CHAPTER 29 [SUDAH REVISI]

7.1K 460 58
                                    

Mohon maaf baru bisa up lagi 🙏 Terimakasih sudah menunggu 🙏
Minal aidin wal faidzin ya, bestie🙏

.

.

.

Sewaktu lagi membuang sampah di depan rumah, aku ketemu sama si Anwar yang lagi lewat persis di depan rumah ibu dengan mengendarai motor matic. Dia langsung memberhentikan motornya saat aku memanggil namanya.

"Kemana aja lo baru kelihatan?"

"Pertanyaan lo gak kebalik, Nay? Lo yang kemana aja? Udah lama gak kelihatan."

"Hehe, kan sekarang gue ikut tinggal sama suami gue yang dinas di Malang."

"Betah lo jadi bini tentara?"

Wkwk. Dikata rumah kali betah.

"Betah, dong. Kenapa lo? Mau jadi bini tentara juga?"

"Gue kan laki, Naya..."

"Oh iya, hahahahahaha..."

Fyi, Anwar ini adalah kawan persekutuanku dalam kasus nyolong mangga tetangga. Bukan mangga dari rumahnya ummi-abi, kok. Ide nyolong itu juga bukan dari aku. Siapa lagi dalangnya kalau bukan si Anwar? Mari kita tanyakan apa kesibukan dari si lelaki yang dulu cita-citanya adalah duduk di kursi DPR. Duduk doang katanya, bukan beneran jadi pejabat.

"Sekarang lo masih suka nyabung ayam?" Tanyaku.

"Udah enggak, Nay. Sekarang gue nimbun jeruk," jawab si Anwar dengan pedenya.

Jawaban si Anwar membuatku ketawa ngakak. Dengan bangganya si Anwar menjawab profesinya yang kini sebagai penimbun jeruk. Kalau gak salah dulu dia juga pernah buka usaha jual-beli telur ayam pakai sistem ijon, yang mana si ayam tersebut belum tentu juga bertelur, tapi telur ayam tersebut sudah dijual dan dibeli oleh pembeli. Padahal bisa aja tuh ayam tiba-tiba mati atau sakit ataupun ketika sudah bertelur, telurnya itu gak sesuai dengan harapan si pembeli.

"Astaghfirullahadzim, Anwar! Kerjaan lo bisanya buat dosa mulu... Segeralah bertaubat!"

"Iye, gampang... ntar gue taubat pas mau masuk bulan puasa."

Anjir. Hahahahaha... bisaan.

"Taubat lo setahun sekali, itu taubat atau hari raya?"

"Yeuh... gitu kan lo. Mentang-mentang udah jadi istri ustadz pulang-pulang malah ceramah."

Hadeuh... gini, nih. Suka dukanya jadi istri dari si Fardan Furdin. Selain menyandang tittle sebagai istri tentara, aku juga kadang dipandang sebagai istri ustadz, padahal kelakuanku masih astaghfirullahaladziim, naudzubillah min dzalik.

"Eh, gak gitu ye, War... Gue juga masih banyak dosanya, kok."

Memang iya, kok. Aku gak mengada-ada. Bukan manusia suci, bukan pula manusia kotor. Ya setengah-setengah, lah. Setengah suci, setengah kotor.

"Paham deh, mantan biduan di Block M."

"Enak aja! Kapan gue pernah jadi biduan?!"

"Lah, gak inget lo pernah disawer dua ribuan sama warga depan terminal?"

Murah banget harga diri ini setara dengan uang dua ribu rupiah.

"Hah? Kapan? Gak pernah. Itu mah si Siti!"

"Oh iye, itu mah si Siti. Hehe. Kalau lo kan biasa nyawernya di tempat elit ya, Nay?"

ASEM!

"Haha, iya gak level di semak-semak apalagi di kebon."

My Husband is My NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang