Adrian baru saja mendapat kabar dari pihak rumah sakit bahwa putranya, Arvin mengalami kecelakaan. Tanpa berlama-lama Adrian pun langsung bergegas pergi ke rumah sakit, tidak lupa juga dia mengabari Anindira. Dan sekarang Anindira dan Arkan pun tengah di perjalanan menuju rumah sakit.
Dua puluh menit kemudian, Adrian pun sampai lebih dulu di rumah sakit lalu berlari masuk ke dalam. Langkahnya terhenti karena ponselnya berdering. Adrian pun langsung mengambil ponselnya di dalam saku lalu menerima panggilan itu.
"Pa, Arvin baru saja di pindahkan ke ruang ICU."
Tanpa menjawab ucapan Arya, Adrian langsung mematikan sambungan telponnya dan melanjutkan langkahnya ke ruang ICU. Di tengah langkahnya Adrian terus merapalkan doa agar Arvin baik-baik saja.
Adrian pun sampai di ruang ICU yang tertutup rapat, lalu Adrian duduk di kursi tunggu dengan perasaan tak tenang.
Tidak lama kemudian, Anindira dan Arkan pun sampai di sana lalu menghampiri Adrian.
"Mas, gimana keadaan Arvin?" tanya Anindira khawatir. Adrian tidak menjawab ia hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Pa, Arvin akan baik-baik aja kan?" tanya Arkan dengan suara bergetar.
"Arvin pasti baik-baik aja," jawab Adrian yakin.
Anindira tetap tidak tenang, ia terus memikirkan kondisi Arvin di dalam. Perasaannya tidak enak, putranya itu akan baik-baik saja kan? Sedangkan Arkan yang melihat Anindira khawatir pun langsung berusaha menenangkannya.
"Mama tenang ya, Arvin pasti kuat ngelewatin semua ini," ucap Arkan lalu memeluk Anindira.
"Mama khawatir Ar, mama pengen Arvin baik-baik aja. Mama pengen kasih Arvin perhatian seperti apa yang dia harapkan," ucap Anindira menangis dipelukan Arkan.
"Kita harus yakin kalo Arvin pasti sembuh ma, Arvin pasti bisa melewati ini semua," ucap Arkan menenangkan. Walupun jauh dari hatinya dia pun sama khawatirnya dengan Anindira.
Beberapa menit kemudian pintu ruang ICU pun dibuka oleh Arya. Arya yang menangani Arvin, karena adiknya itu di bawa ke rumah sakit tempatnya bekerja.
"Arya, gimana keadaan Arvin?" tanya Adrian.
"Keadaan Arvin sekarang kritis," jawab Arya dengan suara yang bergetar.
Anindira yang mendengarnya pun tak bisa menahan air matanya lagi. Sekarang dia benar-benar takut Arvin pergi meninggalkannya.
"Papa boleh masuk?" tanya Adrian.
"Boleh. Hanya satu orang," jawab Arya lalu memberi ruang untuk Adrian masuk ke dalam.
Setelah Adrian masuk ke dalam, pintu ruang ICU pun di tutup.
"Ar, Arvin akan baik-baik aja kan?" tanya Anindira bergetar. Arya tidak langsung menjawab, dia bingung harus mengatakan apa pada mamanya.
Setelah cukup lama diam Arya pun membuka suara. "Ma, kita hanya bisa berdoa supaya Arvin bisa melewati masa kritisnya.
"Kalo gitu aku masuk kedalam dulu," lanjutnya. Lalu Arya pun masuk ke dalam.
Di dalam ruang ICU, Arvin terbaring lemah. Adrian menghampiri Arvin dengan perasaan tak karuan. Dia tak tega melihat putranya seperti ini, putranya yang pendiam kini terbaring tak berdaya dan tidak sadarkan diri.
Adrian menggenggam erat tangan Arvin, memberi kekuatan agar putranya bisa bertahan. Tidak terasa air matanya pun menetes buru-buru Adrian menghapusnya.
"Anak Papa pasti kuat, Arvin harus bertahan ya. Papa di sini. Papa pengen liat Arvin sadar. Arvin harus kuat ya. Papa sayang sama Arvin, maaf karena Papa kurang perhatiin Arvin. Papa janji setelah Arvin sadar papa akan memberikan semua kasih sayang Papa buat Arvin. Papa enggak akan membedakan Arvin." ucap Adrian sambil mengusap lembut rambut Arvin.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARVIN ✅
Fiksi RemajaNOT ROMANCE ******* Tentang Arvin dan semua lukanya. Tentang Arvin yang merasa dibedakan oleh keluarganya sendiri. Tentang Arvin yang merasa sendirian. Dan menurut Arvin. Hanya Arya, kakak pertamanya yang bersikap baik dan perhatian kep...