Chap-18

338 32 9
                                    

Sebelum itu, saya cuma mau ngetik
Happy 9th tujuh bujang sejuta umat 💜
Annive kedua saya bareng kalian, my forever love, my happiness, my safe place, my forever bestfriend and my everything ♡

I will never stop saying thanks you to you for bringing happiness to my life.

Terimakasih telah datang disaat masa sulit;)
Let's be happy together in the future!
Makasiii banyak-banyak(^_^♪)

.....
*
*
*
*
Start!!
**

(Banyak typo bertebaran, mohon koreksinya)
***


Ruang rawat Bumi kini ramai, seluruh keluarga berkumpul di ruangan luas itu─minus Nathan dan Dewa. Semua berbondong-bondong menjenguk Bumi, padahal Gala sudah menjelaskan jika tidak ada yang serius dengan penyakit Bumi.

Ya, namanya keluarga pasti khawatir. Tak peduli penyakit itu serius ataupun tidak.

Anna masih menggenggam jemari milik Bumi, tatapan khawatir masih kentara di wajah nya. Bumi jadi merasa bersalah di buatnya.

"Bun, Bumi gak papa. Udah dong, jangan murung gitu. " Bumi balik mengelus punggung tangan milik Anna, raut wanita itu masih dipenuhi kekhawatiran.

"Lagian kamu ada-ada aja. Jangan terlalu di paksakan sayang, belajar boleh tapi jangan berlebihan. " kata Anna, "se-khwatir ini Bunda sama kamu. Bunda gak bisa membayangkan kalo sesuatu yang terjadi sama kamu lebih dari ini, Bunda bakal kayak apa. "

Bumi terpaku.

"Bun, jangan aneh-aneh ah ngomong nya. " tegur Laskar. Pria berwibawa itu rela meninggalkan pekerjaan yang ia gotong ke rumah, niatnya ingin di selesaikan. Tapi, melihat anak bungsunya terbaring di rumah sakit, Laskar mengurungkan niat. Anaknya lebih penting.

Anna menghapus air mata yang entah sejak kapan telah menetes di pipinya, "maaf ya, bunda khawatir nya berlebihan. "

Bumi menggeleng, "gak ada yang namanya khawatir berlebihan dari seorang ibu untuk anaknya. "

"Kapan Bumi boleh pulang? " tanyanya lagi.

"Lusa. " jawab Gala.

"Ck, lama banget. Kenapa gak nanti sore aja, " decak Bumi. Dia tidak suka dengan suasana rumah sakit. Ya meskipun dia tau suatu saat nanti dia harus terbiasa dengan tempat bernuansa putih ini.

"Nah kan iya!" celetuk Gavriel, "lo tuh cuma kecapean, tapi di rawat nya lama. Aneh gak tuh? "

Bumi diam. Itu gak aneh Gavriel

"Gak papa. Biar Bumi pulihnya cepet, " sahut Satria. Laki-laki itu menyahut namun tatapan nya masih terfokus pada layar laptop. Sepertinya laki-laki itu sedang mengerjakan sesuatu.

"Oh iya, " Sena meringsek kedekat Bumi, "Delta bentar lagi nyampe."

Sekilas Bumi melirik ke arah Laskar, "siapa yang ngasih tau dia? "

Sena menunjuk Gavriel yang tengah asik menonton serial televisi, "tuh, bocah. Dia ngasih tau Delta sembari nyuruh si Hilma kesini juga. Biar ada temen nya katanya,"

M A H A R A J A [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang