Arvin baru saja sampai dirumah, sebelum masuk kedalam dia memikirkan apa yang sahabatnya itu katakan. Benar, Arvin tidak perlu mengindar, dia harusnya senang karena mereka sudah menerima Arvin.
Baru saja Arvin ingin membuka pintu rumahnya, suara seseorang menghentikannya.
"Arvin, mama pengen bicara sama kamu," kata Davina tiba-tiba. Arvin mengenal suara itu lalu mengepalkan telapak tangannya.
"Arvin?" panggil Davina. Arvin pun berbalik ke arah Davina lalu menatapnya.
"Ada apa lagi tante datang kesini?" tanya Arvin berjalan mendekat ke arah Davina.
"Mama pengen bicara sama kamu," jawab Davina lembut. Arvin menggelengkan kepalanya, dia tidak mau berbicara banyak dengan Davina.
Davina maju mendekat kearah Arvin lalu mencengkram kuat tangannya.
"Mama pengen ngobrol sama kamu, jadi kamu ikut mama ya," kata Davina berusaha menarik tangan Arvin.
"Aku gak mau," jawab Arvin menahan tarikkan Davina. Davina pun menatap tajam kearah Arvin.
"Saya ini mama kandung kamu Arvin, kenapa kamu gak mau ikut dengan mama?" tanya Davina sedikit meninggikan suaranya. Arvin yang mendengarnya pun sedikit terkejut, ia di bentak? Arvin terus berusaha melepas cengkraman tangannya.
"Aku gak mau ikut sama tante," Jawab Arvin sedikit bergetar.
"Pokoknya kamu harus ikut!" kata Davina menarik Arvin.
Disisi lain Arya baru saja tiba, dia langsung melihat Arvin di tarik paksa oleh Davina. Tanpa berlama-lama Arya pun langsung turun dari mobilnya lalu menghampiri mereka.
Setelah sampai dihadapan mereka berdua Arya langsung melepas paksa cengkraman Davina pada tangan Arvin.
"Tante apa-apaan," kata Arya setelah berhasil melepaskan cengkraman Davina pada Arvin.
"Kamu gak perlu ikut campur," jawab Davina menatap Arya tajam.
"Jelas saya perlu ikut campur, karena Arvin adik saya," kata Arya menekankan. Davina tersenyum meremehkan.
"Saya lebih berhak atas Arvin, saya berhak membawa Arvin pergi dari sini," jawab Davina penuh penekanan. Arvin menggelengkan kepalanya, ia tidak mau ikut dengan Davina.
Arya melirik Arvin yang terlihat seperi ketakutan, lalu mengusap bahunya pelan.
"Gak perlu takut, sekarang kamu masuk ke dalam," kata Arya lembut. Arvin mengangguk. Lalu tanpa berlama-lama ia masuk ke dalam rumah.
"Arvin, kamu harus ikut mama," teriak Davina.
"Cukup ya! Apa tante gak liat Arvin ketakutan," kata Arya meninggikan suaranya.
"Saya harus bawa Arvin pergi!" kata Davina emosi.
"Arvin gak akan pernah mau ikut sama tante, jadi sebaiknya tante gak usah paksa Arvin," jawab Arya tidak kalah emosi.
"Saya tidak akan tinggal diam, suatu hari nanti saya pasti bisa membawa Arvin pergi," kata Davina memperingatkan. Lalu setelah itu Davina pergi dari sana.
Arya yang mendengarnya pun mengepalkan telapak tangannya kuat. Dia tidak akan membiarkan Davina membawa Arvin pergi, tidak akan pernah.
Setelah dirasa cukup tenang, Arya melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah berniat menuju kamarnya tapi baru sampai di ruang tengah Arvin langsung menghampirinya.
"Kak, tante Davina udah pergi?" tanya Arvin terlihat cemas.
"Udah Vin," jawab Arya lalu tersenyum. Arvin yang mendengarnya pun menghela nafas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVIN ✅
Teen FictionNOT ROMANCE ******* Tentang Arvin dan semua lukanya. Tentang Arvin yang merasa dibedakan oleh keluarganya sendiri. Tentang Arvin yang merasa sendirian. Dan menurut Arvin. Hanya Arya, kakak pertamanya yang bersikap baik dan perhatian kep...