Bagian 24-Nasihat Mia

29 4 0
                                    

"Amanda"

Amanda menoleh,menatap Mia menunggu perempuan itu melanjutkan kalimatnya

"Jangan dulu nyerah"

Perempuan itu mengernyit tidak mengerti dari makna kalimat yang Mia lontarkan,

"Nyerah apa nya Mba? Aku lagi ga lomba tuh"

Mia mendengus,sebelum kembali berkata Ia meneguk minuman rasa jambu dalam kemasan kesukaannya

"Jangan dulu nyerah soal perasaan Kamu ke Raka."

"Nyerah? Engga tuh ya. Aku kan sama Mas Raka emang ngga ada apa-apa"

"Kamu kalo terus-terusan ngelak makin kelihatan bego nya tau."

Amanda menatap tak terima. Ya meskipun dirinya sedikit mengakui kalau Ia tak pandai dalam berbohong tapi tetap saja rasanya menyebalkan dihina secara terang-terangan

"Aduh Mba jadi bimbang sendiri sama kalian. Sebelumnya mba minta maaf kalo Mba kesannya terlalu ikut campur sama hubungan kalian. Tapi menurut Mba,Kamu gaboleh berhenti cuma sampai sini Amanda"

Amanda menatap tepat pada manik mata Mia "Mba,Aku kan udah bilang dari sejak awal. Aku sama Mas Raka itu cuma sebatas hubungan bertetangga,lagi pula kan Mba denger sendiri waktu Mas Raka bilang udah anggap Aku seperti adiknya sendiri. Jadi ngga ada alasan untuk Aku merasa spesial." Kata Amanda

Mia menghembuskan napas,yang satunya terus-terusan mengelak,yang satunya tidak peka. "Kalo kaya gini sampe spongebob ngelahirin juga ngga ada ujungnya"

Hampir saja tawa Amanda meledak jika tak mengingat pipinya sedang sakit sekarang

"Menurut Mba,Raka itu cuma belum yakin sama perasaannya sendiri aja"

"Tapi menurutku Mas Raka itu bukan belum yakin. Dia pasti sangat sangat yakin tentang perasaannya ke Riana Mba. Mungkin di satu sisi Dia ngerasa ngga enak buat jauhin Aku karna Aku udah lama deket sama Dia. Tapi disisi lain Dia juga ga enak sama Riana karna terus-terusan deket sama Aku"

Mia mencebik "Ah. Kamu pesimis banget! Sekarang logikanya gini ya,Kamu jauh lebih dulu ketemu sama Raka di banding si Raina-raina itu"

"Mba.. Lebih dulu ketemu ngga menjamin perasaan. Aku itu cuma jadi beban buat Mas Raka,Aku gamau kalo sampe jadi penghalangnya Mas Raka buat deket sama Riana,Mba. Aku cukup sadar sama sikap bodohku kemarin yang terang-terangan nunjukin kalo Aku ga suka sama Riana,padahal Dia bermaksud baik.. Dia selalu negur Aku tapi malah Aku maki-maki"

"Amanda,cinta itu butuh perjuangan! Masa iya Kamu mau nyerah cuma karna Riana sih! Sedangkan Kamu udah punya posisi yang spesial di hidupnya Raka,Kamu itu tiga kali atau bahkan lebih di atas Riana. Mba yakin kok kalo Raka juga pasti milih Kamu dibanding Dia"

"Terserah Mba deh mau komentar apa,tapi yang jelas setelah ini Aku bakalan jaga jarak,Aku harus lebih banyak sadar diri Mba."

Perempuan itu menunduk dengan sorot kesedihan yang terpancar dari matanya

"Aku keliatan banget berharap sama Mas Raka ya mba..?" Amanda menyerah untuk mengelak lagi dari Mia,

"Denger Mba ya! Kalo Kamu berharap ke Raka itu wajar seratus persen. Seratus persen wajar!!! Karna Raka memperlakukan Kamu itu dengan lebih,Mba juga kalo ada di posisi Kamu bakal ngelakuin hal yang sama kok! Emang Rakanya aja minta di pites,Mba aja sebagai penyaksi hubungan kalian udah bener-bener Muak sama Raka yang selalu ngelak. Apa harus nunggu sampe pohon pisang berbuah apel dulu baru dia peka?"

"Tapi disini Aku juga salah Mba. Coba aja dari awal Aku bisa lebih ngejaga jarak dari Mas Raka,coba aja dari awal Aku ngga banyak bergantung ke Mas Raka. Pasti perasaan Aku ga akan sejauh ini,Pasti Aku ga akan terluka."

"Sekarang keputusan ada di Kamu,Amanda. Kamu bisa pilih untuk terus perjuangin Raka atau berhenti seperti yang Kamu pikirkan sedari tadi. Tapi kalo emang Kamu mau berhenti Kamu harus benar-benar yakin. Usaha yang Kamu lakukan harus maksimal,jangan karna Raka bersikap manis sedikit Kamu langsung goyah,pertahanan yang Kamu udah buat selama ini runtuh gitu aja."

Amanda mengangguk pelan "Aku bakal usaha.. Kalo emang Mas Raka bukan orang yang tepat,Aku bakal coba buka hati untuk orang lain. Aku gabisa selamanya terus-terusan kaya gini..Kalo Mas Raka bisa bahagia tanpa Aku,berarti Aku juga bisa bahagia tanpa Mas Raka. Ya walaupun Aku tau ini semua pasti bakal sulit banget dilakuin. Tapi Aku yakin,ini cuma soal waktu. Waktu yang bakal bawa Aku untuk versi diriku yang lebih baik meski tanpa Mas Raka"

Mia menahan air mata yang sudah siap menetes. Ia tidak tau bahwa Amanda akan sedalam ini mengenai perasaannya terhadap Raka. Melihat Amanda seperti ini rasanya Ia ingin merobek wajah Raka agar cowok itu sadar,tapi Mia sadar bahwa Dia tidak bisa ikut campur lebih jauh atas hubungan Mereka

"Mba hargai keputusan Kamu ya. Mba bakal dukung apapun yang Kamu pilih,tapi inget saran Mba ya.. Sebelum buat keputusan pikirkan semuanya matang-matang. Jangan sampai keputusan itu buat Kamu menyesal nantinya"

"Iya Mba,makasih ya Mba Mia udah mau dengerin curhatan Aku,makasi Mba Mia selalu kasih nasihat-nasihat yang baik. Aku seneng punya tetangga sebaik Mba Mia,aku jadi ngerasa kayak punya kaka deh"

Mia mengangguk sambil tersenyum,bersamaan dengan itu air matanya menyeluruh,Ia mendekat kearah Amanda dan menarik perempuan itu ke dalam pelukannya

"Anak baik harus tetep semangat!! Mba selalu ada di belakang Kamu,apapun yang Kamu butuhin Mba bakal usahain. Jangan sungkan ya untuk cerita"

tok

tok

Keduanya menoleh kearah pintu dan menemukan Raka dengan kantong kresek di genggamannya

"Permisi,makanan datang"

"Apasih Kamu udah kaya tukang delivery aja." Sinis Mia

Raka melangkah masuk dan mengeluarkan kotak bubur dari plastik putih yang sedari tadi Ia pegang

"Makan dulu Amanda,"

"Tapi masih kenyang Mas"

"Makan bukan untuk kenyang. Tapi biar Kamu cepet pulih,biar perutnya keisi supaya kondisinya tetap stabil"

Mia melongo melihat sikap posesif pria itu

"Suka-suka Amanda dong mau makan kapan" Sindir Mia

Raka menoleh dan menatap santai "Suka-suka Saya dong mau nyuruh makan"

Mia tersenyum sinis "Emangnya Kamu siapa ngatur-ngatur"

Raka diam bingung harus menjawab apa

Amanda menyadari situasi berubah menjadi canggung,Ia menegakan duduknya "Mas Aka.. Suapin.."

Mia melongo,

Sedangkan Raka tersenyum kemenangan

Mia merutuki Amanda dalam hatinya

"INI KENAPA SAYA YANG JADI TUMBAL SIH!!!??"

Dasar Amanda. Tadi saja berkata ingin menjauhi Raka,namun melihat Raka di sindir saja jiwa tak teganya meronta-ronta.

Mas RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang