4 November, Sabtu: Pertengkaran Para Seeker

1.6K 245 14
                                    

Pagi saat pertandingan pertama Quidditch terasa begitu dingin, namun untungnya tidak cukup untuk membuatnya bersalju. Walau cukup untuk membuat napas Harry membeku saat dirinya dan Ron berjalan ke halaman untuk bertemu dengan anggota tim yang lainnya. Harry menatap temannya, khawatir karena wajahnya yang begitu pucat. Karena terlalu gugup, Ron sama sekali tidak menyentuh sarapannya. Melihat betapa pucat wajahnya, mungkin tidak mengisi perutnya adalah ide yang bagus.

"Kamu pasti akan baik-baik saja Ron," kata Harry lagi. "Rileks saja."

Ron menggelengkan kepalanya, komat-kamit, "Kacau. Pasti bakal kacau."

Tim mereka yang lain sudah berada di Ruang ganti, dan kini mereka semua tengah mendengarkan Angelina yang sedang memberi instruksi terakhir. Fred dan George bertukar pandang dengan Harry saat Ron terbalik memakai seragamnya, lalu menepuk punggung adik laki-lakinya itu.

"Mereka punya beater baru tahun ini," ujar Angelina sambil memeriksa selembar kertas perkamen. "Dua orang bernama Crabbe dan Goyle. Belum pernah dengar sebelumnya, tapi kelihatannya mereka tidak pintar."

'Well, agak tidak sopan juga ya,' pikir Harry, sambil bertanya-tanya apa dia tidak sengaja mengucapkannya dengan keras karena Angelina langsung menatapnya tajam.

Menyimpan kertas perkamennya di saku, Angelina terlihat begitu mengintimidasi, bahkan jauh lebih menyeramkan daripada Oliver Woods. "Musim pertandingan ini adalah pertama kali sekaligus terakhir kalinya aku jadi kapten, Harry, dan aku berencana untuk membuat Tim kita menang," kata Angelina, mengacungkan telunjuknya pada Harry. "Dan ini adalah satu-satunya pertandingan melawan Slytherin, dan kita perlu mendapatkan skor sebanyak-banyaknya. Jadi aku ingin kamu menangkap snitch-nya secepat mungkin."

Harry dengan bijak tidak menjawabnya kalau memang itulah tugasnya sebagai Seeker.

"Dan jangan berani-beraninya kamu tidak sungguh-sungguh melawan Seeker mereka," lanjut Angelina. "Apapun taruhannya."

"Apapun taruhannya?" ulang Harry pada Ron saat Angelina tidak mendengar. "Apa maksudnya?"

"Maksudnya tuh," ujar Fred tiba-tiba dari belakang. "Tidak peduli setelah itu pacarmu marah kek, memutuskan hubungan kalian kek, pokoknya kita harus tetap menang."

Harry menaikkan satu alisnya. "Konyol sekali."

George mengedikkan bahu. "Soalnya waktu itu pernah ada yang diputusin pacar karena Quidditch."

"Ini kan cuma pertandingan," kata Harry, memutar matanya saat si kembar memandang Harry kasihan dan pergi dari sana. Dia duduk di sebelah Ron dan terdiam untuk beberapa menit sebelum akhirnya menoleh pada teman di sebelahnya. "Tidak mungkin aku bakal diputusin, kan?"

Ron menatapnya, dengan wajah yang masih sedikit pucat, "Entahlah, mate."

"Tentu saja itu tidak mungkin," ulang Harry, mengangguk pada dirinya sendiri. Namun pikiran lain menyambanginya. "Tapi kemarin dia sedikit diam."

"Mungkin karena kalian kencan di perpustakaan."

"Iya sih," kata Harry, menjadi tenang. Namun lagi-lagi dia teringat sesuatu. "Tapi dia juga sedikit tegang."

Ron menaikkan satu alisnya pada Harry. "Kamu tidak tanya kenapa?"

"Tentu saja aku tanya, tapi katanya cuma karena tugas yang banyak," jawab Harry, mengingat Draco yang menatap buku-buku di atas meja dengan lelah.

"Ya berarti tegangnya memang karena tugas."

Mereka bisa mendengar suara langkah kaki para siswa yang memenuhi tribun, dan Harry mulai merasa gugup soal pertandingannya, mungkin tidak segugup Ron, namun lebih gugup dari biasanya. Saat pertandingan sudah akan dimulai, para anggota tim bersiap membawa sapu terbangnya keluar dari ruang ganti, kemudian disambut oleh suara sorakan para penonton. 

✓ The Owlery #2 (INA Trans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang