CHAPTER 12 [SUDAH REVISI]

9.3K 584 55
                                    

Selamat pagiiii👋

Yang nunggu upload malam, mohon maaf ya bukannya gak mau upload tadi malam. Udah diusahakan utk pakai jalur SKS (Sistem Kebut Semalam) ttp aja over deadline😂

Dahlah, nih ku sajikan untuk klen ya ges ya...

.

.

.

Sampai di kamar, kami saling duduk dalam diam. Aku sendiri merasa canggung. Seolah-olah kami adalah pengantin baru. Bingung mau ngomong apa. Diskusi soal dinamika kepemerintahan kan gak mungkin, terlalu berat. Ini udah malam. Apalagi menyinggung soal kasus-kasus yang pernah ditangani oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Aduh, enggak dulu deh!

Ini bapak-bapak di sampingku ngapain sih duduknya tegang banget kayak lagi pengajuan? Pandangan matanya membidik lurus ke arah luar jendela yang sudah gak hujan lagi. Apa sih yang ada dipikirannya, Ya Tuhan? Aku hanya bisa menggeleng-geleng. Ekspresi mukanya do'i lagi gak banget deh. Flat kayak emoji batu sehingga membuatku meringis. Gak capek gimmick mulu?

Karena aku capek terlalu lama berspekulasi sendiri, akhirnya aku merebahkan diriku duluan di atas kasur. Sweater yang aku pakai tadi belum aku lepas. Sengaja untuk melindungi diri dari panasnya suasana hati tetangga ketika melihat tetangga yang lain udah bisa kebeli mobil baru.

"Mas gak ngantuk?"

"Hm? Ngantuk."

"Ya udah tidur."

"Iya."

"Tidur, Mas... Ngapain masih duduk aja?"

"Iya, nanti tidur."

"Udah malam loh ini, besok pagi kan kita pulang ke Malang."

"Iya."

Oh, iya. Lupa sikat gigi. Dengan sisa-sisa tenaga yang gak kena efek mager, aku pun bangun lagi, "Sikat gigi dulu yuk, Mas!"

"Hah?"

Hah-hoh hah-hoh aja.

"Ayo..."

Aku menarik lengannya si Fardan Furdin sampai akhirnya dia menurut dan mengekoriku untuk turun ke kamar mandi lantai 1. Di kamarku gak ada kamar mandi soalnya, di lantai 2 pun sebenarnya ada tapi kamar mandinya rusak dan belum di renovasi.

"Nih, pakai sikat gigi punyaku yang baru." Aku memberikan sikat gigiku yang baru supaya si Fardan Furdin juga bisa menyikat giginya. Dia menerimanya dan kemudian kami sikat gigi bersama-sama. Iya, mirip adegan pasangan romantis di drama korea.

Selesai sikat gigi, aku memintanya untuk keluar duluan, "Aku mau pipis, Mas keluar dulu!" Dan do'i pun menurut. Ih, kenapa sih? Habis kesetrum apa dia sampai jadi pendiam dan penurut gitu? Ckckck.

Sampai aku selesai buang hajat dan cuci muka, aku masih menemukan do'i yang ternyata menungguku di depan kamar mandi. Hei, aku bukan nenek-nenek jompo yang mesti ditungguin untuk bisa balik lagi ke kamar, loooh...

"Udah?" Tanyanya.

Aku mengangguk, "Mas mau pipis juga?"

Dia menggeleng, "Enggak. Ayo!"

Sekarang aku yang gantian mengekori si Fardan Furdin untuk naik ke lantai 2 dan kembali ke kamar. Sampai disana kami saling merebahkan diri di atas kasur dan sama-sama menenggelamkan diri ke dalam selimut. Sekali lagi aku nekat memeluk si Fardan Furdin dan memposisikan kepalaku tepat di dada bidangnya. Meskipun agak kaget, tapi dia gak menolak perlakuanku, justru dia malah membalas dengan memelukku.

My Husband is My NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang