Prolog

2.5K 108 10
                                    

Hi, apa kabar?
Aku cuman mau bilang, semoga suka sama ceritanya 🙂
.
.
.
Song: Melanie Martinez-cake


00.Prolog

Happy Reading

Jingga mentari sore menerobos masuk melalui deretan kaca bening yang langsung menembus ke kelas 12A. Semilir angin di sore hari lumayan kencang, tapi tak masuk ke dalam, karena tertahan dinding-dinding yang bergeming diam. Riuh terdengar suara siswa-siswi yang berbaur dengan candaan. Tak lupa pula ejekan mereka sertakan.

Semua murid kelas 3 SMAN Eurora, sudah tak sabar untuk menyambut hari kelulusan besok hari. Penantian yang menghabiskan waktu tiga tahun lamanya akan terbayar keesokan paginya hanya dengan mendengar kata 'lulus' saja. Senyum di bibir semua murid yang berada di kelas 12A itu terus saja mengembang, tak ada satupun murid yang memasang raut wajah datar.

Lelaki berwajah tampan dengan rambut hitam legam yang disugar ke atas itu terlihat sedang sibuk mondar-mandir mengecek barang-barang yang sudah selesai dikerjakan. Dengan teliti, manik hitam nan tajam itu mengukur setiap ukuran antara satu balon dengan balon lainnya. Bahkan, ia sempat memakai rumus IPA hanya untuk memastikan bahwa semua balonnya berukuran sama.

Acara kelulusan yang akan digelar hanya mengusung tema sederhana. Seperti acara pengambilan raport biasa, karena terkendala oleh virus Corona.

"Edward! Sini!" seorang gadis yang mengenakan rok span di atas lutut itu melambai-lambaikan tangannya.

Edward Eguardo. Lelaki pemilik manik hitam yang merasa terpanggil itu gegas menghampiri seorang gadis manis yang terus saja melambai kearahnya.

"Ih! Buruan!" rengek gadis mungil ber-hoodie abu-abu yang agak kebesaran itu.

Edward Eguardo-Edo berlari kecil menghampiri gadis yang sekarang sudah mengerucutkan bibir mungilnya.

"Kenapa? Ada yang rusak? apa ada yang sobek?" Edo melirik meja yang penuh dengan pernak-pernik hasil kerjaan gadis ber-hoodie abu itu dengan teliti.

"Ih! Edooo!" gadis itu mendengus sambil menghentakkan kaki di tempat dengan mimik muka kesal. Namun, terlihat menggemaskan.

"Kenapa cintaku...." Edo menangkupkan kedua tangannya pada pipi tembem gadis yang ia klaim sebagai miliknya.

"Jangan itu mulu yang diperhatiin!!"

"Terus mau kamu apa? Hm?"

Gadis mungil itu mendengus kesal, dadanya naik turun tak karuan. Bukan karena deg-degan, melainkan karena sikap acuh sang lelaki yang sekarang sedang menangkupkan kedua tangan pada pipi gembul nya.

Gadis itu menunjukkan jari telunjuknya yang sedikit berdarah."Jari aku ke tusuk jarum... Emut!" pinta gadis itu manja.

Edo terkekeh pelan, gadis cantik di depannya ini sungguh menggemaskan.

"Gak mau! Kamu pasti habis ngupil, kan?" goda Edo, ia mencolek hidung mancung milik sang gadis.

"Ih! Edward gak boleh gitu... Aku marah nih!" kedua alis gadis mungil itu terus saja bertaut dengan bibir yang mengerucut.

"Udah jangan cemberut mulu. Aku jadi kepengen karungin kamu."

Edo meraih telunjuk yang mengeluarkan setitik darah itu, lalu mengemutnya pelan.

"Edwald cocuit bingits! Kalungin acu cekalang, aku ikhlas." bicara gadis mungil itu dengan nada suara yang imut.

Edo melepaskan jari telunjuk yang sedang diemutnya. Ia beralih menatap manik teduh milik sang gadis.

Night Girls (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang