Deep Talk

45 11 0
                                    

Frater itu sedikit kaget. Mungkin karena ia fokus pada pekerjaannya. Aku tidak ingin masuk ke dalam ruang Pastoran karena Frater itu sedang mengepel. Ia menyandarkan alat pel ke dinding lalu menghampiriku yang masih berada di depan pintu.

"Sore dik. Ada perlu apa ya?"

"Pater Hedi memintaku untuk mengambil kue tart yang ada di sini."

Frater itu hanya mengangguk dan segera mengambil kue tart dari dalam lemari.

"Ini kuenya."

"Terimakasih kak." Jawabku sambil menerima kue tersebut.

"Sama-sama."

Frater itu kembali melanjutkan pekerjaanya dan aku kembali ke Kapela dengan membawa kue tart yang dibungkus dengan mika ini.

Saat aku masuk ke dalam Kapela, semua orang sedang istirahat dan menyantap snack yang dibawa Pater Hedi.

Mereka melihat ke arahku dan menjadi girang saat melihat kue tart yang aku bawa.

"Woowww hidangan penutup akhirnya datang juga." Kata salah satu Frater.

Kami semua tertawa mendengar ucapan nya. Pater Hedi sampai menggelengkan kepalanya seolah memaklumi tingkah Frater didikannya.

"Kue tart akan dimakan setelah latihan berikutnya. Jadi, ayo semangat latihan ya..."

Semua orang menghela nafas kecewa. Aku tidak masalah soal itu. Karena pada akhirnya kue itu tetap dimakan. Hanya saja ditunda.

Saat aku hendak bergabung dalam barisan penari, seorang Frater memanggil namaku.

"Gea?!"

Aku membalikkan badan. Dan mendekati Frater itu.

"Ya?"

"Kau belum dapat snack kan? Ini snackmu." Katanya sambil memberikan sebungkus keripik singkong ukuran sedang.

"Oh iyaa.. Aku lupa. Terimakasih kak."

Aku menerima keripik itu dengan sedikit menundukkan kepala. Ia lalu pergi ke tempat anggota koor dan kami pun bersiap untuk memulai latihan.

***

Latihan telah usai. Kami pulang dengan membawa 2 potong kue tart di tangan. Kami berenam berjalan gerombolan sambil menikmati kue tart masing-masing.

Lili mencoba memulai topik pembicaraan dengan bertanya kepadaku.

"Ge... Kau kenapa bisa terlambat tadi?"

"Biasaa, ketiduran. Hehehehe..."

"Hmm... Sudah aku duga."

Aku hanya menggaruk kepala dan tersenyum tipis mendengar ucapan Lili.

Tiba-tiba Yana berteriak dan melompat kegirangan.

"Ada apa Yana? Kau membuat kami jantungan!" Kata Lili sambil memegang dadanya.

Kami semua penasaran pada apa yang akan dia katakan. Tapi, Yana terlalu senang sampai tidak berhenti melompat. Aku coba menenangkan dia dan memintanya untuk bercerita perlahan kepada kami.

"Aku baru ingat sesuatu. Kak Alfian tadi tersenyum kepadaku. Awww so sweet.."

"Hadeeuhhh... Aku kira apa. Ternyata cuma itu." Jawab Ella, kesal.

"Memangnya siapa Kak Alfian?"

Mereka serentak melihat ke arahku dengan ekspresi kaget.

"Bisa-bisanya kau tidak tau Kak Alfian... Dia itu yang wajahnya ganteng, sifatnya baik dan ramah. Pokoknya paket komplit deh." Jelas Nindi.

PERCAYA ITU PENJARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang