H E L L O !👋
~ H A P P Y R E A D I N G ~
***
Acha duduk termenung dikursi sebuah taman yang lumayan jauh dari mansion barunya, pandangan matanya menatap lurus kedepan dengan sorot sedih karena dirinya baru mendapatkan sebuah fakta tentang Mildreda dari Bibi Jang tadi.
"Malang banget sih nasib lo, Mil."
Kata Bibi Jang, Mildreda adalah sosok gadis yang murah senyum namun jarang membuka suara. Sejak kecil, Mildreda hanya dirawat dan di didik oleh Bibi Jang karena Ibu nya-Micha, terlalu sibuk menyempurnakan anak lelaki nya. Micha hanya memperhatikan putranya sampai tidak sadar kalau dia telah melukai hati putrinya.
Menurut yang Acha dengar tadi, Tuan Dizon sangat menginginkan anak lelaki sebagai penerus seluruh kekayaan nya hingga menikah dengan Micha dan Maxime adalah anak mereka. Tuan Dizon-Marchelo Dizon, sangat menyayangi Maxime dan tidak berniat untuk memiliki anak lagi karena menurutnya, Maxime sudah cukup sebagai penerus tunggal kekayaan nya.
Namun karena kesalahan Micha, Mildreda tumbuh dirahim nya. Micha tak berani bilang pada suaminya, karena suaminya sendiri sudah mewanti-wanti dirinya agar tak kembali hamil. Marchel hanya takut kalau dirinya tak bisa bersikap adil, makanya dia tak ingin memiliki anak lagi karena takut anaknya yang lain terluka karena sikap nya.
Tapi Micha tak pernah sekalipun berniat memusnahkan Mildreda, karena mau bagaimana pun, dia seorang Ibu yang akan selalu menyayangi anak-anaknya. Sampai akhirnya, Micha memilih tinggal di mansion berbeda selama suaminya kerja diluar negeri. Untungnya, Marchel melakukan perjalanan bisnis hampir 8 bulan lamanya hingga kesempatan untuk mempertahankan anaknya begitu banyak.
Akhirnya Micha berhasil melahirkan putri cantiknya seorang diri, tapi sayangnya Micha tak bisa merawat Mildreda karena masih ada Marchel yang akan menjadi prioritasnya. Disaat Micha kembali ke mansion nya, sebuah kejutan mendadak menghentikan detak jantung nya. Micha membeku, namun Bibi Jang tak lagi meneruskan ceritanya.
Pada intinya, Bibi Jang hanya berani bercerita tentang Mildreda yang sejak kecil bersama Bibi Jang. Juga tentang Mildreda yang mulai iri dengan Maxime namun berusaha menutupi nya. Sampai diakhir, Mildreda yang harus mengalami kecacatan pertama dalam hidupnya karena kecelakaan hari itu.
"Gila! Ternyata hidup lo lebih miris dari hidup gue, berarti kisah lo ini ada di belakang layar ya? Karena gue udah disini itu artinya gue yang harus menguasai layar. Mari menikmati peran baru sebagai pemeran utama dalam kisah Blossom. Mari kita buat kisah ini seperti judulnya, seindah bunga."
Karena hari yang mulai gelap, Acha pun langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menuju sepeda nya yang terparkir. Iya, tadi Acha memilih naik sepeda padahal Bibi Jang siap menemani. Bibi Jang hanya takut kalau Acha kesasar padahal Acha sudah sangat hapal dengan seluk-beluk Ibu kota ini.
Karena ingin menikmati suasana matahari terbenam, Acha pun memilih berkeliling yang membuatnya semakin jauh dari lokasi mansion nya berada. Di pertengahan jalan, kening Acha mengernyit bingung melihat gerombolan manusia yang sepertinya terjadi sesuatu.
Acha mengangkat acuh bahunya dan memilih kembali melanjutkan menggowes sepedanya, hingga keseimbangan nya mendadak ambyar saat kaos kaki bau bangkai hinggap tepat didepan wajahnya. Acha segera loncat lalu memuntahkan isi perutnya karena bau kaos kaki itu yang sungguh menjijikan.
"Huekk huekk!"
Tak jauh dari posisi Acha yang sedang muntah, para lelaki itu saling bertukar pandang lalu kompak menatap Acha yang kini menatap garang mereka semua sambil berkacak pinggang. Para lelaki itu saling melempar kode dan dalam hitungan detik, mereka lari terbirit-birit meninggalkan seorang pemuda yang tetap tenang.
Dengan emosi yang menggebu, Acha berjalan cepat menghampiri pemuda itu lalu berjinjit agar bisa mengapai telinga pemuda itu. Setelah berhasil berjinjit, Acha langsung menjewer telinga pemuda itu yang kini memelototkan matanya terkejut.
"Lepas!" Tekan pemuda itu tanpa berniat menyentuh tangan Acha hanya untuk sekedar menepis.
Tapi Acha tak perduli dan gadis itu malah semakin kuat menjewer telinga si pemuda yang kini telah berwarna merah. Pemuda itu berdecak pelan, lalu berucap dengan nada dingin. "Lepas tangan lo!"
"HEH! Lo tuh harusnya minta maaf sama Acha karena gara-gara temen sialan lo itu, nasi goreng seafood yang baru tercerna langsung keluar lagi! Emang nya lo gak kasian sama cacing di perut Acha yang sekarang lagi pawai-maksudnya demo!" Omel nya dengan wajah memerah antara kesal dan masih enek mengingat bau kaos kaki tadi.
Acha terus berceloteh tanpa henti yang berhasil membuat pemuda itu mendengus bosan, "Udah?" Tanya pemuda itu saat Acha telah menghentikan omelan nya.
Dengan wajah mendadak polos, Acha mengangguk. "Lo harus bertanggung jawab atas cacing yang tersiksa di perut Acha," Ucapnya.
"Gue gak ngehamilin lo," Balas pemuda itu dan hendak berbalik pergi namun mendadak terurung saat timpukan mengenai kening nya dengan sangat kuat.
Mata Acha memelotot kaget melihat ada darah dari pelipis pemuda itu, Acha memang berniat jahat tapi bukan melempar. Mengingat satu hal, lantas Acha langsung menoleh kebelakang dan didetik itu juga, mata Acha kembali memelotot kaget.
"O-orang gila," Cicit Acha dengan wajah pucat pasi saat melihat ada seseorang berpakaian kumuh dan rambutnya yang acak-acakan.
Seseorang itu yang tak lain tak bukan adalah orang tak waras langsung tertawa bahagia sambil bertepuk tangan dengan riang. Melihat itu, Acha kembali meneguk salivanya dengan kasar. Dengan kaki nya yang gemetar, Acha berlari kearah sepeda nya.
Saat hendak menggowes sepeda nya, Acha urung melihat si pemuda yang hanya membeku. Acha berdecak, "WOY GANTENG!! CEPET KESINI SEBELUM BUWUNG PUNYA LO DI GIGIT!"
Pemuda itu tersentak dan segera berlari kearah Acha, tanpa aba-aba pemuda itu langsung duduk diboncengan depan karena Acha membawa sepeda gunung. Dengan posisi yang sangat tak bagus, Acha tetap menggowes sepeda nya dengan kekuatan penuh, tak lupa dengan segala macam umpatan yang dia layangkan untuk si pemuda dan orang gila itu.
"Akh sialan!! Lo makan apaan sih, hah?! Berat banget gila!! Mana tuh manusia biadap masih ngejar lagi. Ya Tuhan kaki Acha rasanya mau copot," Gerutu nya yang tanpa sadar menerbitkan seulas senyuman tipis diwajah pemuda itu.
Merasa sudah jauh, Acha cepat-cepat loncat kebelakang tanpa memperdulikan si pemuda yang terjatuh karena belum siap menyeimbangkan. Nafas Acha terasa putus-putus dengan keringat yang membanjiri tubuhnya. Tanpa pikir panjang, Acha duduk lesehan diatas aspal karena kaki nya benar-benar lemas seperti jeli.
Udah ditimpuk pake kaos kaki penuh cinta, dibuat darah tinggi sama si pemuda itu, terus dikejar orang gila, belum lagi tentang dirinya yang harus membonceng pemuda seberat gajah itu dengan sepeda nya. Jadi bisa bayangkan kan betapa lemes nya kaki Acha.
"Ya Tuhan, apa Acha punya kesalahan yang fatal dimasa lalu, kok Acha sekarang sial banget sih?"
"Aduh kaki, maafin Acha ya semoga aja lo gak letoy besok-besok nya."
***
Spam koment yukk, biar aku semakin semangat nulis nya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes I'm Acha (On Going)
FantasiaRevisi. Acha Basilia Eldora, gadis cantik dengan segala kebar-barannya dan juga mulutnya yang asal ceplos. Acha memang memiliki wajah yang cantik namun sayang, kapasitas otaknya begitu minim. Tapi tenang saja! Yang namanya Acha pasti akan selalu per...