22| An Affair

34 12 0
                                    

'Besok sore' akhirnya datang.

Nicole tengah memasang jepitan rambut bergambar bintang ketika kedatangan mobil Arik mengagetkannya. Buru-buru ia masuk sebelum ada yang melihat Arik menjemputnya di gedung agensi.

"KAK NICOLE~ Nggak lupa jepitan couple-nya, kan?"

Nicole menoleh ke malaikat kecil di kursi belakang. Aiko, putri Arik dan Elina. Entah ini sudah kali berapa mereka bertemu. Pastinya, Arik berbohong mengenai identitas Nicole. Sepaham Aiko, Nicole merupakan klien sekaligus teman lama yang amat dekat dengan ayahnya. Untungnya Elina tidak pernah berpikir untuk mengatur pertemuan. Senang asal Aiko senang.

"Inget dong~ Nih, liat," pamer Nicole, "Lucu 'kan?"

Senyum ceria Aiko selalu bisa menjadi obat bagi kepenatannya. Rencananya mereka bertiga akan makan bersama sebelum mengantar Aiko menginap di rumah neneknya.

"Pa, Ai mau pizza!" seru Aiko tiba-tiba.

"On the way!"

Sepanjang perjalanan dipenuhi canda. Mobil melenggang cepat, secepat Nicole lupa tujuannya menemui Arik.

●●●

Nicole membiarkan Aiko menyantap apapun yang ia mau.

"Papa! Yang itu jangan diabisin," kata Aiko menunjuk seloyang pizza tuna dengan mulut penuh, "Bagi Kak Nicole, dong!"

"Ai, kunyah dulu," tegur Nicole, "Iya, nih. Om Arik rakus. Nggak bagi-bagi."

Ayah Aiko mendengus sekilas sebelum memainkan sepotong pizza yang tertancap di garpunya. "Brum-brum! Pesawat meluncur! Aaaa~"

"Kok brum, sih? Emangnya mobil?" Nicole terbahak.

Arik akan melakukan apa saja untuk mendengar gelak tawa dua perempuan itu, termasuk melanjutkan lawakannya tanpa memedulikan tolehan aneh dari meja sebelah.

"Pesawat mengisi bahan bakar." Dicocolkannya sambal sebanyak-banyaknya. "Segera mendarat di bintang terdekat, Bintang Nicole. Whoosh!"

Si model belia menerima suapan meski tahu Arik berniat mengotori pipinya dengan sambal.

"Ai, kan, juga punya bintang! Pilih kasih!" rengek Aiko.

Si anak menekuk bibir, bahkan sengaja memegang-megang jepit kecil di kepalanya. Arik dan Nicole saling tatap sebelum tertawa geli melihat tingkah bocah itu.

"Maaf wajahmu jadi kotor." Arik mengelap sudut bibir Nicole.

Gadis itu menggangguk mengerti. "It's fine, Ar."

Nicole kemudian memutar-mutar segulung spaghetti di hadapan Aiko. "Landasannya mana? Roket mendeteksi Bintang Aiko. Ngiingg~," katanya menirukan suara mesin.

Ketika Aiko menyambutnya antusias, sebuah nyeri yang tak bisa dijelaskan mendadak singgah di hatinya. Semua ini mengingatkannya pada masa kecilnya bersama Angela.

Ah, mamanya Aiko itu 'kan Tante Elina. Apa aku sudah lancang meminjam senyum ini darinya tanpa izin?

Layar ponsel menampilkan notifikasi percakapan baru. Arik mengabari bahwa mertuanya telah menunggu.

"Ama sudah pulang? Asyik~"

Nicole berusaha menutupi nyeri yang kembali timbul dengan senyum simpul. "Kalo mau cepet pulang, fokus makan dulu. Oke?" Diusapnya pucuk kepala Aiko.

Untuk sesaat, ketiganya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Saat spaghetti-nya habis, Nicole menggores corak abstrak di piring kosong. Dipandanginya figur polos di sampingnya sebelum menendang kaki Arik.

BorderlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang