14 Februari, Rabu: Permen dan Coklat

1.3K 224 48
                                    

Hari ini, Kamar Kebutuhan memang tidak dihias dengan bunga merah muda, hiasan hati atau semacamnya, namun hal itu tidak menyurutkan keinginan para anggota laskar untuk merayakan Valentine.

"Kita usir para Slytherin itu dulu," ujar Ernie, dengan kedua lengan menyilang di dada. Sebagian orang yang kini berkumpul di sisi ruangan memandangi sebagian sisanya di sisi lain, sambil sibuk mengangguk setuju.

"Buat apa?" tanya Goyle bingung, dia dan Crabbe sedang bergabung di kelompok Ernie, walau Harry yakin mereka tidak paham apa yang sedang dibicarakan.

"Oke lah, mungkin tidak perlu semua anak Slytherin," Dean memutuskan, namun segera menunjukkan ke satu orang, "Tapi Slytherin yang satu itu jelas harus diusir." Di sampingnya, Ron mengangguk setuju, dengan kernyitan kesal begitu mendengar kekehan para gadis untuk kesekian kalinya.

"Oh, yang ini untuk aku?" tanya Zabini, lagi-lagi menerima sekotak coklat, kali ini dari Parvati yang pipinya bersemu merah. "Terima kasih banyak, cantik," ujarnya dengan senyum yang begitu menawan, membuat gadis-gadis di sekelilingnya lagi-lagi terkekeh senang. 

Parvati menghela napas lalu kembali ke arah Lavender yang juga terlihat gembira, memberi kesempatan pada anak kelas empat Ravenclaw yang kini berganti mendekati Zabini untuk memberikan hadiahnya. Teman Slytherin gadis itu, yang resmi menjadi anggota laskar baru-baru ini, cuma bisa menggelengkan kepalanya.

"Apa kira-kira dia mau bagi-bagi coklatnya ya?" tanya Crabbe, sambil menggaruk dagunya. "Tadi aku lihat ada yang rasa Mint, aku suka banget."

Neville menghela napas sedih. "Zabini juga dapat coklat dari Hannah."

Jelas bahwa seluruh kelas tidak akan bisa berkonsentrasi, tidak ketika masih ada lima gadis dan tiga anak laki-laki yang antri untuk memberi hadiah pada Zabini. Jadi Harry akhirnya menghadap ke Hermione. "Kalau menurut jadwal, latihan kita bagaimana?"

"Kita sudah lumayan jauh di depan sih, jadi tidak usah khawatir." Hermione memandang jam dinding lalu bergumam. "Sebentar lagi juga waktunya habis."

Harry mengangguk dan menatap ke sekeliling ruangan lagi, mendengus saat menemukan gerombolan teman-temannya tengah memandang Zabini tajam saat Katie yang terlihat gugup memberinya sekotak permen. Mengabaikan yang lainnya, Cho dan Cedric sedang mengobrol satu sama lain di salah satu sudut ruangan, dengan gembira memakan coklat bersama.

Teman Cho, yang namanya antara Mariella atau Marietta, dengan bijak tidak berada di dekat kedua sejoli itu, dan memilih untuk berdiam diri di sudut yang lain. Wajahnya benar-benar masam.

"Jadi, hari ini kamu ada rencana apa?" tanya Hermione, menangkap perhatian Harry lagi. Hermione tersenyum menggoda. "Ini kan hari Valentine pertamamu dengan pacar."

Harry menggaruk lehernya. "Well, kami rencananya cuma latihan pertahanan kok, di sini," jawabnya, namun matanya tidak sengaja melirik ke arah tasnya, dimana dia meletakkan sekotak permen di dalamnya.

Hermione mengangkat satu alisnya. "Kamu mau duel dengannya di hari Valentine?"

"Tidak sih, tapi bagus juga idemu."

"Belajar apa memangnya? Mantra Reducto?" Hermione menatap gundukan debu di tengah ruangan, sisa dari boneka latihan yang diledakkan oleh anggota laskar malam itu. Tentu saja, Harry tidak menggunakan boneka itu saat berlatih dengan Draco, dan ruangannya juga menyediakan berbagai macam benda lain yang bisa diledakkan.

Harry menggigit bibirnya. "Patronus, sih."

"HAH?!" Hermione sedikit memekik, membuat seluruh ruangan menatapnya sampai dirinya meminta maaf. Harry mendengus. Hermione menatap Harry tajam sebelum berdehem. "Maksudku, kok kamu tidak mematuhi jadwal?" yang maksudnya adalah, dia komplain karena Harry tidak berlatih sesuai jadwal yang dibuat Hermione.

✓ The Owlery #2 (INA Trans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang