Rindu

11 2 0
                                    

Aku terbangun dalam lamunan yang begitu dalam. Kembali menyadari duniaku yang sebenarnya. Pikiran ini membunuhku. Sedari tadi aku menangis hingga kepalaku pusing. Masalah ini aku ciptakan dari pikiranku sendiri.

Aku teringat pada Ayah dan Ibu yang mengajakku untuk minum sore bersama. Aku mengusap mataku dengan cepat lalu bangun dan membuka pintu kamar. Mendapati ruangan-ruangan yang gelap gulita. Ayah dan Ibu sudah tidur, rasanya sepi walau aku memiliki seorang kekasih. Aku ingin bercerita dan melepaskan keluh kesah pada dia, tapi aku tidak bisa egois untuk memintanya meluangkan waktu. Aku tahu dan mau berada di situasi ini jadi konsekuensinya harus aku jalani. Menjadi seorang yang terus memahaminya. Entahlah. Pikiranku hanya dipenuhi oleh seorang hamba Tuhan itu.

Aku menuangkan air ke dalam gelas, sambil berpikir apakah semua ini benar? Bukannya mereka adalah manusia yang pasti memiliki ketertarikan pada lawan jenis? Entahlah memikirkannya saja aku sangat pusing.

Tring

RareChat

10 Sept 2011, 02:40 AM

 +62825...: Selamat malam sayang❤️

Aku tersentak melihat RC dari Frater Nathan. Seketika semua pikiranku buyar. Hilang seketika, yang tersisa hanya betapa senangnya aku mendapat pesan darinya. Aku langsung menjawab RC dengan penuh semangat dan senyum yang lebar.

Me: haiii sayang, kamu sedang apa?  
        Hati-hati jangan sampai   
        ketahuan.

Aku senang sekaligus khawatir kami akan terkena masalah. Ditambah lagi peraturan dilarang membawa ponsel di biara dapat menyebabkan akibat yang serius. Jika ketahuan, akan dikeluarkan dari biara. Tapi kurasa situasi cukup aman, mengingat sekarang sudah larut. Pater tidak mungkin berjalan malam-malam begini.

RareChat

+62825...: iyaa sayang, kamu tenang saja. Aman kok. Sedang apa jam segini masih melek?

Me: sebenarnya aku tadi tidur lebih cepat dan sekarang bangun lebih cepat juga. Heheheheh...


+62825...: baiklah.. tapi bukannya Gea harus sekolah besok? Kamu harus berangkat jam berapa sayang?

Me: kami harus berada di sekolah sebelum jam 7:00 pagi.

+62825...: astaga, kamu harus tidur sekarang. Aku tidak mau pacarku terlambat besok.

Me: yaahhh, baru saja kita berbincang masa harus berakhir sekarang.. aku tidak mau, pleaseeee...

+62825...: kan masih ada hari esok sayang. Aku akan mengirim RC besok. Kamu jangan sedih dong.

Me: tapiiii....

+62825...: harus tidurrr Geaa. Jangan keras kepala sayangku. Lagi pula aku harus mengerjakan refleksi sekarang.

Me: yaahhh... baiklah... Bye sayang. Good night.

+62825...: good night sayang❤️

Gea menghela nafas panjang. Sebenarnya rindu belum terobati tapi aku harus mendukung dia menjalani panggilannya. Aku tidak ingin karena hubungan kami, panggilannya terganggu. Aku memutuskan untuk segera kembali ke kamar dan tidur. Hari esok pasti sangat melelahkan.

Tinn tinn tinn tinnn

"Astaga!"

Gea bangun serentak mendengar klakson motor Alfred. Gea melirik jam di ponselnya sudah pukul 06:45. Gea sangat terlambat. Ia segera keluar dari kamar dan menuruni tangga mendapati ibu yang sedang mencuci piring.

"Ibuuu, kenapa tidak bangunkan Gea sih.." ungkap Gea sambil berlari mengambil handuk di jemuran.

Ibu tidak menjawab perkataanku. Ia  tetap fokus mencuci piringnya seolah tidak ada yang berbicara dengannya. Aku tidak begitu fokus memperhatikan respon ibu, yang lebih penting bagaimana caranya aku membujuk bocah sok ganteng itu untuk menungguku berangkat sekolah. Aku keluar rumah dengan piyama dan rambut yang berantakan.

"Anjirr! Kaget aku! Kau memang tidak niat sekolah sekarang ya bocah! Sudahlah mendingan aku duluan saja!" Alfred kesal dan langsung menyalakan mesin motornya untuk berangkat lebih dahulu.

"Ehh, jangan dong... Pleaseee Alfred, tolong tunggu sebentar ya aku akan segera siap dalam 10 menit. Tegaaa kau kalau berangkat duluan." Aku memasang wajah penuh belas kasihan agar Alfred luluh.

"Baiklah... Ta.." ucapan Alfred sengaja dipotong Gea.

"Thanks a lot brotherrr." Ungkap Gea dengan senang hati dan langsung berlari masuk kembali ke dalam rumah.

Terpaksa aku harus mencuci muka saja dan langsung memakai baju seragam. Soalnya aku terlanjur memberikan tawaran yang merugikan diriku sendiri bahwa 10 menit lagi kami berangkat. Jadinya aku hanya menyisir rambut dan memakan roti selai keju yang telah ibu siapkan.

"Ibu aku berangkat yaa." Aku pamit sambil berjalan dan memasukan roti selai keju ke dalam mulut.

Lagi lagi ibu tidak menjawab ku sama sekali. Ah, mungkin aku saja yang tidak mendengarnya.

"Ckckckckc... Emang dasar bocah dekil. Ke sekolah cuma cuci muka."

"Bawel! Kau mau kita semakin terlambat yaa... Lagi 5 menit nih. Buruan!"

Alfred langsung menancap gas. Aku yang sedang memasukan satu roti lagi ke dalam mulut tentu tidak fokus. Akibatnya tubuhku hampir saja terpental ke belakang karena tidak menyangka Alfred akan menancap gas. Sontak aku memukul punggung Alfred dengan keras. Entahlah dari dalam helm pembalap ini apakah dia tertawa puas karena tingkahku.

PERCAYA ITU PENJARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang