H E L L O !👋
~ H A P P Y R E A D I N G ~
***
Dua bulan kemudian...
Tepatnya saat lima puluh delapan hari sebelumnya atau dua hari setelah kepulangan mereka dari Bandung, Arlan meminta izin pada Acha untuk pergi meninggalkan nya sejenak. Arlan harus kembali ke mansion utama atas paksaan dan ancaman sang Kakek.
Memang pada dasarnya, Acha yang enggan mengekang pun mengizinkan saja saat Arlan meminta izin untuk kembali ke mansion nya. Lalu seminggu kemudian, Arlan menelepon nya memberi kabar kalau Arlan akan menetap sejenak di Leskovac karena ada masalah dengan perusahaannya yang di sana.
Lagi dan lagi, Acha hanya mengizinkan. Membiarkan Arlan menyelesaikan masalahnya satu persatu, daripada Arlan terus bersama nya padahal masalah belum diselesaikan. Jadi Acha hanya bisa mengizinkan dan mendukung apapun keputusan yang akan Arlan ambil selanjutnya.
Hari ini, niatnya Acha ingin pergi ke makam seseorang yang pernah membuat nya bisa merasakan apa itu kasih sayang seorang Ibu meski dirinya memanggil seseorang itu dengan sebutan Oma. Kebetulan makam sang Oma memang ada di Jakarta, jadi Acha tak perlu keluar kota seperti saat ke makam sang Kakek.
Setibanya di sana dengan taksi yang dirinya pesan, Acha pun turun dan berjalan dengan membawa keranjang berisi bunga tabur, ada juga air mawar dan beberapa tangkai bunga kesukaan sang Oma yaitu mawar putih. Didepan sebuah makam, Acha berjongkok lalu tersenyum manis.
"Halo, Oma! Oma pasti baik-baik saja kan? Oma sudah bertemu dengan Kakek kan? Ah, pasti seru karena Oma bisa reunian di sana sama teman-teman Oma yang lainnya. Oh ya, Oma. Acha kesini karena kangen sama Oma, pengen curhat banyak banget sama Oma. Maaf juga karena Acha baru sempat datang sekarang," Ucapnya.
Hampir seluruh yang Acha ceritakan pada sang Oma, sama dengan apa yang dia ceritakan pada sang Kakek dua bulan lalu walau ada yang berbeda. Setelah lelah bercerita panjang kali lebar, Acha pun langsung menaburkan bunga dan juga menyiraminya dengan air mawar. Tidak lupa juga Acha menaruh beberapa tangkai bunga mawar putih itu didekat batu nisan.
"Bye, Oma. Sampai ketemu di lain waktu," Ucap Acha seraya bangkit dan melambaikan tangannya.
Acha berbalik dan terlonjak kaget saat melihat seorang pria tua dengan kursi rodanya sudah berada didepannya. Acha hanya acuh saat melihat tentang siapa pria tua itu, dia pun hendak kembali melanjutkan langkah nya sebelum kembali terurung saat suara pria tua itu terdengar.
"Siapa kau? Kenapa berani mendatangi makam istriku?!" Tanya pria tua itu—Tuan Robin, dengan nada dingin nya.
Tangan Acha menunjuk dirinya sendiri, "Gue? Dut—ya jelas Acha cantik lah! Kakek peot pasti kenal Acha," Ucap Acha seraya tersenyum mengejek tak lupa dengan kedua alis nya yang terus naik turun menggoda si pria tua itu.
Tuan Robin mengepalkan tangannya erat, menahan kesal melihat Acha yang terus saja meledek nya. "Kau anak kecil! Diam dan tutup mulut tak tau sopan santun itu!"
Tanpa segan, Acha tertawa terbahak-bahak. "Anak kecil? Aku bukan anak kecil Kakek peot! Aku Acha, gadis cantik yang sudah bisa bercocok tanam dengan cucu kesayangan anda." Ucap Acha dengan sisa-sisa tawanya.
Merasa geli dan malu dengan apa yang dirinya ucapkan sendiri, tapi bukan Acha namanya kalau tidak membuat lawan bicaranya kesal dan jengkel. "Kau! Pasti kau yang menggoda cucuku, dasar jalang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes I'm Acha (On Going)
FantasyRevisi. Acha Basilia Eldora, gadis cantik dengan segala kebar-barannya dan juga mulutnya yang asal ceplos. Acha memang memiliki wajah yang cantik namun sayang, kapasitas otaknya begitu minim. Tapi tenang saja! Yang namanya Acha pasti akan selalu per...