H E L L O !👋
~ H A P P Y R E A D I N G ~
***
Arlan terbaring menatap langit-langit kamar dengan pandangan lurus, sedangkan Acha, menyamping di sisi Arlan dengan tatapan yang masih kosong. Arlan mengacak rambutnya frustasi, lalu berbalik ke sisi samping tepatnya menghadap punggung polos wanitanya. Arlan menghembuskan napasnya kasar, beberapa kali begitu sampai di rasa mulai tenang.
Tanpa bicara, Arlan bangkit, laki-laki itu pergi menuju balkon, meninggalkan Acha yang memejamkan matanya. Wanita itu membuka kelopak matanya kembali, melihat punggung tegap Arlan yang tengah berdiri di balkon. "Kamu kembali seperti malam itu, Ar. Kamu sangat menikmatinya,"
Acha rasa, ini semua harus ada titik terangnya. Wanita itu pun mendudukkan dirinya, meringis merasakan ngilu di sekujur tubuh, sial! Rasa ini kembali hadir meski tidak sesakit saat malam itu. Acha meraih kemeja putih Arlan yang tergeletak di atas lantai lalu memakainya.
Ternyata, kamar Arlan di sekolah ini memiliki pemandangan balkon yang begitu indah. Karena di belakang sekolah, memang ada lapangan golf serta taman di setiap tepinya. Acha memilih diam berdiri, membiarkan Arlan menikmati benda bernikotin yang terselip diantara bibirnya. Acha enggan mendekat, karena dia sungguh tak menyukai bau rokok yang hanya akan menyesakan paru-parunya.
Menyadari ada yang memerhatikannya, Arlan pun mematikan rokok lalu berbalik melewati Acha. "Aku mandi dulu, sayang." Ucapnya karena dia tahu kalau Acha tak menyukai bau sisa asap rokok.
Acha mengangguk pelan dan memilih berdiri disisi berbeda dari tempat Arlan berdiri tadi, Acha memandangi lapangan hijau dari atas kamarnya Arlan dengan sorot yang sulit diartikan. Di dalam kamar, Arlan melirik ke atas ranjang, laki-laki itu menyingkap selimut, terdiam saat melihat tidak ada bercak darah sisa permainan mereka berdua tadi.
Selintas pikiran buruk menyapa kepalanya, Acha sudah tidak perawan? Batinnya, tapi cepat-cepat Arlan menggeleng. Selaput dara tidak hanya bisa pecah kalau di setubuhi untuk pertama kalinya, bisa juga karena olahraga. Mengingat Acha itu gadis yang aktif, Arlan jadi tidak lagi khawatir atau apapun. Dia lekas membersihkan diri.
Sekian lama terdiam sampai tangan kekar Arlan melingkar diperut Acha. Acha tak menolak, dan hanya membiarkan Arlan memeluknya dari belakang.
Terlalu lama saling terdiam, Arlan mengelus lembut perut Acha yang membuat Acha memejamkan matanya dengan kilasan kejadian tadi yang kembali berputar. Sentuhan dan suara rendah Arlan kini memenuhi isi kepala Acha yang membuat Acha langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.
Apa yang lo pikirin, Cha? Sadar! Batin Acha seraya menahan punggung tangan Arlan agar berhenti mengelus perutnya.
Arlan menghirup dalam aroma tubuh Acha yang begitu dirinya sukai, "Sayang maaf." lirihnya yang berhasil membuat Acha memejamkan matanya sejenak, mengatur detak jantungnya agar tidak menggila.
"Maaf untuk apa?" Tanya Acha yang tengah berusaha mengatur ketenangan dalam dirinya.
Lilitan tangan Arlan pada perut Acha sedikit mengerat, "Maaf karena tidak menjadikan kamu orang yang pertama." Ucapnya dengan perasaan campur aduk.
Deg.
Diam-diam Acha tersenyum tipis, mengingat kalau Arlan berucap demikian karena tidak tahu kalau gadis malam itu adalah dirinya. Yang artinya, Arlan bukan tipe laki-laki yang suka ikut pergaulan temannya. Acha sangat tau, kalau teman-teman Arlan begitu bebas dalam melakukan apapun.
"Maksudnya? Aku gak ngerti, Ar. Sebelumnya kamu juga bilang gitu," Ucap Acha yang mulai bermain dengan peran tak tau menahunya, yang berkesan kalau dia lah yang paling tersakiti.
Dengan keberanian yang susah payah dirinya bangun, Arlan tetap mencoba jujur. "Malam dimana aku pergi kumpul, aku kumpul di club xxx. Maaf gak ngabarin kamu, aku cuma takut kamu khawatir dan nekat nyusul aku." Arlan menjeda ucapannya sejenak sambil mengatur kembali keberanian nya.
Aku udah nyusul kamu, Ar. Batin Acha yang masih setia diam mendengarkan Arlan yang tengah jujur padanya.
"Aku gak minum alkohol sama sekali, aku c-cuma minum cola yang... Yang udah dibuka, aku pikir itu dibuka sama anak-anak yang lainnya makanya aku langsung minum tanpa curiga walau rasa cola itu beda. Terus tubuh aku rasanya panas semua, bahkan setiap ada perempuan, wajah yang aku lihat itu wajah kamu..."
"... Terakhir, aku bermalam dengan seorang gadis yang wajah nya wajah kamu. Mungkin itu hanya halusinasi aku dan aku minta maaf sama kamu, sayang. Aku tau, semua maaf dari aku udah terlambat karena waktu tidak bisa diulang lagi. Tapi sumpah, sayang. Aku gak bisa mengendalikan diri aku sendiri malam itu, semuanya terjadi gitu aja."
Arlan membalikan tubuh Acha agar menatapnya, "Kamu boleh marah sama aku. Kamu boleh pukul aku sepuas kamu, tapi tolong jangan benci aku apalagi sampai meninggalkan aku. Aku gak tau akan bagaimana ke depannya kalau kamu tinggalin aku," ucapnya.
Mendengar semua penjelasan Arlan, Acha tak pernah menyangka kalau Arlan akan menjelaskan sedetail itu dan Arlan tak berbohong atas penjelasan nya. Arlan tak melebih-lebihkan dan juga tak mengurangi, sesuai dengan apa yang Acha sudah tahu lebih dulu.
Karena itulah, rasa cinta dalam hati Acha untuk Arlan semakin besar. Bahkan Acha mulai menimang tentang keputusannya, tetap membiarkan Arlan kuliah diluar negeri atau tetap mempertahankan dan meminta Arlan untuk selalu berada disisinya.
"Sayang?" Panggil Arlan yang melihat Acha hanya terdiam dan itu membuat perasaan nya semakin kacau.
"Ar, jadi gadis malam itu adalah orang pertama untukmu?" Acha malah bertanya hal lain yang membuat Arlan menatapnya semakin penuh dengan rasa bersalah. "Dan aku tadi, yang... Kedua?"
Dengan pelan, Arlan menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Iya, dan harusnya kamu yang jadi orang pertama itu. Tapi sayang, kamu tetap orang pertama untuk aku!"
Tanpa bisa dicegah, pipi Acha memerah salah tingkah. Bagaimana bisa Arlan berucap langsung seperti itu, padahal kan mereka belum tentu berjodoh. Jadi Acha belum tentu menjadi tempat pertama untuk Arlan, ah Acha lupa, kekasihnya kan sangat percaya diri atas takdir percintaan keduanya.
Gila! Baru pertama aja udah se-serem itu, gimana kalo udah berpengalaman? Batin Acha bergidik pelan.
"Sayang?"
Acha berjinjit, Arlan yang peka pun langsung membawa Acha ke gendongan depannya yang membuat Acha harus menunduk agar kening keduanya bersentuhan. "Aku tau kamu bagaimana, Ar. Nanti kalau ada seseorang yang jauh lebih baik dari aku, tolong bilang ya? Jangan berhubungan dibelakang aku."
"Itu menyakitkan, Ar. Jadi tolong jelaskan baik-baik lalu kita selesaikan dengan baik-baik. Untuk gadis malam itu, biarkan takdir yang mempertemukan dan menyatukan kalian kalau kalian memang berjodoh." Ucap Acha yang berhasil membuat Arlan menatapnya semakin penuh rasa bersalah.
Satu tangan Arlan terangkat, menekan tengkuk leher Acha lalu melumat bibir itu dengan sangat lembut tanpa adanya tuntutan lebih. Acha pun langsung memeluk punggung Arlan, membiarkan lidah Arlan menjelajahi setiap rongga mulutnya.
"Aku sangat mencintaimu, sayang. Apapun akan aku lakukan untuk mempertahankan kamu, sekalipun aku harus melawan takdir."
Ucapan Arlan benar-benar membuat Acha tak pernah henti menatap kagum pada diri pemuda itu.
***
Next or no??
Spam koment yuk!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes I'm Acha (On Going)
FantasiaRevisi. Acha Basilia Eldora, gadis cantik dengan segala kebar-barannya dan juga mulutnya yang asal ceplos. Acha memang memiliki wajah yang cantik namun sayang, kapasitas otaknya begitu minim. Tapi tenang saja! Yang namanya Acha pasti akan selalu per...