Cie... yang nunggu aku upload dari pagi padahal aku upload-nya malam, wkwk. Besok-besok enaknya upload pagi, siang, atau malam nih bestie??? Komen, ya...
..
Tinggal di rumah dinas tentu gak sebebas seperti dulu tinggal di rumah ibu. Disini ada peraturan yang harus aku patuhi. Salah satunya adalah cara berpakaian. Disini aku mana berani pakai celana pendek atau pakai baju-baju yang agak seksoy yang bisa mengundang hasrat umat meskipun cuma di dalam rumah. Di dalam atau di luar rumah dinas aku harus bisa menjaga nama baik suami. Ya siapa lagi kalau bukan si Fardan Furdin. Sebab suami eyke kan cuma dia doang.
Sebelum si Fardan Furdin datang ke rumah untuk benar-benar melamarku, dia udah tanya lagi untuk memastikan apakah aku siap meninggalkan kebebasan yang aku jalani saat itu dan siap untuk masuk ke dunia baru, yakni dunia militer. Jelas, pertanyaan itu sempat membuat aku agak ragu untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama dia.
Profesi, pangkat, jabatan, karir, dan latar belakang keluarganya menjadi pertimbanganku saat itu. Aku hampir berpikir untuk mundur. Kayaknya aku gak akan pernah siap deh untuk mengambil risiko lebih jauh menjadi pendamping hidup dari seorang anggota pasukan khusus seperti dia. Tapi kalau aku menyerah, aku harus siap kehilangan dia. Aku harus siap melepas dia untuk dicintai dan mencintai orang lain. Bahkan aku harus siap dengan kemungkinan kecil untuk bertemu dia.
Tapi lagi-lagi karena aku orangnya nekat ya waak, jadi aku sikat aja. Dengan mengucap bismillah dengan restu mama papa aku siap untuk jadi pendamping hidup si Fardan Furdin. Makanya kebayang dong gimana rapuhnya aku sewaktu ibu malah menolak lamaran si Fardan Furdin dan dengan entengnya si ibu menyuruh do'i cari perempuan lain untuk dinikah? Kan bikin aku ngamoook!
Aku udah hapus semua foto-fotoku dengan Kak Andreas di sosial media, bahkan aku mencoba untuk melupakan Kak Andreas. Aku udah membuka hati looh... udah terlanjur kecebur di lapangan hati si Fardan Furdin, masa iya aku rela do'i kepincut betina lain? OHO, TIDAK BISAAA YEOROBUN!
Bahkan kalau jodohku bukan si Fardan Furdin, aku siap untuk berdo'a sama Allah 7 hari 7 malam supaya jodohin aku sama dia aja... Agak maksa sih memang, tolong bagian ini mohon untuk tidak ditiru ya, kawand.
Pada kegiatan PIA yang pertama aku ikuti ini, aku diantar jemput oleh si Fardan Furdin. Bertemu dengan ibu-ibu PIA lainnya agak membuatku insecure. Sebagian dari mereka adalah wanita karir yang bekerja sebagai guru, polisi, tentara, perawat, dokter, pegawai kantoran, wirausaha, dan lain-lain. Coba apa yang bisa aku banggain? Gak ada, Naya cuma pengangguran. Huhu.
Tapi mirisnya mereka malah memandang aku jauh lebih beruntung. Katanya aku cantik, tinggi, putih, dan body goals, bahkan mereka mengira aku adalah model atau artis. Dan itu membuatku geleng-geleng. Padahal aku sendiri merasa bahwa aku ini cuma remahan rengginang yang beralih profesi dari beban orangtua menjadi beban suami. Uhuk!
Gak apa-apa aku tetap bersyukur kok dengan pilihan hidup yang aku jalani sekarang. Udah terlalu alot juga untuk dijadikan penyesalan. Lagipula kalau aku bukan pengangguran, aku mungkin gak akan mau nikah sama si Fardan Furdin. Aku pasti lebih memilih karir ketimbang menikah.
Sebulan pertama menikah aku cuma jadi ibu rumah tangga. Kerjaanku ya... cuma menulis novel di salah satu platform atau bikin konten di sosial media sekedar untuk mengisi hari-hariku aja biar gak kosong-kosong banget. Sempat sih merasa jenuh karena aktivitas yang gitu-gitu aja, aku jadi kepikiran pengen lanjut kerja lagi. Tapi do'i gak ngebolehin.
"Aku aja yang kerja, kamu di rumah."
"Ah, tapi aku bosennn..."
"Emangnya kalau kamu kerja bukan berarti kamu gak capek? Pasti lebih capek, Na..."
![](https://img.wattpad.com/cover/193485075-288-k824346.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband is My Neighbor
Humor[PROSES REVISI - ON GOING] Baru aja putus, Naya dilamar oleh tetangganya sendiri yang merupakan anggota dari pasukan elite TNI AU. #NO PLAGIAT!!!