38 | Yes I'm Acha

1.5K 66 9
                                    

Setiap malam datang, Acha kebanyakan melamun saat Arlan pamit pergi yang katanya ingin mengurus beberapa pekerjaan. Sekarang sudah pukul 5 sore, Acha bosan di rumah. Dia pun mengambil salep, mengoleskan ke beberapa lukanya untuk yang terakhir kali karena memang sudah hilang semua bekas lukanya.

Setelah itu, barulah Acha mengambil kaos oversize yang dia gunakan untuk melapisi tank top hitamnya, setelah itu, Acha pergi menggunakan taksi seperti biasanya.

"Kita mau kemana, Mbak?"

"Ke taman aja, Pak."

Taman terdekat sudah sampai, Acha membayar argo dengan jumlah yang lebih, lalu berjalan keluar mobil, mengelilingi taman sampai kehadiran seorang bocah membuat bibirnya berkedut menahan senyum. Tubuhnya yang gemuk tengah mencoba berjongkok, mengambil dedaunan sampai akhirnya, terjengkang jatuh.

Acha refleks tertawa, sembari membantu bocah gemuk itu untuk berdiri. "Sayang, tidak ada yang sakit kan?"

Matanya bulat cerah dengan bola mata hitam, dia pun mengerjap beberapa kali. "Ndak ada, acih, Tata."

"Sama-sama, sayang."

Tak lama kemudian, seorang wanita dengan perut besarnya datang tergesa-gesa. "Astaga, Kenan! Untung kamu tidak hilang,"

Oh, mungkin Ibunya. Acha berpikir di dalam hatinya, "Saya sampai tidak sadar kalau ada kamu. By the way, terima kasih banyak ya karena sudah menolong anak saya."

"Oh iya, sama-sama, Mbak."

Awalnya Acha ingin pamit saja, tapi Ibu si bocah gemuk malah mengajaknya untuk nyemil sore bersama-sama. Mereka juga lumayan akrab, satu karena Acha yang memang ekstrovert, jadi bukan sesuatu yang susah untuk dirinya berbaur dengan hal baru atau pun orang baru.

"Nama saya, Riana. Nama kamu siapa?"

"Saya Acha, Mbak."

Keduanya saling ngobrol, membicarakan hal random sampai kepada kelucuan Kenan. Tak lama, Acha menanyakan berapa usia kandungan Riana. "Sudah bulannya, tinggal menunggu hari saja."

Ketika tengah asik bercengkrama, Kenan menangis karena ingin buang air besar, Riana pun pamit pergi bersamaan dengan seorang pria berpakaian rapi yang berjalan tergesa-gesa sampai tidak sengaja menabrak Acha. Sebab tidak siap, Acha pun hampir jatuh jika saja pinggangnya tidak pria itu tahan dengan satu tangannya.

"Astaga, maafkan saya." Laki-laki itu tersadar, melepaskan Acha dari pelukan tangannya sembari meminta maaf.

"Enggak apa-apa,"

Acha menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, membiarkan laki-laki itu pergi karena katanya ada urusan mendesak. Baru saja ingin mencari taksi online, mata Acha langsung menangkap siluet yang sangat di kenalnya. Acha memelotot kan matanya, melihat Arlan yang duduk di kursi tengah sebuah mobil dengan kaca jendela di turunkan serta matanya yang menatap dingin ke arah Acha.

Mampus!

Wanita itu berjalan cepat menemui Arlan, duduk di samping sebelum Arlan menekan tombol di mobilnya, membiarkan sekat membatasi pandangan sopir dan kursi bagian tengah. Setelah itu, Arlan mengubah tampilan kaca menjadi gelap, dia juga menekan tombol lain hingga sandaran kursi berubah menjadi seperti kasur.

"Ar," Acha mencicit pelan, saat Arlan melepas dasinya, menyentuh pinggang Acha lalu membaringkan wanita itu dengan Arlan di atas tubuhnya. "Ar, ini enggak seperti yang kamu pikirkan."

"Apa yang enggak, hm?" Nada suaranya sungguh berat, tatapannya yang sayu sirat akan ketajaman hakiki, beserta tangannya yang mulai menyingkap kaos kebesaran yang Acha kenakan, meraba perut rata gadisnya dengan gerakan turun naik. "Kamu berani ketemuan sama cowok lain tanpa bilang ke aku?"

Yes I'm Acha (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang