6| An Angel

58 38 14
                                    

Separuh hati Nicole.

Dia itu separuh kehidupan Nicole.

Nicole berusaha sekuat tenaga untuk tidak pingsan. Pupilnya mengecil, ini seratus kali lebih menakutkan dari semua film horror yang pernah ditontonnya. Setelah berhasil menyeret diri mendekati kaki yang digantungi label bertulisan Angela Thomas, pertahanannya rubuh begitu saja.

“Mom, jangan tinggalkan Nicole!”

Masih sangat jelas hangat pelukan Angel pagi tadi. Tubuhnya membagikan wangi parfum vanila kesukaannya. Dia berpesan, Nicole putri kesayangannya harus semangat belajar supaya bisa jadi berguna dan membanggakan. Siang harinya, Angel bersama segala kehangatannya pergi tanpa sempat pamit untuk terakhir kalinya.

Angel yang pamit dengan blazer formalnya menyapa Nicole dan Thomas dengan kain putih penutup jenazah. Menurut penjelasan Sandra, dia dan sahabatnya itu sedang menyeberang ke restoran dekat kantor untuk makan siang saat sebuah mobil yang tidak terdeteksi identitasnya menabrak dan melindis tulang belulang Angel. Sampai jasad Angel menjadi abu nanti, pelaku masih menghirup udara bebas. Naas.

“Mom cuma tidur, kan, Dad?”

"An, bagaimana mungkin aku sanggup kalau kau meninggalkanku sendiri begini?"

"Mom akan bangun lagi, kan?"

Aku tau itu hanya harapan semu.

Thomas membelai pipi mulus Angel lalu berbisik, "Aku akan merindukanmu, An."

Ada luka memar hitam di sudut kepala mom. Matanya merapat menahan pedih. Gadis yang masih mengenakan seragam putih biru barunya meraih lengan Angel berniat memeluknya. Sayang seribu sayang, bukan kehangatan lagi yang ia temukan, melainkan beku akibat pendingin kamar mayat.

Saat kejadian--dengan bantuan warga--, Sandra segera menghubungi rumah sakit untuk membawa tubuh Angel yang berlumuran darah. Ia hanya bisa menangis histeris ketika mengabarkan berita menyakitkan itu kepada atasan sekaligus sahabatnya, Thomas, yang kemudian memintanya memberitahu Rendra bahwa ia akan menjemput Nicole secepatnya. Meskipun enggan, Sandra tetap menelepon mantan suaminya itu, kepala sekolahnya Nicole. Iya. Dulu memang dirinya yang merekomendasikan Angel menyekolahkan Nicole di sana.

Sandra sendiri kembali ke kantor setelah Thomas dan Nicole sampai di rumah sakit.

Kehadiran Pak Rendra di depan pintu kelas. Penjelasan Pak Rendra setengah jam lalu. Dad mengebut. Semua masih terbayang di benak Nicole.

“Permisi, Pak. Apa jenazah sudah bisa kami tindaklanjuti?” tanya seorang penjaga kamar mayat membuyarkan nestapa nostalgia mereka.

Thomas mengangguk. “Nic, kita pulang, ya?”

Beberapa hari kemudian Nicole baru mengerti kalau Angel dibawa untuk visum dan prosesi kremasi oleh pihak keluarga asalnya.

Hari-hari setelahnya berjalan dengan sangat lambat dan memilukan. Thomas menjadi murung dan kehilangan selera untuk melakukan apapun. Untungnya pihak kedutaan memahami kondisinya dan mengizinkannya bekerja dari rumah untuk sementara waktu, mengingat ia harus merawat Nicole yang baru masuk SMP. Sebagai sekretaris alias asisten Thomas, Sandra kerap mampir untuk mengantarkan berkas pekerjaan dan memeriksa keadaan Thomas. Sahabatnya itu memberikan penguatan dan perhatian untuk mereka berdua.

Nicole masih muda tapi ia tidak buta. Ia dapat melihat dengan jelas rona kebahagiaan yang perlahan kembali ketika ayahnya menghabiskan waktu dengan rekan kerjanya itu. Thomas telah jatuh cinta untuk yang kedua kalinya.

“Nic, kenalin ini Reyhan. Anaknya Tante Sandra. Cuma tua dua tahun darimu.”

Nicole ingat sekali betapa senangnya Thomas ketika tahu bahwa dia dan Reyhan cepat akrab.

BorderlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang