Chap-22

572 42 13
                                    

baca untuk terakhir kali wqwq~
.
.
.

Sudah hampir dua minggu usai kejadian di pantai lalu, kini Gavriel dan Hilma kembali menunjukkan kedekatan setelah beberapa waktu menjelma seperti orang tak saling mengenal. Iya, Gavriel dan Hilma pernah ada di fase itu, bahkan Gerry dan Lutfi pun.

Beberapa waktu lalu, Hilma abai akan kehadiran tiga pria itu. Perempuan itu akan masuk kelas ketika lima atau tiga menit lagi bel akan berbunyi. Ketika istirahat tiba pun, dia akan segera keluar dan memilih bergabung bersama anak perempuan lainnya. Wajar sih, tapi ini sedikit agak aneh bagi mereka yang sudah tau sedekat apa hubungan Hilma dan ketiga laki-laki tampan itu. Dan ketika sedang jamkos, perempuan itu memilih menghabiskan waktu di perpustakaan. Sungguh bukan ciri khas seorang Hilma Aurora.

Tapi kini kedekatan itu sudah kembali. Hanya antara Gavriel dan Hilma. Sedangkan Gerry dan Lutfi, mereka biasa saja. Meskipun mereka berdua juga sering bertanya-tanya sejak kapan kedua manusia itu menjadi akur kembali? Apa yang mereka lewatkan?

Dan demi menuntaskan rasa penasaran nya, Gerry memilih untuk bertanya. Tapi sebelum itu, Gavriel sudah lebih dulu bersuara. Bukan pada mereka, tapi pada gadis berponi yang baru saja beranjak dari kursi nya.

"Mau kemana? " tanya Gavriel. Mata laki-laki itu benar-benar tertuju hanya pada Hilma.

"Ke perpus. " jawab Hilma sambil berlalu.

"Pulsek bareng gue! " teriak Gavriel, kontan membuat Gerry dan Lutfi berjengit kaget.

"OKE! "

Seru Hilma diiringi suara yang kian mengecil, karena perempuan itu menjawab sambil berlalu. Tak sedikitpun menoleh kembali ke belakang.

Bukan tanpa sebab Gavriel mengatakan itu sekarang. Karena dari waktu istirahat sampai jam pelajaran terakhir itu jamkos, Gavriel berpikir bahwa gadis itu tak akan berada dalam kelas dan lebih memilih menghabiskan waktunya di perpustakaan ataupun bergosip. Lagipula, setelah ini Gavriel dan kedua temannya berencana untuk ke rooftop, jadi kemungkinan mereka bertemu saat pulang nanti begitu kecil. Gavriel akan lupa waktu jika sudah singgah di rooftop, jadi bisa saja di mengabaikan jam pulang dan lupa pada gadis itu.

"Lo berdua kayaknya udah baikan, ya? " tanya Gerry to the point.

"Tuh anak lagi ada masalah, tapi sampe sekarang belum juga mau cerita. Gue cuma jaga-jaga, siapa tau dia tiba-tiba butuh temen cerita tapi bingung mau cerita ke siapa. " ujar Gavriel panjang lebar, setengah menjelaskan dengan apa yang tengah terjadi.

"Masalah apa? Keluarga? " tanya Lutfi.

Gavriel mengedikkan bahu nya tak tau. "Mungkin itu salah satunya. "

"Soal di club─"

"Kita harus denger langsung cerita dari sudut pandang dia. Gue tau, pikiran kita sama. Tapi, gue rasa gak ada salahnya kan kalo kita pura-pura gak tau dan tunggu dia cerita? " sela Gavriel. Lutfi yang perkataan nya terpotong memberenggut kesal, tapi setelah mendengar penjelasan Gavriel dia mengangguk tanda setuju dan mengerti.

"Dia lagi ada di fase tersesat dalam takdir dan jalan cerita hidup dia sendiri. " ujar Gavriel lagi, pandangan nya menerawang pada pintu yang baru saja di lalui gadis itu. Seolah-olah Hilma sedang berada di sana. "Jadi tugas gue disini cuma nunggu kapan waktunya dia mau berbagai cerita, supaya gue paham di mana letak ketersesatan itu. Gue juga gak mau langsung berasumsi gitu aja dengan apa yang telah gue dengar dan lihat. "

"Tujuan gue saat ini, gue cuma mau dia tau, kalo dia gak sendiri. Udah itu aja. " lanjut Gavriel diiringi helaan nafas berat. Memikirkan apa masalah hidup Hilma memang cukup menguras energi otak. Padahal masalah di keluarga nya saja masih cukup kelabu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

M A H A R A J A [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang