Bagian 21

2.2K 159 20
                                    

Arvin sudah siap dengan seragam sekolahnya, sebelum keluar dari kamar tidak lupa ia mengecek semua bukunya yang ada di dalam tas. Setelah memastikan semua bukunya sudah lengkap, Arvin pun menggendong tas nya lalu berjalan keluar.

Kini Arvin sudah duduk tenang di meja makan, hanya ada dirinya, Anindira dan Arkan. Adrian dan Arya sudah berangkat lebih dulu.

Anindira menyerahkan beberapa potong roti selai coklat, Arvin pun menerimanya.

"Makasih ma," kata Arvin tersenyum. Anindira mengangguk lalu mengusap rambut Arvin pelan.

"Rotinya abisin, kalo kurang bilang aja," kata Anindira. Lalu duduk di sebelah Arkan. Arvin hanya mengangguk lalu memakan rotinya.

"Vin, mau berangkat bareng kakak?" tanya Arkan setelah selesai sarapan.

"Enggak kak, aku bawa motor," jawab Arvin lalu kembali makan. Arkan pun hanya mengangguk.

"Ma, kalo gitu aku berangkat duluan ya," pamit Arkan.

"Hati-hati di jalan, jangan ngebut," kata Anindira lembut.

"Iya ma," jawab Arkan lalu mencium punggung tangan Anindira.

"Vin, kakak duluan ya," kata Arkan menghampiri Arvin lalu mengusap rambutnya.

"Iya kak," jawab Arvin lalu tersenyum. Setelah itu Arkan pun bergegas pergi dari sana.

Sekarang tinggalah Anindira dan Arvin, Anindira masih setia duduk di tempatnya menemani Arvin sampai selesai sarapan. Sesekali Anindira tersenyum karena melihat Arvin melahap rotinya sekaligus.

"Makan nya dikit-dikit aja Vin, gak perlu terburu-buru," kata Anindira. Arvin tidak menjawab, ia hanya menatap kearah Anindira lalu tersenyum kikuk.

Beberapa menit kemudian Arvin pun selesei dengan sarapan dan langsung beranjak dari duduknya.

"Ma, aku langsung berangkat ya," kata Arvin lalu mencium punggung tangan Anindira.

"Iya Vin, kamu hati-hati. Gak perlu ngebut," jawab Anindira lembut.

Arvin pun mengangguk lalu bergegas pergi dari sana.

Anindira menatap sendu kearah Arvin sampai hilang dari pandangannya. Dia berharap Davina tidak menemui Arvin dan tidak berbuat macam-macam padanya.

~~~~~~

Sekarang Arvin sudah berada di kelas duduk tenang sambil memainkan ponselnya, dari tadi yang dia lakukan hanyalah mengscroll beranda instagramnya. Dia bosan, lantas Arvin menyimpan ponselnya ke dalam saku lalu berjalan keluar kelas. Waktu masih menunjukkan pukul setengah tujuh dan suasana sekolahnya masih belum terlalu ramai. Jadi Arvin duduk di bangku yang menghadap ke lapangan.

Arvin memikirkan tentang Davina, dia takut Davina menemuinya lagi. Sikapnya kemarin sedikit membuat Arvin takut.

Sibuk dengan pikirannya sendiri, sampai Arvin tidak sadar kalau Rifky sudah duduk di sebelahnya, lalu Rifky pun menepuk pelan bahu Arvin.

"Ngelamun aja lo," kata Rifky. Arvin hanya menoleh sekilas lalu kembali menatap kearah depan.

Rifky yang melihat sikap sahabatnya ini pun langsung paham, mungkin sedang ada yang dipikirkan.

"Ada yang lagi lo pikirin?" tanya Rifky.

"Gue gak mau ketemu tante Davina," kata Arvin.

"Ibu kandung lo?" tanya Rifky hati-hati. Lantas Arvin pun mengangguk.

"Itu kan ibu kandung lo, kenapa takut?" tanya Rifky.

"Kemarin tante Davina datang lagi kerumah dan maksa gue buat ikut dia, jelas gue gak mau. Terus tiba-tiba dia malah narik kasar tangan gue, tapi untungnya ada kak Arya," jawab Arvin sedikit bergetar.

ARVIN ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang