Chap-3

481 50 4
                                    

*
*
*
Start!!
••

Gavriel percaya keluarga nya karena Bumi juga percaya. Gavriel yakin jika dia selalu percaya pada keluarga seperti Bumi, maka dia bisa hidup setenang Bumi. Tapi agaknya Tuhan menakdirkan jalan yang berbeda pada Gavriel dan Bumi. Tuhan mempertahankan kepercayaan Bumi tanpa terkhianati, sedangkan kepercayaannya terhempas begitu saja.

Benar kata Bumi, Jangan terlalu percaya pada manusia.

Benar kata Bumi, Menaruh harapan kepada selain sangat pemberi harap itu keliru.

Benar kata Bumi, semua kata Bumi benar. Semua yang pernah Bumi katakan padanya benar, bahwa roda kehidupan memang berputar. Baru kemarin dia bahagia, namun sekarang dia terjatuh sejatuh jatuhnya.

"Lo boleh percaya sama manusia, tapi jangan terlalu berharap. Gue akui berharap sama manusia itu candu, tapi itu juga gak baik buat diri lo yang gak kuat sama konsekuensi. "

Itu kata Bumi dua hari lalu. Dan sekarang semuanya terjadi. Dia terlalu percaya sampai dia tak sadar bahwa selama ini dia di khianati. Orang-orang yang dia percaya ternyata mengkhianati. Kedua orang tuanya berbohong jika mereka selama ini baik-baik saja. Mereka hanya ingin terlihat sempurna dimata Gavriel, tanpa sadar telah membuat kebohongan yang tentu Gavriel benci. Gavriel benci kebohongan, dan orang tuanya tau itu.

Tapi kenapa? Kenapa selama satu tahun ini mereka bersembunyi dan memilih berbohong. Apa yang ada dalam pikiran kedua orang tuanya saat bersandiwara dihadapannya? Apa mereka bahagia melihat Gavriel tertawa di tengah ombak yang menerpa rumah tangga mereka. Jika mereka berpikir seperti itu, maka mereka salah. Gavriel tidak akan bahagia, bahkan tidak akan pernah bahagia.

Perdebatan kecil yang pernah Gavriel tangkap waktu itu ternyata bukanlah halusinasi, melainkan nyata. Tapi Gavriel terlalu menutup diri dan percya bahwa orang tuanya baik-baik saja. Yang nyatanya TIDAK. Kenapa Gavriel sebodoh ini? Kenapa Gavriel bisa selugu ini? Gavriel benci situasi dimana dia tak bisa mengendalikan diri.

Nafasnya tercekat, "Mi." Panggil Gavriel lemah pada wanita yang sudah 17 tahun membesarkannya. Mata wanita itu memerah menahan sedih dan amarah.

Tungkai Gavriel terasa berat, dia rasa kakinya tak akan bisa beranjak meski di seret sekali pun. Pandangannya mengedar, seluruh keluarga Maharaja berkumpul disini. Ini alasan Bumi memintanya pulang segera? Untuk memperlihatkan kebusukan kedua orang tuanya. Pandangan Gavriel bertemu dengan pandangan tajam Nathan. Pria yang selalu menjadi panutan seorang Gavriel Federick Maharaja.

"Kenapa? " Gavriel mencoba menetralkan suaranya yang sedikit tercekat. Papi nya pernah bilang, laki-laki gak boleh cengeng. "Kenapa kalian harus cerai? " Dada Gavriel kembali sesak mengucapkan itu. Kata cerai adalah kata pertama yang Gavriel dengar saat pertama membuka pintu utama. Dan dari situlah Gavriel sadar, keadaan sedang kacau. Dan penyebab nya adalah keluarga nya sendiri.

"Sayang.. " Tania meraih tangan Gavriel yang gemeter. Diusap nya tangan itu dengan sayang, "Mami gak punya pilihan lain. Papi sama Mami udah gak sejalan, El. "

"Terus mau ngorbanin El?! Ngorbanin rumah tangga yang sudah kalian bangun bertahun-tahun karena merasa sudah gak sejalan?!" Gavriel bertanya dengan nada menuntut. Dia tidak menyangka bahwa itu adalah alasan orang tuanya berpisah, cukup klise.

"Gak gitu sayang.. " tangan halus Tania menggapai rahang kokoh anaknya, dia tidak rela jika harus mengorbankan anak semata wayangnya.

Gavriel mendengus, kenapa sedari tadi hanya Mami nya berbicara. Kemana Papi nya? Menghindari anak sendiri? "El mau Papi yang jelasin!" tuntut Gavriel, memandang tajam pada mata Nathan yang tengah berdiri kaku di sebrang sofa.

M A H A R A J A [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang