Chapter sebelumnya udah di vote belum?, Kalo belum di vote dulu gih🤗
Happy Reading 💃
.
.
.
.
.Aurora berjalan dengan santai di koridor yang masih sepi, melangkah ke arah pintu belakang yang mengarah ke sebuah taman yang cukup luas. Tak terlalu jauh dari taman, tepatnya di seberang taman terdapat sebuah bangunan tiga tingkat dengan interior yang lebih sederhana namun tetap terawat dan indah.
Aurora terus melanjutkan jalannya ke arah gedung tersebut, yaitu gedung tempat kelas anak beasiswa berada. Sampai di gedung tersebut, Aurora langsung masuk dan berjalan menuju tangga. Tak seperti di gedung mahkota perak yang terdiri dari empat tingkat serta memiliki fasilitas yang lebih lengkap seperti ruang rekreasi, AC dan Lift, gedung kelas beasiswa hanya memiliki tangga dan kipas angin sebagai penyejuk ruangan.
Gedung beasiswa juga masih sepi karena masih berada di dalam kelas dan belum saatnya istirahat. Aurora sengaja keluar sepuluh menit sebelum istirahat agar dirinya terhindar dari masalah yang tidak perlu, seperti orang-orang yang nantinya akan mencarinya dan mengerumuni nya karna kepo dengan hidupnya.
Maka dari itu sebelum istirahat ia sengaja permisi keluar dengan dalih kebelet pipis ke Miss. Carina. Lagipula ia juga sangat bosan dengan pelajaran nya, tiga jam belajar matematika, pelajaran ilmu pasti, hal itu sangat lah mudah bagi Aurora.
Menapaki tiap-tiap anak tangga dengan santai tanpa ngos-ngosan seperti kebanyakan orang, Aurora sampai pada anak tangga terakhir. Di depannya terdapat pintu yang terbuat dari besi, Aurora membukanya dan beruntungnya pintu itu tak terkunci. Saat ia sampai di atap angin yang begitu sejuk menerpa wajah Aurora membuat suasana hatinya membaik.
Aurora berjalan ke tepi gedung, meletakkan tangannya ditepi pembatas yang hanya setinggi dadanya. Aurora benar-benar suka udara dan langit di zaman ini, udara yang sejuk serta langit yang membentang bewarna biru dengan dihiasi awan putih yang berbagai bentuk. Tak ada pohon-pohon buatan yang melayang di udara dengan lapisan plasma yang melingkupi akarnya seperti di zaman AZ, zaman nya dahulu.
Dan juga pada zaman ini, orang-orang tak perlu berburu Siput Bor yang mencuri plasma pohon-pohon di zaman AZ. Pada zaman AZ, Siput bukanlah hewan lambat seperti pada zaman masehi. Apalagi Siput Bor, siput pemakan plasma pohon yang sering mencuri dengan mengebor batang-batang pohon untuk menyerap cairan kehidupan didalam plasma. Dan kecepatan siput bor juga tak bisa dianggap remeh, jika di bandingkan dengan hewan yang ada di zaman masehi maka kecepatan siput bor setara dengan lari seekor Citah yang memiliki kecepatan maksimum 120,7 Kilometer per jam.
Sangat menakjubkan.
Aurora bahkan sangat tercengang waktu pertama kali mengetahui bahwa siput termasuk hewan terlambat di dunia Masehi. Sekaligus ia juga takjub dengan transformasi Siput tersebut. Aurora yakin sekali tak ada satu orang pun pada zaman Masehi yang berani memikirkan bahwa di masa depan Siput termasuk hewan tercepat. Jikapun ada orang yang pernah berfikir seperti itu, tapi Aurora juga sangat yakin bahwa orang tersebut tak pernah memikirkan hal tersebut menjadi kenyataan di masa depan.
So, Aurora tak berbohong tentang mengatakan lari Dommy, Jerry dan Erick yang lebih lambat dari seekor Siput. Aurora hanya mengatakan kebenaran.
Usai menikmati angin dan langit biru, Aurora menghubungi Mikkie yang berada dalam dimensi lewat fikirannya.
"Mikkie, kamu ingin keluar?" Tanya Aurora dalam fikiran nya.
"Ya, ya. Mikkie ingin keluar" Jawab Mikkie cepat dengan suara yang agak keras dalam fikiran nya membuat Aurora mengerutkan keningnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CHEATER'S SOUL
Diversos[ MURNI KARYA SAYA ] [ PLAGIARISME DI LARANG KERAS DI SINI ] Arhesa Aurora Aguilar. Gadis manipulatif dengan IQ di atas rata-rata dari Zaman AZ, zaman yang berada di masa depan. Gadis yatim piatu yang merupakan keturunan terkuat keluarga Aguilar...