Chap-8

350 39 1
                                    

Haii Haii! Aku balik lagii...

Maaf banget baru sempat mampir ke sini, aku lagi ujian jadi... Ya gituu agak kesita waktu. Hari ini aja baru selesai ujian Fisika'v

I wish you always happy, happy Reading!

*
*
*
*
Start!!
••

Setelah pulang menjemput Eyang, Bumi dan Sena bukannya pergi membersihkan diri tapi malah bermalasan di atas sofa ruang tamu. Posisinya sangat semrawut, Sena yang tergeletak dengan kaki yang menjuntai ke lantai, dan Bumi dengan posisi terbalik. Kaki laki-laki itu berada di kepala sofa, sedangkan kepalanya berada di bawah.

"Gue kangen Nadi, deh. " gumam Sena. Dia menggulir layar ponselnya, memperhatikan beberapa potret dengan sang Nadi. Tak bertemu selama empat bulan cukup membuatnya resah, karena biasanya Nadi akan menyempatkan waktu untuk menemui nya, tapi kali ini tidak. Sang pujaan tengah di hampiri banyak tugas, jadi tak bisa mengambil cuti begitu saja.

Bumi yang mendengar itu hanya berdecak malas. Bukan sekali dua kali dia mendengar monolog Sena tentang gadis bernama Nadi itu, bahkan Bumi pernah mendengar Sena berteriak dalam kamar dan mengutarakan rasa merindunya untuk sang gadis yang tentu saja tidak mendapatkan balasan. Kamar mereka kedap suara, tapi waktu itu teriakan Sena terdengar begitu jelas ditelinga. Bumi jadi bertanya-tanya, sekeras apa laki-laki itu berteriak sehingga bisa mengalahkan kamar yang kedap suara?

"Kali ini lo yang harus nyamperin, masa di samperin cewek terus. " Bumi melirik sekilas, "malu kali. "

Sena berdecak, "Mama gak bakal izinin, tau sendiri Mama gue kayak apa. "

"Emang nyokap lo, kayak apa? " tanya Bumi sedikit nyeleneh.

"Gue serius ya, nyet! "

Bumi melirik malas, "emang gue becanda? "

"Serius deh, kalo gue izin ke Mama terus bilang mau ke Jerman ketemu Nadi, pasti gak bakal di izinin. " lirih Sena. "Ya kecuali... Sama lo! " Senang melirik jahil pada Bumi.

"Dih, pergi aja sana sendiri. " Bumi melemparkan kulit kacang tepat mengenai wajah Sena, "gue gak mau ya anter lo terus berujung jadi nyamuk. "

Sena merubah posisinya, dia duduk tegap di sofa menatap serius pada Bumi. "Percaya sama gue, lo gak bakal jadi nyamuk. "

"Kenapa yakin banget? " Alis Bumi terangkat mendengar penuturan Sena.

"Ya kan lo cakep, bule-bule Jerman pasti mau sama lo. "

"Ogah! " balas Bumi malas. "Gini-gini gue setia! "

"Cih! Setia sama siapa? " Sena menaik turunkan alisnya menggoda Bumi, "Delta? "

"Setia nge-jomblo gue. Puas?! " sarkas Bumi karena merasa sedikit kesal dengan godaan yang dilontarkan Sena.

"Setia sama Delta juga gak papa kali, Abang dukung. " Anta tiba-tiba menyahut dari arah dapur, menundukkan dirinya disamping Bumi. Mengelus singkat surai yang sedikit panjang milik Bumi, "jangan terlalu benci, nanti makan ludah sendiri. "

Bumi memejamkan matanya saat tangan Anta mengelus rambutnya. Bumi tak akan marah jika orang-orang terdekatnya mengelus rambutnya, jika diperlakukan seperti itu, Bumi merasa sangat disayangi. "Jangan ngawur Bang. Benci ya benci, suka ya suka"

M A H A R A J A [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang