Penari

54 12 0
                                    

"Aku pulang!!"

Dari depan pintu aku melihat Ibu sedang memasak makan siang. Wangi bumbu dapur meresap ke dalam hidungku hingga membuat perut ini semakin berdendang.

Dengan cepat aku membuka sepatu dan kaus, lalu meletakkannya di dalam rak sepatu.

"Hey Ge... Kamu sudah pulang rupanya. Ayo cepat ganti baju. Setelah itu bantu Ibu menyiapkan meja makan karena Ayahmu sebentar lagi akan pulang." Kata Ibu sambil menumis sayur.

"Siapp Bu."

Aku bergegas ke kamar melewati tangga. Kamarku bersebelahan dengan kamar Ibu dan Ayah.

Rumah kami terbuat dari kayu yang sangat kuat berwarna coklat tua. Ayah bilang, rumah ini adalah rumah Kakek dan Nenek, dan diwariskan kepada Ayah. Rumah ini terkesan sudah tua. Desainnya berbentuk klasik. Namun kami tidak berniat untuk melakukan renovasi. Selain fondasi yang kuat, Ayah dan Ibu memang menyukai rumah model klasik. Aku pun demikian.

Rumah ini memiliki 4 kamar. Dua kamar di lantai atas, dan duanya lagi di lantai bawah. Ruangan keluarga terletak tepat setelah tangga menuju lantai atas. Di situ terdapat lemari yang dihiasi dengan piala-piala Ayah dan Ibu dan boneka-boneka ku sewaktu kecil. Di samping lemari, terdapat televisi dan meja khusus foto-foto keluarga kami. Sementara, dapur dan meja makan terletak di bagian kiri dari pintu masuk (ruang keluarga bagian kanan). Rumah ini sudah cukup luas bagi kami yang hanya tinggal bertiga.

Setelah 5 menit berlalu, aku keluar dari kamarku. Mengenakan baju oversize warna hijau tosca dan celana lumayan pendek untuk pergi membantu Ibu.

Aku menyukai baju-baju yang tidak terlalu menonjolkan lekuk tubuhku dan warna pakaian yang tidak mencolok atau cerah. Karena hal itu tidak cocok dengan kepribadianku. Cukup warna yang calm saja. Azeekkk..

Aku turun dari tangga dan berjalan menuju rak piring. Kuambil 3 piring makan beserta sendoknya. Lalu aku menata piring tersebut di meja makan. Ku ambil piring yang lain untuk meletakkan sayur, tempe goreng, dan sambal hijau.

Sementara itu, terdengar bunyi klakson mobil Ayah dan memasuki garasi mobil.

Ayah adalah seorang Kepala Bagian di Kantor Pertanian. Setiap jam makan siang, ia selalu menyempatkan waktu untuk makan siang bersama kami di rumah. Aku kadang berpikir, apa dia tidak merasa letih karena bolak-balik kantor dan rumah? Yaa, itu semua hanya untuk aku dan Ibu. Sungguh Ayah idaman.

"Wuiidiihhhh... Semua makanan sudah ada di meja. Aku sampai tepat waktu rupanya." Kata ayah sambil duduk di kursinya.

"Iya dong. Kan Master Chef kita tidak perlu diragukan lagi soal kecepatan memasak dan rasa masakan yang nikmat, bukan?" Kataku dengan nada guyon.

Ayah mengangguk dengan makanan memenuhi mulutnya. Ibu tersenyum malu mendengar ucapanku. Ia menyadari Ayah sudah melahap lebih dahulu makanannya. Ibu tertawa puas melihatnya.

"Selamat makan Ayah..." Aku dan Ibu serempak mengucapkannya.

Ayah hanya menyadari kesalahannya lalu memegang perutnya sebagai isyarat bahwa ia sangat lapar.
Hahhahahahahah... Ayah ada-ada saja. Aku dan Ibu pun mulai makan.

***

"Ayah berangkat ke kantor lagi ya Bu."

"Iyaa Ayah. Jangan lupa brownies kesukaan Ibu lohh."

Ayah mengangguk.

"Cieeeee.... Eheemmm."

Ayah dan Ibu tersenyum malu.

"Oalahhh... Sudah tua kenapa masih malu-malu sih?" Kata ku, mengejek.

"Gea, makanya cepat cari pacar sana! Aura jomblo mu terasa sampai sini tau. Hahahahahah becandaa."

PERCAYA ITU PENJARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang