40| Raja dan Pangeran

12 2 0
                                    

Beberapa minggu sebelum sidang terakhir dilaksanakan, akhir Mei.

Setelah laporan Thomas dinyatakan sah untuk disidangkan, Reyhan resmi menyandang status tersangka. Dengan mengantongi izin dari kepolisian dan didampingi seorang utusan berkaos oblong yang sekarang mengawasinya dari jauh, Reyhan akan berada di AS selama dua hari untuk urusan serah terima bisnis sementara ia menjalani proses hukum. Terpujilah pengacara mahal yang membantunya.

Julian menawarkan diri untuk mengantarkan lelaki yang SIM Indonesianya sudah tidak berlaku.

Ibarat baru membuka gerbang, masih jauh sekali perjuangan mereka untuk mengetahui dakwaan final hakim. Kemungkinan bagi Reyhan untuk menjadi tahanan kota apalagi bebas bui adalah nol besar. Namun agaknya periode staycation-nya di 'Hotel Prodeo' akan sering diremisi karena denda yang sudah pasti akan dibayarkan penuh di muka dan faktor pemaaf sakral khas hukum Indonesia. Katakanlah, rahasia umum.

Pengeras suara bandara barusan mengumumkan keterlambatan maskapai penerbangan tujuan Amerika. Reyhan memberi kode pada Julian dengan menunjuk sisi jendela kaca dengan dagunya.

“Ju, kau pasti sangat membenciku, kan?”

Keduanya menonton pesawat yang parkir dekat gedung tengah dipasangi belalai.

“Brengsek kau, Rey,” jawab Julian, “Tapi sekarang aku melihatnya. Kau menyayanginya. Sebelum aku menghajarmu dan membuat semua usahaku sia-sia, lebih baik kita semua fokus menghadapi masa depan saja.”

Reyhan tidak tahu apa yang lucu dari perkataan Julian sampai membuatnya tertawa kecil. “Kalau dipikir-pikir, pasti sulit menyusun semuanya sendiri dari balik layar 'kan?”

“Aku anggap itu pujian,” kata Julian datar maksimal.

●●●

Julian tidak akan melupakan serangan jantung semu yang menyerangnya di ruang konseling Ethan dua bulan yang lalu.

“Kurang ajar,” umpat Ethan waktu itu.

Kerongkongan Julian mendadak kering kerontang. Amarah memenuhinya. Ia mengenali pemeran laki-laki dalam video. Tidak pernah sekalipun dalam pikirannya terbesit bahwa kakak yang diceritakan Nicole adalah Reyhan, sepupu yang lama tidak ia jumpai.

Maka dimulailah babak kehidupannya yang dipenuhi kegilaan tersembunyi.

Julian mundur beberapa langkah. Disambarnya gelas Ethan yang setengah terisi.

Air. Ia harus menetralkan pikirannya. Jangan sampai Ethan mengetahui perubahan emosi ini.

TAK. TAK. TAK. TAK. CETEK!

TAK-TAK-TAK!

Berisik.

Julian menelusuri sumber bunyi menyerupai detak jarum jam yang akan segera membuatnya gila. Ia merasa seperti ditunggu untuk melakukan sesuatu yang ia sendiri tidak tahu harus mulai dari mana.

Buru-buru dirampasnya pulpen yang Ethan pegang. “Et, tenangkan dirimu. Kalau begini, kau tidak akan bisa menenangkan Nicole.”

“Aku tidak akan memaafkan laki-laki ini.”

Sial kuadrat. ‘Terkutuklah kau, Reyhan Gasendra!’ Itu kalimat yang terus diucapkan Julian dalam hati, bahkan sampai ia bertemu Yvaine di depan gedung GlitterEnt..

“… Terus, kau akan melaporkanku ke polisi? Atau menyebarnya ke publik biar aku kehilangan semua yang kumiliki dengan caraku?”

Tatapan berapi-api Yvaine melengkapi kekusutan otak Julian. Keadaan selalu menjepitnya di tepat di titik median semua masalah. Seolah-olah Julian adalah kutub positif yang menarik kutub negatif magnet. Apalagi Nicole memang tidak akan menyukai ide seseorang sok inisiatif ketika dia sudah melarang untuk melakukan apapun. Kayaknya, Julian baru saja menjadikan mantan pacar Kent pelampiasan atas kebingungannya. Bisa-bisa hubungannya dengan Reyhan terbongkar sebelum ia sempat menemukan jalan keluar!

BorderlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang