Bagian 18

1.7K 164 13
                                        

Kini waktu menunjukkan pukul empat sore dan dari kejadian tadi Arvin tidak keluar dari kamarnya. Beberapa kali Arya mengetuk pintu kamar Arvin tetapi tidak ada jawaban, pintu kamarnya di kunci jadi Arya tidak bisa  membukanya. Tapi Arya tidak menyerah dia terus mengetuk pintu kamar Arvin dan memanggilnya.

"Vin, dari tadi kamu belum makan, keluar dulu yuk," panggil Arya khawatir.

Setelah beberapa kali Arya memanggil Arvin, pintu kamarnya pun dibuka. Hal pertama yang Arya lihat adalah rambut Arvin yang berantakan dan matanya berkaca-kaca, sudah dipastikan Arvin menangis.

"Vin, makan dulu," kata Arya lembut.

"Kakak dan kak Arkan tau semuanya kan?" tanya Arvin mengalihkan pembicaraan. Arya yang ditanya pun langsung terdiam menatap kearah Arvin.

"Kakak minta maaf," jawab Arya merasa bersalah. Arvin masih diam menatap sendu kearah Arya.

"Aku mau sendiri," kata Arvin dengan suara yang bergetar. Lalu kembali menutup pintu menghiraukan Arya yang memanggilnya.

Arvin belum berniat menemui mereka semua, dia masih ingin sendiri. Arvin memang kecewa dengan mereka, tapi Arvin tidak marah dia justru malu dengan mamanya dan kedua kakaknya. Arvin menatap kearah foto yang terpajang di atas nakas lalu mengambilnya, dia tersenyum miris dengan foto keluarga yang kini ada digenggamannya.

"Ternyata mama bukan mama kandung aku," kata Arvin bermonolog. Ia tersenyum sendu.

Setelah itu Arvin kembali menyimpan fotonya di atas nakas dengan mata yang berkaca-kaca.

                    ~~~~~~

Di sisi lain Arya dan Arkan sedang berada di taman belakang rumahnya. Mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing. Arya dan Arkan khawatir dengan keadaan Arvin yang sama sekali tidak mau keluar kamar. Mereka juga khawatir Arvin nekat pergi dari rumah ini.

"Kak, lo tadi ke kamar Arvin kan? Terus apa yang dia omongin sama lo?" tanya Arkan setelah cukup lama diam. Arya pun menoleh kearah Arkan.

"Arvin cuma nanya kita tau semuanya atau gak," jawab Arya.

"Kak, gue gak mau kalo Arvin sampai pergi dari sini," kata Arkan khawatir. Arya tidak menjawab, ia membuang pandangannya kearah lain.

Arkan mencoba untuk bersikap tenang, ia harus percaya bahwa Arvin tidak akan meninggalkan rumah ini, Adiknya itu pasti akan tetap bersamanya.

Dari arah lain bi Minah menghampiri mereka dengan tergesa-gesa.

"Maaf den, bibi ganggu," kata bi Minah setelah sampai di hadapan mereka berdua.

"Ada apa bi?" tanya Arya beranjak dari duduknya.

"Itu den, diluar wanita itu datang lagi, sedangkan Ibu sama Bapa tadi keluar den," jawab bi Minah sedikit khawatir.

Tanpa berlama-lama Arya dan Arkan pun bergegas dari sana menuju keluar dan berharap Arvin tetap berada di kamarnya.

Di luar Davina terus berteriak memanggil Arvin, Davina bertekad akan membawa Arvin bersamanya. Arya dan Arkan yang sudah berada diluar pun menatap tidak suka kearah Davina lalu menghampirinya.

"Untuk apa tante datang kesini lagi?" tanya Arya tegas.

"Saya ingin membawa Arvin," jawab Davina menekankan.

"Tante gak bisa seenaknya datang kesini, apalagi dengan tiba-tiba ingin membawa Arvin pergi," kata Arkan menahan emosinya.

"Saya ibu kandungnya!" jawab Davina penuh penekanan.

Arya semakin menatap tajam kearah Davina. Ia tau wanita didepan nya ini adalah ibu kandung Arvin tanpa perlu Davina sebutkan. Dan ibu kandung macam apa yang tidak ingin bersusah payah merawat anak kandungnya sendiri?

"Saya tau tante adalah ibu kandung Arvin, tapi apa tante tidak malu, dulu tante tidak ingin merawat Arvin tapi sekarang tante malah bersikeras ingin membawa Arvin pergi dari sini?" tanya Arya tajam.

"Tante gak perlu jauh-jauh datang kesini untuk membawa Arvin, saya yakin Arvin akan tetap memilih tinggal disini," lanjutnya.

Arvin keluar dari kamarnya dan sekarang dia sudah berada diluar mendengarkan percakapan mereka. Arvin pun mengepalkan telapak tangan nya, ia berusaha meredam emosinya yang siap keluar. Davina yang tersadar Arvin ada di sana pun lantas menatap kearah putranya, tapi baru saja ia ingin melangkah tangannya lebih dulu di cekal oleh Arkan.

"Jangan pernah berani mendekat kearah Arvin," kata Arkan memperingatkan. Davina berusaha melepaskan tangannya tapi cekalan Arkan begitu kuat.

Arvin mendekat kearah mereka, ia hiraukan tatapan Arya yang meminta Arvin untuk berhenti. Sampai akhirnya Arvin pun berhenti tepat didepan Davina, perlahan Arkan pun melepaskan cekalan tangannya lalu menatap kearah Arvin.

"Arvin, ini mama sayang. Mama datang kesini buat Arvin," kata Davina lembut. Davina pun berusaha meraih tangannya tapi Arvin menjauh mundur.

"Arvin, kamu gak mau peluk mama? Ini mama kandung kamu sayang," lanjutnya dengan mata yang berkaca-kaca. Arvin masih terdiam menatap kearah Davina.

"Tante sebaiknya berhenti datang kesini dan jangan pernah temuin aku lagi," kata Arvin setelah cukup lama terdiam.

Davina menatap tidak percaya atas ucapan Arvin. Ia berusaha meraih tangan putranya tapi lagi-lagi Arvin menghindar.

"Arvin, ini mama. Kenapa kamu berkata seperti itu?" tanya Davina menahan tangis.

"Buat panggil tante dengan sebutan mama pun aku ragu, karena ternyata mama kandung aku aja gak pernah mau merawat anaknya. Apalagi kesalahan tante dan papa gak gampang buat aku maafin," jawab Arvin dengan suara bergetar.

"Bahkan aku malu karena terlahir dari hasil hubungan yang gak sah, aku malu karena hadir didunia ini karena ulah memalukan kalian, aku juga malu karena selama ini aku dirawat oleh keluarga yang udah kalian sakitin," lanjutnya diakhiri penekanan.

Arvin mati-matian menahan air matanya tapi kali ini ia tidak bisa menahannya, air matanya meluncur begitu saja di pipinya. Lalu Arvin buru-buru menghapusnya, ia tidak ingin terlihat lemah.

"Jadi sekarang tante pergi dari sini, jangan pernah temuin aku lagi."

Setelah mengatakan itu Arvin pun pergi dari sana dan masuk kedalam rumah mengabaikan teriakkan Davina yang meminta Arvin untuk tidak pergi. Davina hendak mengejar Arvin namun dengan cepat Arya mencegahnya.

"Tante dengar kan apa yang Arvin katakan, jadi mulai sekarang tante berhenti datang kesini dan jangan pernah ganggu keluarga saya!" kata Arya menekankan.

Davina masih diam di tempatnya, ia tidak menyangka bahwa putranya akan bersikap seperti ini padanya. Davina pikir, Arvin akan senang jika sudah mengetahui bahwa ia adalah ibu kandungnya tapi ternyata salah, Arvin justru membencinya.

"Sekarang juga tante pergi dari sini," usir Arkan.

Davina pun tidak mengatakan apapun lagi, ia langsung bergegas pergi dari sana dengan rasa bersalah terhadap putranya.

                    ~~~~~~

Sabtu, 5 Februari 2022

  

ARVIN ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang