7 November, Selasa: Menusuk dari Belakang?

1.5K 241 30
                                    

Walaupun Hagrid sudah kembali, Harry tidak bisa menahan dirinya untuk tidak merasa khawatir saat dia dan temannya berjalan menuju pondok Hagrid. Pria besar yang ceria itu tengah menunggu mereka di tepian hutan, dengan bangkai sapi di pundaknya, menandakan bahwa Hagrid tidak mengikuti saran mereka untuk tidak melakukan hal yang aneh-aneh di hari pertamanya mengajar lagi.

Untungnya, Umbridge dan kardigan merah muda jeleknya tidak terlihat dimana-mana, membuat Harry, Ron dan Hermione bernapas lega.

"Kita akan belajar di sini hari ini!" seru Hagrid, tersenyum lebar dengan tangan yang menunjuk ke dalam hutan. "Karena mereka suka yang gelap-gelap!"

"Mereka?" tanya sebuah suara, satu-satunya peringatan yang didapatkan Harry sebelum ada sebuah tangan yang menggenggam tangannya. "Apa katanya tadi yang suka kegelapan?"

"Salazar, Draco, berhenti jadi bayi penakut begini kenapa sih," erang Parkinson, lalu menatap Harry. "Anak ini sekarang tanggung-jawabmu deh."

Harry menyeringai lalu menarik tangan Draco untuk berjalan mengikuti yang lainnya masuk ke dalam hutan. Hutannya gelap, walau masih siang. Suara-suara aneh dari kejauhan makin menambah kesan seram, membuat Harry yakin bahwa Draco bukan satu-satunya yang tengah ketakutan.

"Jangan belajar soal laba-laba dong, apapun deh, pokoknya jangan laba-laba."

Hermione tertawa. "Padahal banyak makhluk yang lebih berbahaya dari laba-laba, Ron."

"Contohnya si Umbridge," komentar Harry, sedikit kecewa karena gagal membuat Draco tersenyum. Harry lalu berbisik dengan lembut ke arah pacarnya, "Hagrid tidak akan melakukan apapun yang membuat kita berada dalam bahaya."

"Kecuali kalau kita bersikap tidak sopan dengan makhluk apapun yang akan ditunjukkan pada kita," gumam Ron.

Draco menatap Ron tak suka, namun tidak mengatakan apa-apa.

"Yang akan kita pelajari hari ini adalah makhluk langka," kata Hagrid dari arah depan. "Kurasa, akulah satu-satunya orang di Inggris yang berhasil melatih mereka."

"Kedengarannya menjanjikan," gerutu Parkinson. "Kita akan mati di tengah hutan, dimakan oleh makhluk langka."

"Ada cara mati yang lebih buruk daripada itu sih," komentar Zabini. "Misalnya, si Harry, yang habis gini akan kehilangan lengannya karena pacarnya tidak berhenti mencengkeramnya."

"Diam deh, Blaise," gerutu Draco, refleks melepaskan cengkeramannya pada lengan Harry.

Harry ganti menggenggam tangannya. "Jadi teringat sesuatu ya, kalau begini?"

Draco bergidik. "Maksudmu waktu kita kelas satu dulu? Amit-amit. Aku tidak mau lihat mayat makhluk yang lain lagi selain sapi di pundak Hagrid—Harry, kenapa Hagrid bawa-bawa bangkai sapi sih?"

"Untuk memberi makan makhluk yang akan kita pelajari, tentu saja," Zabini terkekeh. "Lihat deh, pasti makhluknya belum puas walau sudah menyerang wajah Hagrid."

Parkinson menatap Zabini, tampak tertarik. "Iya juga ya. Lihat deh wajah Hagrid, kok bisa banyak luka-luka begitu? Seperti habis bertengkar hebat dengan sesuatu dan dia kalah." Luka yang ada di wajah Hagrid saat hari Sabtu kemarin masih belum juga pudar, kini malah semakin terlihat memburuk, membuat Harry tadi makin khawatir soal apa yang akan dikatakan Umbridge terhadap Hagrid.

"Aku rasa, hal itu sama sekali bukan urusan kita," ujar Hermione.

"Semua hal di dunia ini adalah urusanku, Granger." Jawab Parkinson santai.

Hutannya menjadi gelap dan semakin gelap saat mereka terus berjalan ke dalam. Dan ketika mereka akhirnya berhenti, pohon-pohonnya tampak begitu berdekatan, dengan salju dan cahaya yang tidak bisa menembus dahan pohon, seolah hari sudah malam. Hagrid terlihat begitu nyaman, melempar mayat sapi ke tanah, lalu menatap gerombolan siswa dengan senyum tak sabar. "Ayo kumpul," serunya. "Aroma dagingnya pasti akan menarik mereka. Tapi aku akan tetap memanggil mereka, jadi mereka tahu bahwa aku sudah datang."

✓ The Owlery #2 (INA Trans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang