22

119 21 0
                                    

Jangan buntuti aku, karena aku sudah tahu setiap gerak-gerik mu_WiwiSulastri_'''

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan buntuti aku, karena aku sudah tahu setiap gerak-gerik mu
_WiwiSulastri_
'
'
'

Happy reading


Mobil Nadia melaju dengan kecepatan pelan, Alva yang memegang kendali stir sementara sang empunya sedang pokus mengamati Edo yang baru saja keluar dari perusahaan.

"Buruan, Va!" pekik Nadia setengah berbisik, tak lupa pula tangannya dengan cepat memukul lengan Alva yang mencoba mengeluarkan mobil mewah itu dari deretan parkiran.

"Ck! Bisa diem gak sih?! Lo pikir nyetir gak harus pokus?!" Alva balik membentak. Namun, suaranya tak sampai terdengar ke luar. Bukan Nadia saja yang khawatir Edo akan melamar seseorang, Alva pun sama khawatirnya. Mungkin, rasa khawatir yang Alva punya lebih besar dari kekhawatiran Nadia.

"Itu Edo udah naik angkot!" tunjuk Nadia sesaat setelah Edo memasuki sebuah mobil berwarna biru pudar.

Mobil Pajero sport berwarna hitam milik Nadia mulai berbaur dengan kendaraan lain, lebih tepatnya membuntuti mobil angkot yang Edo tumpangi.

Edo yang duduk paling belakang, tepatnya dipojokkan tak menyadari jika sebuah mobil hitam sedang membuntutinya. Dengan senyum yang terus mengembang juga dengan hati yang berdebar-debar, ia memeluk dengan erat kantong plastik berwarna hitam yang isinya adalah sebuah baju khusus yang ia belikan untuk gadisnya.

Angkot usang itu menepi, dengan tergesa Edo segera berlari. Sementara dibelakang, Alva dan Nadia masih setia mengikuti.

Di bangku taman, dibalik semak yang lumayan menyeramkan, di tempat pertama kali ciuman pertama Edo direnggut, terduduk gadis mungil ber-hoodie abu dengan rambut yang tergerai. Edo tersenyum dari kejauhan. Ia sudah hapal dengan perawakan gadis mungil itu.

"Hai," sapa nya, tepat disaat kaki jenjangnya berhenti dihadapan sang gadis.

Wiwi yang semula tertunduk kini mendongak, matanya langsung membentuk bulan sabit saat bertatapan dengan Edo." Hai, kok udah sampe? Cepet banget."

Memang, Edo membuat janji temu pukul delapan malam, sementara sekarang ini baru pukul tujuh malam.

Edo menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia sendiri tak mengerti kenapa ingin sampai secepat ini." saya pulang cepet, makanya sampe ke sini juga cepet. Kamu sendiri kenapa udah sampe sini?"

"Rumah aku 'kan disekitar sini,"

Edo mendudukkan bokongnya disebelah Wiwi.

"Kompleks Eurora jauh loh, Wi. Kamu jangan becanda," tatapan kebingungan terus saja ia layangkan pada gadis disebelahnya.

"Eng...." pupil mata Wiwi bergerak liar seolah sedang kebingungan memilih kata apa yang akan segera ia ucapkan.

"Kenapa, Wi?"

Night Girls (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang