Surat itu sama sekali tidak disentuh oleh Harry, dibiarkan berada di mejanya sejak tiba. Dia menyadari tulisan tangan itu milik siapa dan langsung mematung di tempat, merasakan perutnya yang seketika melilit. Harry belum membalas suratnya yang lalu, jadi Draco pasti pasti sudah mendengar apa yang terjadi. Kalau bukan dari surat kabar, pasti dari Ayahnya.
Dia pasti begitu marah dan menulis surat pada Harry untuk memarahinya, atau lebih parah lagi, dia memutuskan hubungan mereka lewat surat. Karena tidak mau tahu apa yang dikatakan Draco, Harry hanya memandangi suratnya dari ranjangnya tanpa melakukan apapun.
Jadi begitulah surat itu berdiam diri, seperti mengancam Harry, dan menuduh serta menyembunyikan nasib Harry, sementara Harry terus menerus menghindari suratnya di ruangan yang kecil itu.
Walaupun begitu, saat dirinya mulai mendengar ribut-ribut di bawah, segera setelah keluarga Dursley pamit untuk pergi, Harry langsung menyimpan suratnya di saku.
---
Grimmauld Place adalah rumah yang kuno, suram dan dipenuhi oleh kepala-kepala peri rumah yang mengerikan; dan anehnya, Harry menyukainya. Dia melihat Sirius sekilas sedang duduk di sebuah meja dikelilingi oleh banyak orang sebelum Nyonya Weasley berdiri di hadapannya dan menyuruhnya untuk naik ke atas.
Dia segera disambut oleh pelukan Hermione segera setelah dirinya memasuki pintu lantai dua. Harry begitu terkejut melihat Hermione dan Ron sudah ada di sana. Rasa terkejutnya langsung berubah menjadi kesal begitu tahu bahwa mereka sudah ada di sana cukup lama, dan bahwa mereka sudah tahu lebih dulu soal Orde.
"Kalian tidak bisa memberitahuku lewat surat, apa?" tanya Harry, suaranya sedikit meninggi karena kesal. "Aku sama sekali tidak mendengar apa-apa dari kalian loh. Kalau bukan karena Draco, aku pasti sudah gila sekarang."
"Bukannya kebalik? Kamu gila karena Draco?" tanya Ron, yang langsung dihadiahi oleh tatapan tajam Harry. "Kami ingin memberitahumu kok, mate."
"Lalu, kenapa tidak kamu lakukan?"
"Karena Profesor Dumbledore membuat kita berjanji untuk tidak memberitahukannya padamu," Hermione mengaku.
Harry terkejut. "Profesor Dumbledore?"
Teman-temannya mengangguk. "Maafkan kami, Harry," ujar Hermione lagi.
"Sebentar," Harry bingung. "Aku tidak masalah, cuma aku tidak paham kenapa Profesor Dumbledore menyuruh kalian begitu. Maksudku, yang berhadapan dengan Voldemort saat dia kembali kan aku?"
Ron berjengit begitu mendengar namanya. "Kami juga tidak tahu, mate."
Harry menghela napas dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Suasananya tampak sesuram bagian yang lain dari rumah ini, bahkan pelapis dinding berwarna hijaunya sudah mulai mengelupas. "Jadi, bagaimana—"
Suara pop kecil membuatnya terkejut, diikuti oleh dua lengan berbeda yang mengalungi pundaknya.
"Harry, ternyata benar suara yang barusan kami dengar ini suaramu," ujar Fred.
"Kamu suka rumahnya tidak?" tanya George sambil mengedipkan satu matanya. "Ada baiknya kamu membiasakan diri di sini kan?"
Harry mengernyit bingung. "Maksudnya?"
Fred menyeringai. "Sepertinya dia masih belum tahu, ya, George."
"Sepertinya sih begitu, ya, Fred," jawab George. Dia kemudian menegakkan punggungnya dan berpura-pura memasang wajah arogan. "Ini adalah Rumah Bangsawan Terhormat Keluarga Black."
"Salah satu keluarga darah murni yang paling besar, paling tua, dan yang paling rumit," lanjut Fred, menemani George dengan ekspresi yang disombong-sombongkan. "Semua keluarga berdarah murni tinggal seperti ini Harry, jadi biasakan dirimu dengan debu-debu dan penggalan kepala para peri rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ The Owlery #2 (INA Trans)
FanfictionSetelah Harry dan Draco berpacaran dan menunjukkannya pada dunia, ternyata tidak lantas membuat kehidupan mereka jauh lebih mudah di tahun ke lima. . "Pacarku bukan seorang gadis. Pacarku Draco. Er, Draco Malfoy." Mata Ginny langsung membulat besar...