Saat anak-anak Gryffindor bangun, mereka mendapati pengumuman yang terpasang di papan Ruang Rekreasi, tepat di sebelah poster pencarian subjek tes uji coba yang ditempel oleh Fred dan George. Surat Keputusan Pendidikan nomor 24 tidak hanya membubarkan seluruh organisasi dan kelompok siswa yang ada, namun juga melarangnya, atau mereka terancam dikeluarkan dari sekolah.
"Sedikit kebetulan, ya?" tanya Ron saat mereka berjalan menuju Aula Utama.
Harry menggumam. "Iya."
"Pasti ada seseorang yang membocorkan," tambah Ron, sambil memutarkan kepalanya penuh curiga. "Hermione, kalau ada yang membocorkan, mereka akan bagaimana? Berjerawat?"
Hermione mengatupkan bibirnya. "Atau mungkin tidak muncul sama sekali."
"Bukannya kamu bilang kita akan tahu kalau ada yang membocorkannya?" tanya Ron.
"Kalau dia menulis namanya di kertas sih, iya," jawab Hermione penuh makna, membuat Harry mengernyitkan dahi sambil menatap Hermione tak suka.
"Aku tidak suka apa yang kamu maksud," katanya.
"Aku cuma mengatakan kemungkinan yang bisa terjadi, Harry," jawab Hermione serius. "Maksudku, masa kamu tidak khawatir dia tidak menuliskan namanya?"
"Dia malah akan khawatir kalau aku menuliskan namaku," jawab suara familiar di belakang mereka yang membuat kerutan di dahi Harry menghilang. Dia membalikkan badannya tepat saat Draco berhasil menyejajarkan langkahnya. Dia lalu berjalan di samping Harry. "Soalnya Harry kan suka sekali dengan wajahku. Iya kan, love?"
"Tentu saja," Harry mengakui, sambil tersenyum lebar. "Wajah tampan begini siapa yang tidak suka."
Ron menggeram. "Bisa tidak sih kalian sedetik saja tidak bermesraan? Malfoy, apa kamu—?"
"Apa aku membocorkan pertemuan kalian yang sama sekali tidak rahasia itu?" lanjut Draco yang kini sedang memiringkan kepalanya seolah berpikir keras, Ron mengangguk. "Entahlah, kubocorkan tidak ya," katanya menggumam.
"Pertanyaanku tinggal dijawab dengan 'Iya' atau 'Tidak', Malfoy." ujar Ron tegas.
Draco tidak menjawabnya dan malah menatap Harry dengan senyum lebarnya. "Sampai ketemu di kelas Ramuan, love." katanya.
"Sampai ketemu," jawab Harry, lalu menatapnya yang menjauh pergi dari situ. Harry lalu memandang kedua temannya, kemudian mendengus saat melihat raut wajah keduanya berubah jadi masam. "Kalian tahu kan, dia hanya sedang menggoda kalian?"
Hermione menyipitkan matanya. "Kenapa kamu yakin sekali?"
"Pertama, dia pacarku," jawab Harry. "Yang kedua, alasannya cuma aku yang tahu."
---
Lorong di depan Ruang Kelas Snape dipenuhi oleh siswa-siswa yang berbaris, sedikit aneh karena biasanya pintunya sudah terbuka sebelum kelas dimulai. Draco sedang mengobrol dengan Crabbe dan Goyle, ketiganya terlihat asyik. Mereka menghentikan obrolan mereka begitu Harry, Ron dan Hermione mendekat.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Draco, setelah melihat raut wajah Harry.
"Menurutmu dia tahu tidak?" tanya Goyle ke Crabbe, yang hanya dijawab dengan kedikan bahu.
Ron yang mendengarnya langsung bertanya. "Tahu soal apa?"
"Bukan apa-apa," jawab Draco cepat, namun tidak memalingkan wajahnya dari Harry. "Ada apa?"
"Hedwig," jawab Harry. "Dia diserang."
Mata Draco sedikit melebar. "Diserang? Bagaimana keadaannya?"
"Kata Profesor Grubbly-Plank, dia akan baik-baik saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ The Owlery #2 (INA Trans)
FanfictionSetelah Harry dan Draco berpacaran dan menunjukkannya pada dunia, ternyata tidak lantas membuat kehidupan mereka jauh lebih mudah di tahun ke lima. . "Pacarku bukan seorang gadis. Pacarku Draco. Er, Draco Malfoy." Mata Ginny langsung membulat besar...