Trigger Warning
⚠️ blood ⚠️
—
「 "Hope we don't meet again." 」
—
HAL yang membuatku berakhir mengutuk diri sendiri adalah, ketika aku memilih membahayakan diri dengan memasuki gang gelap yang sebenarnya bisa menjadi jalan pintas menuju rumahku.
Selama ini aku selalu menggunakan jalan memutar setelah mendengar banyak cerita tentang adanya penjahat mesum atau pencopet yang menunggu di sana untuk berburu korban. Perempuan maupun laki-laki. Sejak tahu itu, aku tidak pernah sekalipun merambah tempat tersebut.
Tapi kali ini, aku beranikan diri memasukinya setelah melihat kejadian yang sungguh mengejutkanku.
Seseorang di dalam sana baru saja diserang dan langsung ambruk. Si penyerang bahkan langsung meninggalkannya terkapar begitu saja. Jantungku seketika berdebar takut mengingat sempat melihat sesuatu berkilau menikamnya.
Aku tahu ini perbuatan terlampau nekat. Tapi aku tidak dapat berdiam diri terlebih kemudian melihat si korban dari dekat.
Dia berdarah sangat banyak!
"Tuan!"
Darah merembas dari perutnya. Tangannya yang menekan di sana pun sudah berwarna merah. Dia mengerang kesakitan membuatku semakin panik.
"Bagaimana ini? Kau terluka sangat parah! A-aku akan panggilkan ambulans! Tolong bertahan!"
"Jangan!"
Aku hampir membuka tasku ketika suara beratnya mengucap tegas. "Tapi—"
"Pergi! Jangan pedulikan aku!"
Sejenak aku bergidik ngeri. Suara beratnya terdengar menakutkan. Meski hanya ada lampu yang terlalu remang, aku masih melihat tatapannya begitu mengintimidasi.
Baru kusadari dia berambut merah menyala. Mempertegas rupanya yang begitu tajam dan menyeramkan terlebih sudah dibubuhi banyak luka.
Mungkinkah dia orang jahat?
Seharusnya aku melarikan diri saja.
Tapi aku justru merogoh tasku demi mengambil sapu tangan yang biasa kubawa. Demi menekan perutnya yang terus mengalirkan darah dengan hati-hati. Tangan-tanganku sampai gemetaran, takut akan semakin menyakitinya.
"Izinkan aku mengobatimu. Kau berdarah sangat banyak jadi harus segera dihentikan. Kau masih sanggup berjalan? Rumahku tepat di seberang ujung gang ini."
"Aku bilang pergi!!"
"A-aku tidak bisa meninggalkanmu dalam keadaan begini! Bagaimana jika kau mati? Kau mau jadi hantu penghuni gang ini dan membuat tempat ini semakin terlihat buruk?!"
"Aku tidak akan mati semudah itu. Pergi!"
"Malaikat pencabut nyawa mungkin akan langsung menghampirimu karena berani menantangnya," sarkasku sebelum meraih tangannya. "Berdiam diri saja justru akan membuatmu kehabisan darah. Kau juga harus segera pergi dari sini sebelum orang jahat tadi menghampirimu lagi."
Aku pun mencoba membantunya berdiri. Mungkin dia membenarkan ucapanku sehingga mau mengikuti tuntunanku. Aku berusaha memapahnya dan harus berhati-hati lantaran mendengarnya terus merintih kesakitan.
Setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya aku melewati gang ini karena masalah darurat.
"Tolong bertahan. Sedikit lagi akan sampai," ucapku mulai terengah-engah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Red Hair Man
Fanfiction[The Wattys 2022 winner - Fanfiction] Berawal dari rasa simpati dan kenaifanku, membawaku ke dalam kehidupan pria berambut merah yang penuh akan bahaya. Berkatnya, aku menyadari bahwa dunia ini ternyata jauh lebih mengerikan dari yang kulihat dan ku...