Berjalan ke arah kelas Pemeliharaan Satwa Gaib dulu terasa seperti istirahat bagi Harry, tapi kini saat Hagrid menghilang, malah makin membuat suasana hati Harry memburuk. Dia sudah melewatkan sarapan dan makan siang untuk menyelesaikan tugasnya. Kelas Transfigurasinya jadi kacau karena dia tidak punya waktu yang cukup untuk berlatih Mantra Penghilang. Dan dia sadar bahwa besok juga akan sama saja karena sore ini dia harus menjalani hukumannya lagi.
Setelah mengumpulkan sketsa bowtruckle-nya pada Profesor Grubbly-Plank, Harry berjalan mendekat ke sisi Draco sementara Profesor tersebut memberi instruksi pada seisi kelas. Draco baru saja selesai berkata sesuatu pada Parkinson sebelum akhirnya berbalik ke arah Harry, senyumnya luntur begitu melihat Harry. "Kamu terlihat kacau." Katanya.
"Makasih loh."
"Ada apa?" tanya Draco, alisnya berkerut penuh khawatir. "Kamu baik-baik saja?"
Harry terdiam sebentar, tidak suka melihat Draco yang terlalu khawatir. "Baik-baik saja kok," jawabnya. "Cuma, tugasku menumpuk. Terlalu banyak yang belum selesai karena aku sibuk dengan hukumanku."
Draco membuka mulutnya untuk berbicara namun segera menutupnya saat Grubbly-Plank membagikan sketsanya pada para siswa untuk dibenarkan. Segera setelah Profesor itu menjauh, Draco menatap Harry lagi. "Hukumanmu selesai jam berapa memangnya?"
"Sekitar jam sepuluh malam," Harry menghembuskan napas lelah.
Draco menggumam. "Aku bisa menemuimu setelah hukumanmu selesai, jadi kita bisa mengerjakan tugas bersama."
Harry mengerjap ke arah pacarnya itu. "Serius?"
"Tentu saja, Scarhead," jawab Draco, seolah jawabannya adalah hal yang paling jelas di muka bumi.
Harry ingin mengatakan iya, namun sebuah pikiran menyambangi kepalanya. "Tidak usah deh," jawabnya, namun buru-buru menjelaskan saat Draco mengernyitkan dahi, "Kamu kan sudah membantuku mengerjakan esai Ramuan, aku yakin aku bisa mengerjakan yang lainnya sendiri."
Kini Draco mengangkat satu alisnya. "Kamu yakin?"
"Iya," Harry berbohong. Tugasnya memang sangat menumpuk, tapi dia tidak ingin membuat Draco tidur telat, atau melihat luka lecet di tangannya setelah hukuman selesai. Harry lalu berdehem. "Lagian, kita bisa belajar bersama saat akhir pekan, kan?"
"Iya sih," jawab Draco, masih memperhatikan Harry selama beberapa detik. Dia akhirnya mengedikkan bahu sambil mulai memperbaiki sketsanya.
---
Harry keluar dari ruangan hukuman malam itu sambil memperhatikan lukanya yang masih berwarna merah dan lecet. Kepalanya sakit penuh amarah yang meletup-letup untuk Umbridge, yang sekali lagi menyuruhnya duduk, sambil meminum tehnya di atas penderitaan Harry. Kini, saat Harry berjalan menyusuri lorong, dia bisa mendengar suara percakapan orang di kejauhan, membuat Harry berjalan mendekat ke arah sumber suara.
"Kamu tidak bisa melakukan itu!" Fred protes.
"Tentu saja aku bisa melakukannya," kata Draco dengan tenang. Punggungnya menghadap ke arah Harry sementara wajahnya terarah pada si kembar Weasley dan sekelompok murid kelas satu. "Jadi berikan padaku."
George menggelengkan kepalanya. "Tidak ada peraturan yang melarang untuk membuat suatu produk dan menguji-cobakannya ke seseorang. Aku tahu apa yang kulakukan."
"Prefek bisa menyita barang seseorang kalau barangnya dilarang—"
"Barang ini tidak dilarang!"
"—atau barang yang dianggap berbahaya," lanjut Draco tanpa keraguan sedikitpun. "Dan," dia lalu menunjuk satu siswa kelas satu yang kini sedang mimisan. "Kelihatannya barang ini berbahaya, jadi aku menyita semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ The Owlery #2 (INA Trans)
FanfictionSetelah Harry dan Draco berpacaran dan menunjukkannya pada dunia, ternyata tidak lantas membuat kehidupan mereka jauh lebih mudah di tahun ke lima. . "Pacarku bukan seorang gadis. Pacarku Draco. Er, Draco Malfoy." Mata Ginny langsung membulat besar...