Bagian 16

1.7K 170 11
                                    

Kini mereka sedang berkumpul di ruang keluarga, Anindira baru saja datang dari arah dapur dan membawa kue buatan nya. Tentu itu membuat ketiga anaknya senang, karena kue buatan mamanya adalah favorit mereka.

Setelah menyimpan kue diatas meja Anindira pun duduk di sebelah Adrian.

"Tumben mama bikin kue sebanyak ini?" tanya Arkan.

"Supaya semuanya sebagian, kalian kan selalu protes kalo mama bikin kue nya kurang banyak," jawab Anindira lembut. Arkan mengangguk lalu mulai memakan kue nya.

"Gimana Vin, enakkan kue buatan mama?" tanya Arya.

"Enak banget kak, ini baru pertama kali aku makan kue buatan mama," jawab Arvin jujur.

Mereka yang mendengar ucapan Arvin pun lantas terdiam termasuk Anindira, dia seperi tertampar dengan ucapan Arvin. Anindira baru sadar kalo dia tidak pernah memberikan Arvin kue buatan nya dan ini memang kali pertama Arvin mencobanya.

Arvin tersadar dengan suasana yang mendadak hening lalu tersenyum kaku, sepertinya dia salah bicara.

"Vin, kamu makan yang banyak kue nya. Nanti kalo kurang bilang aja," kata Anindira memecah keheningan.

Arvin pun mengangguk pelan, ini pertama kalinya Anindira berbicara baik padanya.

"Papa kenapa? Ada yang pikirin?" tanya Arya yang sejak tadi melihat Adrian hanya diam.

Adrian yang ditanya pun langsung memaksakan senyum nya.

"Papa gak apa-apa, cuma lagi capek aja," jawab Adrian.

"Mas kamu istirahat aja di kamar," kata Anindira yang berada di sebelah Adrian.

"Iya pa, kalo papa ngerasa capek istirahat dulu aja di kamar," kata Arya menimpali.

"Ya udah kalo gitu papa istirahat dulu, kalian berdua jagain Arvin ya," kata Adrian pada Arya dan Arkan. Mereka berdua pun mengangguk patuh.

"Aku ke kamar dulu ya ma," kata Adrian pada Anindira. Anindira pun mengangguk, dia paham apa yang sedang Adrian pikirkan. Adrian takut Davina membawa Arvin pergi darinya.

Setelah Adrian beranjak dari sana Arvin teringat tentang Davina yang tadi datang ke sini. Arvin ingin menanyakannya pada Anindira tapi dia takut mamanya itu tidak suka Arvin bertanya.

"Vin kenapa ngelamun?" tanya Anindira yang sejak tadi memperhatikan Arvin.

"Aku gak apa-apa ma," jawab Arvin tersenyum kaku.

"Ada yang lagi kamu pikirin?" tanya Arkan.

Arvin pun terdiam, dia memang sedang memikirkan tentang kedatangan Davina tadi.

"Ma?" panggil Arvin ragu.

"Kenapa Vin?" tanya Anindira lembut.

"Aku beneran anak kandung wanita itu?" tanya Arvin.

Mereka bertiga yang mendengar pertanyaan Arvin pun langsung terdiam kaku. Ini adalah pertanyaan yang mereka hindari.

"Aku bingung harus percaya ucapan kalian atau wanita itu," lanjutnya lalu menunduk.

Anindira bisa saja berkata jujur pada Arvin, tapi dia memikirkan Adrian yang tidak mau Arvin tau tentang kebenarannya. Adrian selalu berusaha menutupi semua itu dari Arvin karena dia takut Arvin akan pergi darinya dan ikut bersama Davina. 

"Kamu anak mama Vin, cukup percaya sama kami," jawab Anindira lembut. Arvin pun beralih menatap ke arah Anindira.

"Tapi waktu itu mama bilang langsung kalo wanita itu adalah ibu kandung aku," jawab Arvin dengan suara bergetar.

Anindira pun bungkam, seharusnya waktu itu dia tidak mengatakannya pada Arvin.

"Vin, mama udah bilang kalo kamu anak mama. Jadi kamu cukup percaya sama kita," kata Arkan meyakinkan.

Waktu itu Arkan tidak suka akan keberadaan Arvin tapi entah kenapa sekarang dia takut adiknya itu pergi dari rumahnya. Arkan ingin memperbaiki semua sikapnya pada Arvin, dia ingin menjadi kakak yang baik untuk Arvin.

"Vin, kamu anak mama papa, kamu adik kakak dan Arkan," kata Arya meyakinkan.

Arvin pun mengangguk mengerti, dia lega. Arvin berharap memang benar dia adalah anak dari Anindira. Arvin menatap ke arah Anindira yang juga sama sedang menatapnya.

"Aku boleh peluk mama kan? Kayaknya aku udah lama gak ngerasain pelukan mama," pinta Arvin sedikit ragu. Anindira pun mengangguk lalu tanpa berlama-lama Arvin pun menghampiri Anindira dan memeluknya.

Arya dan Arkan yang melihatnya pun merasa senang, karena Anindira sudah mulai bersikap baik pada Arvin. Setidaknya Arvin tidak akan merasakan lagi dirinya di bedakan oleh orangtuanya.

Arvin masih berada di pelukkan Anindira, dia nyaman. Pelukkan Anindira masih sama hangatnya seperti dulu sewaktu Arvin masih kecil. Dan baru sekarang ini Arvin merasakannya lagi pelukkan Anindira.

Hampir dua menit berada di pelukkan Anindira, Arvin pun melepaskan pelukkan nya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. Arvin senang bisa merasakan lagi pelukkan mamanya. Anindira bergerak mengusap air mata yang ada di pipi Arvin lalu tersenyum.

"Makasih karena udah ngijinin aku untuk peluk mama, makasih juga karena sekarang mama mulai perhatian sama aku," kata Arvin. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa senang nya.

"Kamu bebas peluk mama kapan pun kamu mau," jawab Anindira tersenyum.

"Maaf karena mama kurang kasih kamu perhatian, maaf karena mama selalu membedakan kamu dengan Arya dan Arkan," lanjutnya merasa bersalah.

Arvin hanya mengangguk lalu kembali memeluk Anindira. Setelah itu Arvin melepaskan pelukkan nya.

"Vin kamu gak mau peluk kakak juga?" tanya Arkan sedikit menggoda.

Arvin pun kembali duduk di dekat kedua kakaknya lalu terlebih dulu memeluk Arkan setelah itu beralih memeluk Arya.

"Vin apapun yang terjadi kakak harap kamu akan selalu bersama kita," kata Arya setelah Arvin melepas pelukkan nya. Arvin pun mengangguk.

"Apapun yang terjadi aku akan tetap bersama kalian," jawab Arvin yakin.

Anindira tersenyum melihatnya, harapan Anindira pun sama. Semoga Arvin tetap selalu berada di dekatnya. Tetap berada dalam rumah ini bersama keluarga Argantara.

Untuk sesaat biarkan Arvin merasakan kebahagiaan bersama keluarganya.

                  ~~~~~~

Selasa, 1 Februari 2022

ARVIN ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang