Deru nafas Giselle sangat kencang sesudah berbicara dengan sang psikiater. Sesi terapi saat ini merupakan yang tersulit yang pernah Giselle rasakan. Bagaimana tidak, Giselle baru saja mengingat pelaku yang membuatnya harus bermimpi buruk sejak SMA.
Anisa duduk kembali ke kursi kebesarannya sembari memberi beberapa resep obat untuk di konsumsi oleh Giselle. Melihat Giselle yang melamun, Anisa kembali bersuara "Bukan berarti orang yang merundung kamu sudah berubah sekarang lalu kamu seakan dipaksa untuk memaafkan apa yang dia perbuat"
Giselle menoleh ke Anisa "Maksudnya kak?" gadis itu bingung dengan ucapan Anisa.
"Saya merasa kamu cukup gelisah karena kenyataan orang itu berada disekitar kamu, begitu kan?" Giselle mengangguk meng-iya-kan.
"Apa yang kamu rasakan dulu valid dan jika kamu belum bisa memaafkan orang itu ya bukan masalah juga, yang harus kamu prioritaskan adalah kebahagian kamu sendiri" ujar Anisa lalu memberikan selembar kertas kepada Giselle.
"Tiap ada pikiran seakan perbuatan yang kamu rasakan akan datang kembali, coba peluk diri kamu sendiri dan bilang ke diri kamu 'tenang gi, itu hanya terjadi dimasa lalu aja' gitu" ucap Anisa.
Gadis itu beranjak dari duduknya lalu menyampirkan slig bag yang dia gunakan dan keluar dari ruangan.
Di luar ruangan terdapat seorang lelaki yang menemani Giselle untuk berangkat terapi. Awalnya gadis itu menolak tawaran lelaki itu, namun lelaki itu terlihat khawatir mendengar Giselle harus menyetir sendirian.
"Eh udah?" ujar lelaki yang tadi fokus bermain ponsel kini mengadahkan kepalanya menoleh Giselle.
"Habis ini ke bengkel ya" ujar Panji.
Benar. Panji yang menemani Giselle pergi terapi. Pasalnya saat di lift, lelaki itu berbasa-basi menanyakan ingin kemana Giselle, sama siapa dan menggunakan apa.
Awalnya Giselle menolak untuk diantar oleh Panji karena gadis itu berpikir suasana akan canggung. Namun mendengar itu, Panji berencana memesankan ojek online untuk Giselle. Nyatanya, Giselle setelah terapi ingin mengantarkan mobilnya ke bengkel untuk servis bulanan atas perintah sang Ayah.
Dan disini berakhir lah Giselle bersama lelaki itu.
"Yok gi ntar bengkel tutup nih" ujar Panji mengingat waktu sudah menjelang sore.
Saat keduanya di dalam mobil tidak ada pembicaraan tercipta, ditambah Panji menyambungkan spotify miliknya ke mobil milik Giselle. Hanya senandungan lagu dari Bruno Major dan Honne yang menemani keduanya.
Panji memilih diam karena dia takut ketika dia membuka suara maka akan membuat keadaan antara dirinya dan Giselle kian rumit. Sementara Giselle masih merasa kesal dengan Panji.
Giselle kini pura-pura sibuk dengan ponsel miliknya. Padahal kerjaan Giselle hanya membuka grup chat lalu membuka galeri dan begitu terus.
"Gue bawa ke bengkel langganan gue aja ya gi, soalnya di dekat bengkel ada tempat makan" ujar Panji yang dibalas anggukan oleh Giselle.
Saat Panji melirik Giselle dan kebetulan gadis itu melakukan hal yang sama. Istilahnya meraka berdua kepergok melirik satu sama lain.
Wajah Giselle memerah karena malu sementara Panji tersenyum lalu memegang leher salah tingkah.
Tak lama keduanya sampai di bengkel. Panji turun dari mobil dan menyuruh Giselle langsung ke kafe sebelah bengkel terlebih dahulu karena Panji ingin menemui montir dulu.
Kafe yang terletak samping kafe ini terlihat sangat lenggang, hanya 3 kursi yang terisi di dalam kafe sementara di area luar tidak ada seorang pelanggan pun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mistake [Jihoon x Giselle]
De TodoTentang Giselle Aeri Dayana yang belum damai dengan masa lalunya. Tentang Panji Marvin Hunanta yang menjadi mengikuti permainan dari seorang gadis yang tiba-tiba mengajaknya pacaran saat Pesta Halloween. Setelah itu muncul kesepakatan-kesepakatan y...