Kau kayak baru kenal aja.”

Anyway, are you on call just now? Apa kami mengganggu?”

Julian membersihkan tenggorokan lalu melempar pandangan ke sembarang arah. “Justru itulah kenapa aku harus minta maaf sudah merepotkan kalian. Sebenarnya, aku ada janji penjemputan dengan seseorang dan dia pasti akan marah besar kalau mendapati kamar ini sudah kosong.”

“Seseorang? Cewek-kah? Sepertinya kau tidak pernah cerita padaku tentang 'seseorang' ini, Ju?”

“Jangan kecewa begitu. Kau sudah pernah bertemu dengannya, Et.”

“Kau berencana membuatku penasaran rupanya. Puluhan tahun bersahabat, akhirnya harus mengalah dengan seseorang ini?” omel Ethan meletakkan tas. “Dia pasti spesial sekali buatmu ‘kan?” Dasar cerewet.

“Bisa jadi?” Julian mengangkat satu alis ke arah Nicole. Membuat gadis itu tersentak pemikirannya sendiri.

“Cukup cemburu-cemburuannya, Et. Sebaiknya kita pergi. Lagian, katamu ada pasien habis ini. Janji adalah janji ‘kan, Dok?” cerocosnya, “See you, Ju!”

Julian melambai sekilas ketika Nicole menyeret Ethan tanpa persetujuan. Dasar pasangan aneh, batinnya. Ia langsung memeriksa ponsel yang tadi tidak dikuncinya. Tentu saja sudah terputus. Cih, kenapa jadi irasional begini?

●●●

Nicole nyaris melompat. Seandainya mungkin, rahangnya pasti sudah menggelinding di lantai koridor. Ia yakin pemilik mata yang beradu dengannya kini merasakan hal yang sama.

“Yvaine?” Suara Ethan memecah kecanggungan.

Keduanya tidak menyangka akan bertemu sekarang. Disini. Apalagi setelah kasus skandal itu. Si rambut merah muda nampak terburu-buru.

Sepanjang hidupnya, Yvaine sudah melalui berbagai macam kejadian. Dari menjadi model katalog online shop hingga gadis pembawa hadiah game show sudah dijajakinya. Bahkan ia rela memungut peran utama serial kontroversial untuk melejitkan namanya. Yvaine selalu berhasil menebalkan muka.

Lantas mengapa ketika dihadapkan pada kilasan cahaya di bola hazel itu, rasanya urat malunya langsung bekerja optimal?

“Mungkinkah—”

Yvaine mengabaikan Nicole. Diambilnya rute yang baru saja Nicole tinggalkan. Wajahnya merengut. Mahkota rose gold-nya yang diikat tinggi bergoyang angkuh ketika pundak mereka tak sengaja bersenggolan.

Ethan mengikuti arah pergerakan Yvaine. ”Sejak kapan mereka berdua ….”

Bersamaan dengan itu, benak Nicole dikaburkan oleh keping-keping memori. Mengejek kinerja otaknya yang sedari tadi terlalu lamban.

BorderlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang