Jimin yang lahirnya terlanjur kaya, membuat dirinya manja juga keras kepala. susah untuk dibantah, bahkan apa yang dia mau harus dia dapatkan, tak perduli dengan cara apa.
tinggal dengan bergelimang harta, orang tua yang romantis, keluarga yang harm...
"Ganteng, Gyu..ganteng banget.." jawab Jimin super jujur. Namun seokjin malah menatap Jimin jengah.
"Lagi luka-luka gitu, di bilang ganteng?? Mata sehat, Jim???" Tanya Seokjin
"Sangat amat sehat, eon..emang ganteng kok.." ujar Jimin
Nih penampakan Yoongi
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Walaupun dia berhasil bikin tumbang tiga pria, bukan berarti wajahnya bersih dari pukulan oke..dan karena kejadian itu, Cafe terpaksa tutup karena ada beberapa barang yang rusah dan harus diperbaiki.
Lagi asik memandang Yoongi. Pipi Jimin seketika memerah karena manik kucing Yoongi menatap dirinya secara tiba-tiba. Badan Jimin seketika kaku, jantung seketika minta surat ijin buat mandah ke lambung.
"Yoong..." Hoseok menatap Yoongi dengan lekat.
"Hem.." jawab Yoongi singkat.
"Ada yang aku lupa tadi.."
"Apa hyung, aku kepo.." Bukan Yoongi yang jawab melainkan Taehyung.
"Tadi..saat pria bau tanah itu berbicara, kau menjawabnya dengan kalimat super panjang, bahkan lebih panjang saat di kelas tadi..saat kau mengamuk pada Suran..Wow.. menakjubkan " ujar Hoseok dan berkat ucapan cowok Jung, Seokjin dan Namjoon seakan tersadar.
"Iya ya..Yoong, pengaruh Jimin besar juga ya..dari kau yang jarang banget terdengar suara, dan karena menyangkut Jimin. Kau bisa berbicara panjang dan cepat bak rapper kelas dunia.." Seokjin berujar jujur.
Jimin yang dengar itu, hanya bisa malu-malu itik dong. Karena dia loh, boleh bangga gak sih???
Yoongi hanya diam saja, namun sebenarnya dia juga bertanya pada dirinya sendiri, kenapa harus Jimin??? Apa yang sebenarnya terjadi padanya??? Apa yang salah dengan dirinya??? Siapa sebenernya Park Jimin, sampai dirinya pun seperti tak kenal dengan dirinya sendiri. Banyak pikiran dalam kepalanya, tapi karena ekspresi nya itu minus ekspresi, jadi tak ada satupun yanh menyadari itu semua.
