Kamar Kebutuhan itu begitu luas dan terang, dengan langit-langit yang begitu tinggi dihiasi dengan tempat lilin gelap yang elegan, seperti keseluruhan ruangan itu. Tempat dimana latihannya akan dilaksanakan telah diberitahu pada para anggota hari itu juga, dan tepat pukul delapan, seluruh siswa yang mengikuti pertemuan di Hog's Head lengkap berkumpul untuk mendengarkan apa yang Harry katakan.
Karena itulah, begitu terdengar ketukan pintu sekali lagi, semuanya mematung sambil memandangi Harry, Hermione dan Ron dengan terheran-heran. Hermione hanya bisa menghela napas. "Mereka telat."
"Siapa yang telat?" tanya Ginny kebingungan. "Semuanya kan sudah lengkap di sini."
Ron menggumam. "Belum semuanya sih."
Harry memutar matanya dan melangkah ke arah pintu, sambil memeriksa petanya untuk jaga-jaga sebelum membuka pintunya dan membiarkan empat orang yang berdiri di luar untuk masuk. "Kalian telat."
"Telat dengan keren," kata Zabini dengan seringaian lebar, membuat anak-anak yang sudah berada di dalam terkesiap penuh rasa takut. Zabini mungkin menikmati menjadi pusat perhatian, walaupun bukan perhatian yang sifatnya positif.
Parkinson mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. "Tempatnya tidak buruk juga, Potter," komentarnya, sambil mengangguk puas.
"Agak aneh sih," Goyle mengerjap, sambil mengamati anak-anak yang sudah ada di dalam. "Mereka kenapa sih?"
Crabbe mengedikkan bahu. "Sepertinya mereka cuma bodoh."
Ada kesunyian panjang sampai Harry berhasil mengunci pintunya lagi dan sekelompok anak Slytherin bergabung dengan anak-anak yang lain, membalas tatapan aneh yang lain dengan pandangan geli. Harry buru-buru berdiri di antara mereka sambil menghela napasnya lagi. "Oke, lanjut ya—"
Seperti yang sudah Harry sangka, semuanya mulai melayangkan protes.
"Apa yang mereka lakukan di sini?!" Fred tidak terima.
Dean mengerang. "Apa kita benar-benar ketahuan di hari pertama kita latihan?"
"Kan sudah kubilang, harusnya kita beritahu mereka sebelum ini," gerutu Hermione.
Harry mengedikkan bahu. "Aku tidak yakin anak-anak Slytherin mau ikut."
"Mereka tidak boleh gabung!" seru Zacharias, diikuti oleh seruan lain yang menyetujui.
"Kenapa tidak boleh?" sebuah suara lembut terdengar. Semuanya menoleh pada Luna, yang berdiri sedikit di depan dengan senyum lembutnya yang biasa. "Aku pikir pertemuan ini untuk siapapun yang mau belajar."
Lee mengerutkan hidungnya, terlihat jijik. "Iya sih, tapi masa ada Slytherin?"
"Mereka pasti akan melaporkan kita semua," gumam Ernie.
Goyle terkekeh pelan. "Bodoh sekali sih." katanya.
"Kan tadi sudah kubilang," tambah Crabbe, ceria.
Wajah Ernie sempurna memerah, mulutnya membuka lalu menutup lagi, sebelum akhirnya mengatakan, "Kalian harusnya melihat cermin!"
Setelah itu, kondisi ruangannya terasa semakin dingin. Dari sisi Slytherin, Crabbe, Zabini dan Parkinson menatap Ernie dengan tajam sampai Ernie mundur perlahan, sedangkan Goyle hanya mengernyitkan dahi. "Maksudnya aku harus melihat cermin dulu tuh, apa?" tanyanya, benar-benar terdengar tidak paham.
"Tidak usah dipikirkan, Greg," kata Zabini menenangkan, sambil menepuk-nepuk pundaknya. "Jelas sekali bahwa..." Zabini berhenti sejenak, sambil menatap Ernie, tampak berpikir, sebelum akhirnya menatap Parkinson. "Siapa sih nama anak itu? Tahu tidak?" tanyanya Serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ The Owlery #2 (INA Trans)
Fiksi PenggemarSetelah Harry dan Draco berpacaran dan menunjukkannya pada dunia, ternyata tidak lantas membuat kehidupan mereka jauh lebih mudah di tahun ke lima. . "Pacarku bukan seorang gadis. Pacarku Draco. Er, Draco Malfoy." Mata Ginny langsung membulat besar...