Aku tidak menyadari. Semua itu terjadi begitu cepat. Terasa pasti, namun di dalamnya terselubung misteri. Apalah arti kasih, jika terburu-buru ingin memiliki?
Setelah aku resmi berpacaran dengan Fr. Nathan, hari-hariku berubah drastis. Tidak ada lagi waktu tidur yang teratur. Belajar bukan lagi menjadi sebuah keharusan. Tak ada rutinitas mengomeli Ayah yang sering memakan tempe secara berlebihan. Karena aku sendiri tidak tahu apa yang Ayah Ibuku makan saat sarapan. Momen itu dilewatkan begitu saja karena aku selalu bangun kesiangan, tidak sempat membersihkan diri di pagi hari bahkan mungkin sampai lupa diri.
Alfred seringkali menegurku untuk merubah sikap dan pola hidupku akhir-akhir ini. Aku selalu mengiyakan tapi tidak direalisasikan dengan tindakan. Begadang menjadi waktu terbaikku karena hanya saat itu aku bisa berbincang dengan dia yang meracuni pikiranku
"Gea! Apa-apaan kau! Sudah satu bulan kau bertingkah seolah tidak terurus begini. Kau terlihat seperti gembel tau!" Alfred berteriak karena kaget melihatku yang berangkat sekolah asal-asalan.
Karena bangun kesiangan, aku lupa menyetrika baju dan tidak mengisir rambutku dengan rapih. Tapi menurutku penampilan ini rapih kok.
Aku hanya tersenyum lebar menanggapi amarahnya dan naik ke atas motornya dengan hati-hati. Melihat sikapku, Alfred malah semakin kesal.
"Kau memang sudah gila! Benar kata Laura, sepertinya kau harus masuk RSJ!"
Aku tidak menghiraukan perkataan Alfred. Intinya aku tidak ingin hari yang istimewa ini menjadi rusak karena omelan Iblis. Hari ini, aku dan Fr. Nathan genap 1 bulan pacaran. Rasanya sulit dipercaya aku bisa bertahan bersama pangeran seganteng dan berhati malaikat seperti dia. Hari-hari ku menjadi lebih berwarna saat dia hadir dalam hidupku. Tuhan jikalau Engkau mengizinkan, bolehkah aku terus bersamanya? Walau banyak yang menentang aku pasti tetap berjuang. Hehehehe.
***
RareChat
+62825... : Sayang, hari ini kan hari yang spesial untuk kita, aku ingin mengajakmu jalan-jalan keliling biara. Tapi kalau kamu sibuk, tidak apa-apa.
Me: Tentu saja sayang, aku akan datang.
+62825... : Baiklah. Tapi kamu tidak boleh datang sendiri. Ajak teman untuk ikut bersamamu. Karena, kamu tahu sendiri kan kompleks kita banyak mata-mata.
Me: Iya sayang♥️
Aku tersenyum bahagia sambil melompat kegirangan. Yess. Akhirnya aku bisa bertemu dengannya setelah menahan rindu selama seminggu tidak bertemu. Sepertinya perkataan Alfred benar. Rasanya aku mulai gila.
Secepat kilat aku mempercantik diri, memakai baju kasual, tidak lupa menyemprotkan parfum favorit ke segala arah. Sekali lagi aku melihat cermin, menatap pantulan diriku yang sudah terlihat sempurna dan memeriksa setiap detil penampilanku. Jangan sampai ada satu helai rambut yang keluar dari ikatan rambut.
Aku keluar dari kamar, dan menuruni tangga dengan penuh semangat.
"Wahh, anak Ayah mau ke mana?"
Aku hanya tersenyum pada Ayah dan Ibu yang sedang menonton televisi, dan tidak menjawab pertanyaan Ayah.
"Gea, kau mau ke mana? Baru saja pulang sekolah masa harus keluar lagi?" Tanya Ibu khawatir.
"Tenang Bu, Gea cuma pergi ke rumah Laura kok."
Helaan nafas Ibu terdengar berat dan kasar. Seperti ingin mengungkapkan sesuatu yang sudah lama dipendam namun tidak ingin merusak suasana dan semangat yang ia lihat pada wajah putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERCAYA ITU PENJARA
RomanceFrater, jubahmu bukanlah penghalang bagiku untuk mencintaimu. 🚫no plagiat #OriginalStory Kisah dan tokoh dalam cerita ini tidak dibuat untuk menyinggung pihak manapun. Pict From Pinterest Memori peringkat: #1 Frater #1 Katolik #1 Biara