Terlambat

41 11 0
                                    

Kami sampai di rumah. Ayah dan Ibu berjalan ke arah pintu sambil memelukku. Terasa hangat. Seperti meringankan beban yang terjebak dalam batinku hari ini. Ya. That's what families are supposed to do.

"Kamu mau makan apa sayang? Pasti Ibu buatkan." Tanya Ibu dengan lembut.

"Aku ingin makan, emm..." Sementara berpikir.

"Bagaimana kalau telur balado?" Jawab Ayah, bersemangat.

"Setujuu!!!"

Aku dan Ibu segera mengganti baju untuk mulai memasak. Sedangkan Ayah langsung duduk di meja kerjanya dan menyelesaikan dokumen-dokumen yang belum ditandatangani.

30 menit berlalu, telur balado ala Ibu akhirnya bisa disantap. Meja makan sudah aku tata dengan rapih. Nasi jagung, telur balado dan sayur kangkung (sisa pagi tadi) sudah disediakan di atas meja. Saatnya makan.

"Sebelum makan, kita berdoa dulu.
Dalam Nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, Amin. Bapa Kami...."

"Selamat makan."

Masakan Ibu luar biasa enak. Aku dan Ayah sampai tak bisa berhenti mengunyah.

Entah mengapa, dari kami bertiga, Ibuku adalah orang yang paling tenang dan tidak terlalu over ekspresif. Sama halnya ketika, makanan ini enak. Tapi jika melihat cara makan Ibu, kita bisa saja menduga rasa makanannya biasa-biasa saja.

"Akhirnyaaa kenyang juga... Istriku memang the best!"

Aku ikut mengacungkan jempol mengikuti Ayah. Ibu tertawa melihat tingkahku dan Ayah. Memuji masakan Ibu yang enak sudah seperti ungkapan terimakasih dari kami berdua.

***

Aku baru saja selesai mencuci piring. Ayah dan Ibu masih menonton televisi. Aku memutuskan untuk istirahat sebentar di kamarku.

Sekarang pukul 13:30. Pasti sekolah sedang ramai karena sekarang jam pulang. Para murid pasti sedang berdesakkan di depan gerbang. Seperti sedang berlomba siapa yang lebih cepat keluar.

Aku membaringkan badanku di kasur. Memainkan ponsel sambil mengecek Rare. Tepat ketika aku membuka bagian obrolan, muncul nomor yang tak dikenal mengirim sebuah stiker padaku.

Aku yang penasaran, langsung membuka obrolan tersebut. Dan ternyata itu adalah stiker kucing yang imut tapi mengeluarkan air mata seolah meminta belas kasihan. Satu pesan muncul lagi dari nomor yang sama.

RareChat: Bocil!! Bagaimana
keadaanmu?

Ternyata bocah menyebalkan ini. Aku melihat pesannya tapi tidak berniat membalas. Aku sengaja melakukan itu, supaya dikira sedang marah padanya.

RareChat: Woi!! Aku benar-benar ingin tahu keadaanmu.

Aku tertawa terbahak-bahak. Perasaan bahagia ini tentu ingin ku perpanjang dengan terus melihat pesannya tanpa membalas.

RareChat: Kau marah padaku? Aku
minta maaf Geaa... Please jawab pesanku...

Aku sangat puas membuat dia seperti orang bodoh saat ini. Ahahahahahahaah

RareChat: Ooohh... Kau sedang mengerjai aku kan? Okee. Kalau begitu, aku tidak akan menjelaskan PR Matematika padamu.

Aku yang tadinya sedang terbahak-bahak, menjadi super panik dan cepat-cepat membalas RC-nya.

RareChat: Hy Alfred.. I'm sorry, ponselku sedang eror. Btw, aku baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir. It's not your fault.

PERCAYA ITU PENJARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang