Cerita Produser

470 60 2
                                    

*
*
*
*

~Kavindra~


Gue anak pertama dari Papa Sadewa Maharaja dan Mama Mahadewi Yunira. Papa gue Tentara, sedangkan Mama lebih suka rancang bunga. Makanya, ulang tahun dia yang kemarin gue dan dua adek gue sepakat kasih toko bunga buat Mama. Tanpa sepengetahuan Papa, Mama dan keluarga yang lain.

Ekhemmm...

Gue tau gue ganteng. Tapi, kenapa harus hampir semua artis cewek yang kerja sama bareng gue ngajak pacaran, Risih tau gak!

Pengen rasanya gue layanin penyanyi cowok aja, tapi sadar lagu gue kebanyakan. Jadi butuh penyanyi lain.

Gue sebenarnya bisa aja kayak Satria, kelola perusahaan. Tapi ogah turun lapangan, mager. Kalau jadi produser kan enak, cuma duduk aja jadi. Tapi tidak segampang itu, nyari inspirasi buat nulis lagi itu susah. Tapi, hampir satu tahun ini ada seseorang yang bantu gue. Dia sepupu gue, Bumi.

Dia selalu kasih gue selembar kertas yang dia coret-coret dan akhirnya gue satukan jadi lagu. Entah itu emang dia sengaja bikin lirik lagu, atau dari kata-kata abstrak di otaknya. Dia itu sosok yang tulus, jadi gampang menggambarkan perasaan. Tapi sayangnya, dia gak pernah mau menggambarkan lebih dalam tentang dirinya. Bumi, seperti namanya yang luas, misteri nya pun seluas itu.

Kalau ada si ceria dan si jahil, maka ada juga si cuek. Dan itu adalah gambaran gue, Satria dan Sena. Gue yang selalu ogah ogahan dengan lelucon, Satria malah sebaliknya. Kalau Satria cenderung ketawa sampai ngik ngok maka Sena jahil-nya gak ketulungan. Ada aja tingkahnya yang bikin naik darah.

Balik lagi ke status gue sebagai seorang produser.

Awalnya gue takut buat ngutarain keinginan gue, setelah lihat Gala yang harus kubur impiannya. Tapi, niat itu kembali hadir setelah gue bicara sama Anta. Dan Anta ceritain soal keinginannya yang gak ditolak. Dia bilang..

"Bang Gala kayak gitu, karena itu udah jadi tanggung jawab nya. Kalau kata bang Gala, tanggung jawab udah di ambil alih sama dia berarti mimpi kita terjamin. "

Mimpi gue sama yang lain emang terjamin, tapi mimpi Gala sendiri? Tertinggal jauh di upuk barat. Gue terkadang merasa kasihan ketika liat Gala pulang dan ngeluh cape karena banyak meeting, gak ada yang bisa kita lakuin selain kasih semangat. Dan sisanya kita serahkan sama Satria yang punya posisi sama meski di bidang yang beda, dan Anta si Open minded akan ambil peran saat itu.

Satu lagi.

Gue gak suka di bilang 'Bang Gula' entah itu karena gue terlalu putih ataupun karena gue seumur sama Gala.

*
*
*
*

Dengerin kata pak Produser ya, jangan panggil dia Bang Gula. Kasian nanti di kerubungi semut.

M A H A R A J A [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang