Aku berpamitan pada Om Jack dan Mama Rima untuk pergi ke biara. Kue brownies buatan kami, tidak sempat aku makan tetapi Mama Rima menyuruh Alfred untuk mengantarkan Kue yang telah ditata dalam mika berukuran sedang ke rumahku sekalian mengantarkan aku menuju biara.
Jarak biara SBM dari rumah Alfred cukup jauh. Membutuhkan waktu 5 menit jika berkendara dengan kecepatan 60 km. Alfred tahu biara tersebut. Sehingga kami tidak kesasar.
"Al, makasih ya. Thank you sooooo much. Byee..."
Aku langsung berlari masuk ke dalam biara dan meninggalkan Alfred sendiri tanpa menunggu jawabannya.
Alfred mengerti situasi ku saat ini. Lantas ia menancap gas dan pergi menjauh dari biara.
Saat aku sampai di dalam kapela, aku melihat sekeliling tak ada orang sama sekali. Tiba-tiba seorang menyentuh pundakku dari belakang.
"Hei dik. Kau cari siapa?"
Aku sedikit kaget sekaligus lega. Karena mungkin ia bisa menjawab kebingunganku saat ini.
"Emm.. Saya cari teman-teman saya kak."
"Ohh... Kau pasti temannya Laura. Mereka sekarang di ruang rekreasi. Mau ku antar?"
Aku mengangguk saja. Kami pun belok ke sisi kiri biara menuju ruang rekreasi. Sambil berbincang-bincang. Aku sedikit canggung dan merasa tidak nyaman. Karena kami cuma berdua di dalam sini. Jika ada yang melihat, mungkin akan tersebar gosip aneh yang merepotkan. Sebaiknya aku mempercepat langkah kakiku.
"Siapa namamu?"
"Namaku Gea. Kakak?"
"Saya Dika."
"Oh..."
Tiba-tiba Laura memanggilku dari lorong belakang. Suaranya yang melengking, bergema mengisi kekosongan biara yang sunyi dan tenang ini.
"Gea!!"
Aku dan Kak Dika serentak menoleh ke belakang dan berhenti sejenak.
"Tunggu aku! Kalian mau ke ruang rekreasi kan?"
Kami mengangguk. Laura mendekat lalu berjalan bersama kami.
"Kau habis dari mana?"
"Biasaa... Toilet."
***
Kami sampai di ruang rekreasi. Di dalam sini aku melihat Pater Hedi sedang berbincang bersama teman-temanku sambil menikmati jagung rebus.
"Selamat sore Pater..."
"Eh, Gea... Ayo masuk. Sebelum jagungnya habis."
Aku tertawa kecil. Tanpa ragu, aku masuk dan duduk di sebelah Yana dan mengambil jagung rebus yang masih panas itu.
"Laura kau tidak makan?"
"Bahh... Sudah tiga jagung masuk di perutku."
Kami semua tertawa lepas. Pater Hedi menggelengkan kepalanya namun juga merasa lega bahwa ternyata kami doyan pada jagung rebusnya. Heheheheh.
"Dika! Kenapa diam saja? Ayo masuk."
Aku baru ingat pada kak Dika. Aku tidak sadar bahwa dia hanya melihat kami dari depan pintu ruang rekreasi saja.
"I-iya Pater." Jawab Kak Dika, ragu.
"Mumpung kau di sini, beritahu Fr. Kristo dan lainnya untuk segera berkumpul di Kapela."
Ku kira Pater memanggil Kak Dika untuk diberikan jagung. Ternyata hanya untuk itu.
***
"Adik-adik, kalian sudah siap?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PERCAYA ITU PENJARA
RomanceFrater, jubahmu bukanlah penghalang bagiku untuk mencintaimu. 🚫no plagiat #OriginalStory Kisah dan tokoh dalam cerita ini tidak dibuat untuk menyinggung pihak manapun. Pict From Pinterest Memori peringkat: #1 Frater #1 Katolik #1 Biara