***
Ujian akhir sekolah akhirnya diadakan, yang itu berarti ujian nasional sudah berada didepan mata. Para siswa dan siswi kelas dua belas mulai keluar dari ruang ujian satu-persatu, termasuk Jaemin. Baginya, ujian seperti ini tak ada kesulitan apapun, semalam dia belajar sampai jam tiga subuh dan usahanya membuahkan hasil. Yang ia pelajari semua masuk kedalam topik pembahasan ujian.
Berhubung ia dan teman-temannya berbeda ruang kelas, ia pun berinisiatif menunggu yang lain di kantin sekolah. Suasana hari terakhir ujian kali ini lumayan sepi, hanya ada beberapa guru yang berlalu lalang hendak ke kantor menyerahkan kertas ujian dan semacamnya. Setibanya Jaemin di kantin, ia langsung mengeluarkan handphone dan mengetik berbagai huruf sehingga terbentuknya sebuah kata untuk ia kirim ke Jeha.
Jaemin
Gw tgg di kntin.Setelahnya, ia menyimpan kembali benda persegi mewahnya itu didalam saku celana. Kedua mata bulatnya terus memandangi area lapangan basket yang tak dihuni manusia satupun, suatu saat nanti Jaemin akan merindukan suasana sekolah ini, terlebih dia melanjutkan pendidikannya di Inggris.
Dengan sisa waktu seadanya, Jaemin memanfaatkannya sebaik mungkin. Menghabiskan waktu bersama teman-temannya, tentu juga untuk Jeha. Semuanya sudah tahu kalau Jaemin akan melanjutkan pendidikan di Oxford, reaksi mereka pun turut bahagia, kecuali Jeha, ekspresi gadis itu saat Jaemin mengatakannya membuat Jaemin berharap kalau Jeha tidak rela kalau Jaemin pergi dari sisinya.
"Enggak baik ngelamun ditempat sepi, Jaem," Lamunan Jaemin spontan buyar saat mendengar suara berat milik Jeno mengintrupsi gendang telinganya, tangan kanannya yang tadinya menyeka dagunya langsung ia jauhkan dan menatap Jeno penuh kesinisan.
"Lo enggak salah negur gue?" kata Jaemin.
"Why? Emang salah?" tanya Jeno.
Jaemin memutar malas kedua bola matanya dan kembali fokus pada pandangan awalnya, tak peduli dengan kehadiran Jeno. Sedangkan Jeno yang merasakan aura tidak bersahabat dari Jaemin malah cekikikan hingga membuat kedua matanya menyipit.
"Lo gila ketawa-ketawa gitu?" sindir Jaemin.
"Gapapa, lucu aja, kita udah mau selesai sekolah masih aja musuhan," ucap Jeno.
"Yang mulai ini semua, 'kan, lo," balas Jaemin.
Ya, Jeno tidak menyangkal ucapan Jaemin barusan karena itu benar adanya. Hal yang membuat mereka bermusuhan adalah hanya masalah sepele, yaitu saat Jeno lebih memihak pada Chenle yang saat itu adalah rival Jaemin dalam dunia bisnis. Jeno membela mati-matian Chenle karena Jaemin tidak mengakuisisi perusahaan Chenle, sedangkan Chenle terus-menerus mengatakan kalau dia tak sudih juga ingin bekerjasama dengan perusahaan Jaemin.
Hubungan Jaemin dan Chenle sempat renggang karena permasalahan itu, tapi mereka kembali seperti semula lagi karena peran kedua orangtua mereka. Kalau bukan atas perintah yang maha kuasa, mana mau mereka berbaikan seakan-akan tidak terjadi masalah apapun? Dan, tersisalah Jeno seorang diri yang menjadi musuh abadi Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Na Jaemin : Crazy Rich Jaemin [Completed]
FanfictionJaemin, sosok pria yang hidupnya dikelilingi oleh kemewahan dan juga harta. Kedua orangtuanya adalah pengusaha sukses, sedangkan Jaemin sendiri adalah satu-satunya pewaris didalam keluarganya yang otomatis semua harta milik orangtuanya jatuh di tang...