H E L L O !👋
~ H A P P Y R E A D I N G ~
***
Di dalam kisah buku novel berjudul, Blossom. Si pemeran utama wanita dikenal sebagai sosok yang galak, ketus, dan selalu bersikap teliti dalam artian, perfectionist. Selain pemeran utama wanita, ada juga pemeran utama pria yang dikenal ramah, murah senyum, dan juga baik hati.
Kisah keduanya semakin terasa lengkap dengan adanya perbedaan sifat yang mereka miliki untuk saling mengisi kekosongan satu sama lain. Kisah itu tak akan terasa manis kalau tidak ada pihak antagonis dan penengah. Di mana peran si antagonis yang akan selalu menyulut emosi.
Selain suka mencari masalah, si antagonis juga suka mencari perhatian. Tapi entah kenapa, Acha menyukai sosok antagonis itu. Mungkin karena kebanyakan membaca cerita fantasi beralur transmigrasi, Acha jadi mengkhayal seakan-akan dirinya menjadi si antagonis lalu merombak habis seluruh alur yang sudah tertata.
Saat kelopak matanya terpejam lalu kembali terbuka, keajaiban tiba-tiba menghampiri dirinya. Acha terbangun ditempat yang sangat asing tapi sepertinya, Acha mengenal tempat di mana dirinya berada sekarang. Dengan teliti, Acha menatap sekelilingnya lalu terhenti pada sebuah bingkai foto.
Sepertinya, Acha mengenali siapa dua orang di foto itu. Dari perbekalan ingatannya, lelaki yang tengah merangkul si perempuan itu memiliki ciri-ciri yang mirip dengan ciri-ciri yang pernah dirinya baca. Tapi dirinya baca dibuku mana tentang ciri-ciri dua orang itu?
"Mata kehijauan dengan rambut coklat sedikit gelap, rahang tegas, kulit putih sedikit gelap, bibir tebal warna merah cherry, tatto di bagian lengan—tunggu! Tatto? What?!"
Acha meneguk kasar air liurnya seraya bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju meja belajar dimana foto itu berada. Dengan tangan sedikit gemetar, Acha meraih bingkai foto itu lalu memperhatikan lebih jelas tentang kedua manusia yang tengah tersenyum ceria dari balik kertas foto itu.
"Gue enggak mungkin salah, dia .... Dia bukannya pemeran utama cerita Blossom? Siapa namanya, emm si─ ah, si Maxime. Terus di sampingnya, si .... Siapa ya namanya? Kalo enggak salah, ciri-ciri dia itu pernah dimunculkan di beberapa bab tapi gue lupa di bab berapa."
Tanpa sadar, Acha menjitak keningnya sendiri. "Bangun Acha! Mimpi lo terlalu nyata, bisa-bisa gue mager bangun lagi nih." Gerutunya sambil terus memukul keningnya.
"Cukup! Otak mungil gue bisa semakin ciut kalo dipukul terus," Dia meracau sambil menaruh kembali bingkai foto itu keatas tempat yang semula.
Merasa belum puas dengan mimpi yang terasa nyata ini, Acha pun kembali mengitari sebuah kamar yang sangat mewah dan luas itu sampai langkahnya terhenti saat dirinya melihat sebuah buku catatan yang ada dilantai.
Tanpa pikir panjang, Acha duduk lesehan dilantai lalu mengambil buku itu. "Ini kan mimpi gue, berarti semuanya punya gue. Sip lah, enggak usah pake izin-izin kalo gitu." Gumam Acha seraya membuka buku catatan itu.
Di lembar pertama, Acha kembali melihat tentang foto dua anak manusia yang terlihat tengah tersenyum bahagia menatap kearah kamera. "Aku dan Kakakku," Ucap Acha sambil membaca sebuah tulisan dibawah foto itu.
Isinya tertulis,
Nama aku, Mildreda Acchariya Dizon dan Kakakku namanya, Maxime Valentino Dizon. Umur ku sekarang 10 tahun dan Kakakku 12 tahun, kami hanya berbeda 2 tahun, hehe.
Mild sayang banget sama Kakak Maxi! Pokoknya Kakak Max segalanya buat Mil!!
Tanpa sadar, Acha menarik kedua sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman tipis. Ah, kenapa dirinya malah merasa iri? Iri karena dirinya terlahir sebagai anak tunggal yang selalu kesepian karena tak memiliki Adik ataupun Kakak.
Di lembar kedua, tulisan tangan itu mulai terlihat semakin rapih dan juga indah. Isinya,
Dear, hari ini.
Saat disekolah tadi, aku melihatnya tertawa bersama teman-teman nya lalu aku ikut tertawa karena ikut merasa bahagia. Awal-awal, semuanya berjalan biasa saja sampai tibalah waktu yang aku benci.
Dia memiliki kekasih yang menjadi prioritas nya, lalu dia melupakan aku. Aku tidak mau dilupakan, aku mau dia terus mengingatku.
Dia, Kakak ku. Maxime.
Kening Acha mengernyit bingung, kalau dilihat dari tahun yang tertera, berarti si Mildreda ini pertama menulis saat umur 10 tahun lalu kembali menulis diumur seusia anak SMP akhir. Cukup lama juga ya buku ini menganggur tanpa tulisan dari pena.
Saat hendak membuka lembar selanjutnya, Acha dibuat tersentak kaget saat pintu kamarnya dibuka tiba-tiba. Acha menolehkan kepalanya lalu mengernyit menatap bingung seorang wanita paruh baya berpakaian selayaknya pelayan. "Ya Tuhan, Nona! Kenapa Anda bisa ada di bawah?!"
Kening Acha berkerut, siapa wanita paruh baya asing yang lancang menyelinap ke dalam mimpinya kali ini? Dia pun mendengus, "Mimpi-mimpi gue. Suka-suka gue dong mau duduk di mana pun, duduk di atap juga boleh."
Yang membuat pelayan menutup mulut terkejut, bukan hanya karena ucapan kasar Acha tapi juga mengenai. "Nona astaga! Akhirnya Nona mau kembali berbicara."
Kedua kelopak mata Acha mengerjap beberapa kali, "Hah?"
Kapan mulut bawel gue mau vakum dari kegiatan yang berinisial ngomong. Aneh nih, batin Acha terheran-heran.
"Nona─ saya bantu Anda untuk naik ke atas ranjang lalu saya akan menghubungi Dokter Lee," entah mengapa, Acha patuh begitu saja. Gadis yang biasa bar-bar itu seakan memang tidak bisa bergerak leluasa, dia di bantu pelayan untuk naik ke atas ranjang. "Nona tunggu sebentar, biar saya telepon Dokter Lee untuk segera datang kesini."
Selepas kepergian pelayan itu, Acha kembali dibuat terheran-heran karena dirinya merasa, ini seperti bukan mimpi. Mana mungkin mimpi terasa seperti benar-benar terjadi nyata, bahkan Acha merasa ini bukanlah mimpi. Tunggu—
"Bukan mimpi? Terus gue dimana?!" Pekik Acha yang refleks langsung melompat dari atas ranjang.
Bertepatan juga dengan pelayan itu yang datang, mata pelayan itu memelotot kaget saat melihat anak majikannya yang kini berdiri bahkan meloncat-loncat tidak jelas. "Nona .... Sejak kapan Nona bisa kembali berjalan?"
Mendadak, gerakan meloncat Acha terhenti dan langsung menoleh kearah pelayan itu. "Hah?"
Ini kenapa Acha merasa seperti dirinya mendadak jadi bego? Acha tahu kok, otak nya memang sangat mungil dan sulit menampung sesuatu yang berat juga menyusahkan. Tapi kan, dirinya tidak bego hanya sedikit bodoh saja.
"Nona, ini benar-benar keajaiban dari Tuhan yang sangat istimewa! Anda akhirnya bisa bicara kembali dan juga bisa berjalan." Ucap pelayan itu dengan berderai air mata.
"Apaan sih maksudnya? Bisa bicara? Gue emang bisa ngomong anjir dari lahir bukan dari tadi! Jalan? Jangankan jalan, kayang aja gue bisa!"
***
Mari nikmati karya keduaku. Jangan lupa tinggalkan jejak.
Chera sayang kalian♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes I'm Acha (On Going)
FantasyRevisi. Acha Basilia Eldora, gadis cantik dengan segala kebar-barannya dan juga mulutnya yang asal ceplos. Acha memang memiliki wajah yang cantik namun sayang, kapasitas otaknya begitu minim. Tapi tenang saja! Yang namanya Acha pasti akan selalu per...