Waktu sudah menunjukkan pukul satu malam dan Arvin belum juga tidur, yang ia lakukan hanyalah duduk di balkon kamarnya memandangi langit yang penuh bintang. Arvin teringat kejadian tadi sore saat Davina menemuinya, ia sadar ucapannya pada Davina tidaklah sopan. Tapi ia sudah sangat terlanjur kecewa pada ibu kandungnya itu.
Suara ketukkan pintu kamarnya tidak membuat Arvin beranjak dari sana, ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Arya yang tidak mendapati jawaban dari Arvin pun membuka pintu kamarnya dan melihat sang adik sedang berada di balkon, ia pun langsung menghampirinya lalu duduk disisi Arvin.
"Kenapa belum tidur?" tanya Arya. Arvin hanya menatap sekilas kearah Arya lalu kembali memandang keatas.
"Gak bisa tidur," jawabnya.
"Kakak sendiri kenapa belum tidur?" tanya Arvin. Arya pun menatap kearah Arvin lalu tersenyum.
"Kakak juga gak bisa tidur," jawab Arya. Arvin hanya mengangguk lalu tersenyum kaku.
Arya yang melihat perubahan sikap Arvin pun menatapnya intens, adiknya itu tidak seperti biasanya.
"Vin, tidur gih. Ini udah malem banget," kata Arya sambil melihat jam di tangannya. Arvin hanya menggeleng pelan, ia benar-benar belum mengantuk.
"Gak perlu berpikir macem-macem. Kakak gak mau kamu sakit gara-gara banyak pikiran," lanjutnya. Arvin hanya mengangguk, setidaknya ia sedikit tenang.
"Nurut sama kakak, sekarang kamu tidur. Gak baik terlalu sering begadang," kata Arya. Arvin hanya mengangguk pasrah lalu mereka berdua pun beranjak dari sana.
Setelah Arya memastikan Arvin tertidur nyenyak, ia pun langsung keluar dari sana lalu masuk kedalam kamarnya.
~~~~~~
Kini waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi dan Arvin sudah siap dengan seragam sekolahnya, lalu setelah itu ia bergegas keluar menuruni tangga.
"Vin, tumben udah siap?" tanya Arkan yang baru keluar dari dapur.
"Iya kak," jawab Arvin seadanya.
"Sarapan dulu," kata Arkan menatap kearah Arvin.
"Nanti sarapan di sekolah," jawab Arvin. Arvin pun hendak melangkah tapi Arkan mencekal tangannya.
"Vin, kamu menghindar dari kakak?" tanya Arkan menatap kearah Arvin.
"Aku cuma pengen sendiri dulu," jawab Arvin tanpa menatap Arkan.
Arkan pun perlahan melepaskan cekalan tangannya, ia paham Arvin masih butuh waktu sendiri. Sedangkan dari arah lain Arya baru saja keluar dari kamarnya lalu menghampiri mereka.
"Vin, kamu mau berangkat sekolah sekarang?" tanya Arya setelah berada di dekat mereka.
"Iya kak," jawab Arvin.
"Bareng sama kakak," kata Arya. Arvin tidak menolak, ia pun mengangguk.
"Kakak gak sarapan dulu?" tanya Arvin.
"Nanti aja," jawab Arya.
"Ar, kakak sama Arvin berangkat dulu," pamit Arya. Arkan hanya mengangguk lalu mereka berdua pun pergi dari sana.
~~~~~~
Setengah jam kemudian mereka pun sampai didepan sekolah, lantas Arvin pamit pada Arya lalu keluar dari mobil. Setelah memastikan Arya menjauh dari sana, Arvin pun bergegas masuk kedalam sekolah.
Di Koridor Arvin terdiam, ia tiba-tiba teringat dengan kejadian kemarin. Apa Arvin sudah keterlaluan pada Davina? Tapi rasa kecewanya lebih besar pada Davina. Sungguh, setelah Arvin tau bahwa Davina adalah ibu kandungnya, ia bingung harus berbuat apa. Arvin tidak ingin ikut bersamanya, ia tetap ingin tinggal bersama keluarga nya sekarang. Arvin tidak ingin jauh dari mama Anindira dan kedua kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVIN ✅
Fiksi RemajaNOT ROMANCE ******* Tentang Arvin dan semua lukanya. Tentang Arvin yang merasa dibedakan oleh keluarganya sendiri. Tentang Arvin yang merasa sendirian. Dan menurut Arvin. Hanya Arya, kakak pertamanya yang bersikap baik dan perhatian kep...