CHAPTER 25 [SUDAH REVISI]

7.9K 576 108
                                    

Haiii! 

Kangen juga sama notifikasi dari kalian, so... here it is! 

.

.

Aku mengusap-usap pipinya si Fardan Furdin dengan lembut setelah dia selesai mendongengkan sebuah cerita yang terinspirasi dari kisah nyata(nya) itu. Mas do'i langsung memejamkan matanya menikmati sentuhanku. Dia yang bercerita, dia yang mengantuk. Sedangkan aku yang mendengarnya sama sekali gak ngantuk. Untung ceritanya tuntas sampai selesai. Kalau enggak, mungkin aku udah ngamuk. 

Kebayang sih nanti anak-anakku dibacain dongeng sama dia ketika mau tidur. Bukan anak-anak yang tidur malah bwapaaakknyaaaa yang tidur. 

Setelah menidurkan si bayi besar aku beranjak untuk keluar kamar. Tengah malam begini memang jam-jamnya aku mampir ke kamar mandi. Setelah selesai menunaikan hajat, aku berjalan ke arah kulkas. Aku melihat-lihat isi kulkas yang keadaannya udah mulai memprihatinkan alias kosong, seperti hatinya para jomblo. 

Karena di kulkas masih ada kurma, ya udah deh aku mengambil kurma aja. Setelah itu aku menyeduh susu ibu hamil. Sebenarnya aku jarang minum susu ibu hamil ini, enek aja gitu minum susu hangat, lebih enak minum susu kotak yang dingin. Tapi sekarang stok-nya udah habis dan aku belum belanja lagi.

Setelah menyiapkan susu dan kurma sebagai cemilan, aku menyalakan Smart TV untuk menonton film. Kurang lebih satu jam lah aku menonton film itu lalu kemudian aku kembali lagi ke kamar untuk tidur. Tapi pas udah rebahan dan mencari posisi nyaman aku masih juga belum bisa tidur.

Aku overthinking karena ngebayangin makan durian. Aku jarang mengidam apa-apa, tapi sekalinya ngidam yang banget-banget kenapa selalu di tengah malam begini? Jadi bikin gak bisa tidur. Aku mengelus-elus perutku sambil menonton video makan durian di YouTube. 

Ya ampun... gini banget hidup.

Aku melirik ke arah si Fardan Furdin yang sudah nyenyak dalam tidurnya. Mau curhat soal durian, tapi gak enak untuk bangunin dia. Duh, bimbang bangettt...

Aku mencoba kembali memejamkan mata sambil menghitung jumlah dollar. Tapi... Gagal. Bukannya uang dollar yang aku bayangkan, malah durian lagi. Capek!

Mau order durian dimana coba tengah malam begini?

Aku menepuk-nepuk pundaknya si Fardan Furdin dengan pelan. "Mas. Mas Fardan... Mas..."

Do'i mulai menggumam dalam tidurnya, dia juga sudah mulai mengerjap-ngerjapkan matanya. 

"Kenapa?" Tanyanya dengan suara serak ketika baru bangun tidur. 

"Aku gak bisa tidur..."

"Kenapa gak bisa tidur?"

"Aku kepikiran durian terus, Mas..."

"Emang durian kenapa?"

Hah? Durian kenapa? Kenapa apanya? Aku tuh mau makan durian! Ngerti gak sih kodenya? 

"Duriannya? Gak apa-apa, Mas. Aku-nya yang kenapa-napa."

"Kamu-nya kenapa?"

"Aku pengen makan durian, boleh?"

"Hmm..."

Ham-hem ham-hem aja. Mana duriannya...?! 

"Ayo, beli...!" Aku menarik si Fardan Furdin untuk bangun dari tidurnya meskipun dia masih lemas nampak tak bernyawa. 

"Beli dimana?"

"Gak tau, makanya ayo kita cari...!"

"Sekarang jam berapa?"

My Husband is My NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang