Happy Reading
-Amanda menimang-nimang melihat list menu di depannya. Seblak dengan isian tulang atau seblak dengan isian ceker
Nampaknya yang dengan isian tulang lebih menggiurkan. Cewek itu mengangguk mantap dengan senyuman
"Mang! Mau seblak tulangnya satu ya yang level 10,dibungkus"
Pelanggan lain melongo mendengar itu,level lima saja bagi mereka sudah sangat pedas apalagi ini? level sepuluh?
Amanda duduk dengan tenang selagi pesanannya disiapkan
tiba-tiba bayangan wajah Raka yang mengomel layaknya ibu-ibu berputar di kepalanya
"Seblak itu gabagus untuk kesehatan! Apalagi pedes kaya gini!"
Ia jadi senyum-senyum sendiri memikirkannya
"Neng ini,jadi lima belas ribu"
Ia menyerahkan uang pas dan menerima pesanannya "Terimakasih banyak ya mang"
"Iya neng sama-sama"
Hidungnya mengerut mencium aroma pedas yang menyeruak dari balik bungkusan plastik yang Ia pegang
"Pedes banget,lambung aman gak ya? Ah gas aja deh"
Amanda melangkah menyusuri jalan,suasana sore ini cukup menyenangkan. Melihat para pengendara yang mengemudikan motor mereka membuat Ia meringis mengingat kejadian kemarin
"Mana belum ganti rugi gue"
"DORRR!!"
"ANJING!!"
Cewek itu memejamkan mata sambil mengusap dadanya kasar,sedangkan Zean tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal Amanda
"Ciee kaget"
"Contoh anak bangsat ya elo Ka"
Zean semakin tertawa mendengar itu "Santai aja dong bu,ngegas amat sih?"
Amanda kembali berjalan tanpa memperdulikan cowok yang sedari tadi masih menggodanya
"Mau kemana lo sore-sore gini?""Ga takut di culik?"
"Yaelah mendadak bisu"
Amanda berhenti melangkah lalu memutar seratus persen tubuhnya menghadap ke cowok itu
"Brisik! Mulut lo bau ngomong terus!"
Zean menatap tak terima "Hidung lo deket mulut!"
"Bacot!"
"Gapapa yang penting ganteng"
"Pe-de"
"Ngomel mulu mau PMS apa ya?"
"Gimana ga ngomel kalo dikagetin tanpa bilang-bilang!!?"
Cowok itu menggaruk rambutnya pelan "Ya kalo bilang mah buka ngagetin dong?"
Amanda tersenyum kikuk lalu mengangguk kecil "Iya juga sih,hehe"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Raka
Fiksi UmumAmanda sebenarnya tau perasaan apa yang Ia miliki untuk si raksasa yang terserempet itu. Namun egonya menepis segalanya. Gengsi kan kalau seorang Amanda harus mengakui perasaannya.