33| Transactional

18 2 0
                                    

“Dokter besar tau kau pasti akan menolak.”

Julian menghitung mundur dalam hati. “Sudah pasti ‘kan!? Aku tau persis keadaan Nicole saat ini, Ju. Dia membutuhkanku.” As expected.

“Aku juga bilang begitu tapi keputusan papamu sudah bulat, Et. Kau tau apa yang ditakutkannya,” pungkas Julian.

Countertransference ‘kan? Tanpa diberitahu pun Ethan tahu.

Padanan transferensi yang bisa menjebak Nicole dalam perasaan cinta dan ketergantungan pada Ethan--Favorite Person-nya. Menjadikannya sumber kebahagiaan dan validasi tunggal. Sometimes-savior-sometimes-monster cycle. Ethan bisa saja menjadi oversuportif dan bertindak mengikuti trauma-trauma pribadinya menuju jalan nyaman yang buntu.

Ethan hanya tidak siap akan reaksi Nicole. Soal countertransference, ia yakin perasaannya melampaui malpraktik terapeutik. Apa mengganti dokter Nicole segenting itu? Sampai-sampai Sophian baru mengabari melalui Julian setelah memulai prosesnya sepihak.

“Kau janji akan menyembuhkannya ‘kan?” tanya Julian membuat Ethan terhenyak.

This double role of yours could take a toll on her counseling.” Lelaki kaku itu masih bersandar di meja. “In accord?

Ethan menghela napas kasar. “Very well, Mr. Perfect.”

“Et,” peringat Julian sedikit terkontaminasi pernyataan sobatnya.

Ethan masih ingin jadi satu-satunya orang yang Nicole andalkan. Tetapi, kalau itu artinya Nicole hanya akan baik-baik saja ketika bersamanya, Ethan tidak mau. Dia harus bahagia karena kemauannya sendiri.

“Aku akan bicara dengan papa. Lagian, dokter besar sendiri yang melangkahi prosedur pergantian dokter ‘kan? Sebagai dokter kepala yang baik, ada protokol yang harus kujaga.”

Senyum tipis dan anggukan kecil mengantar kepergian Ethan.

●●●

“Papa assign Julian untuk kasus Nicole. Julian pasti sudah bilang dia menemui Ibu Sandra selaku wali Nicole kemarin. Mereka dekat ‘kan?” kata Sophian tenang.

“Kalau terlalu tiba-tiba, di tengah skandalnya, ada kemungkinan keadaannya akan memburuk dari titik awal. Papa harusnya paham itu.”

“Hubungan tidak jelas antara profesional atau pribadi ini tidak akan membawa kalian kemanapun. Kau pikir papa tidak memerhatikanmu?” Ia menjeda. “Ethan yang papa kenal tidak melakukan hal-hal aneh. Satu lagi, dia tidak meragukan dan membantah orang tuanya.”

Ethan yakin ayahnya punya semacam agen intel.  “Papa tidak mengerti.”

“Yang mengerti kenapa kejadian memalukan kemarin terjadi tentu bukan papa. Memangnya kau punya solusi lebih baik? Kacamata medis,” tekannya.

“Punya.” Ethan mendebat mantap. “Sebagai dokter kepala, pendapatku dipertimbangkan. Kurasa?”

Sophian tertegun melihat kilat api di mata putranya. Detik itu juga ia langsung mengerti. Ethannya sudah dewasa. Disembunyikannya haru dan sedih yang menghantam.

“Waktumu sampai proses penyesuaian selesai. Kalo ujungnya tidak sesuai harapanmu, setidaknya papa pernah memperingatkanmu. Jadi, jangan salahkan papa.”

Maaf, Pa. Aku bukan anak yang bisa papa kurung dalam sangkar emas papa lagi.

“Papa takut aku terluka? Mengecewakan?” Akan kubuktikan. “Tenang saja. Kali ini aku tidak akan merepotkan.”

Mahakarya yang cacat bukan berarti tak ada bagusnya.

Dengan itu, punggung Ethan hilang di balik pintu.

BorderlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang