18 Mei, Sabtu: Sebuah Masalah yang Besar

1.6K 157 34
                                    

Pertandingan final Quidditch ditandai dengan Gryffindor yang kalah dengan telak. Fred dan George yang keluar dari sekolah setelah melakukan hal yang legendaris menyisakan lubang menganga karena tim Quidditch Gryffindor kehilangan kedua Beater-nya, ditambah dengan Seeker karena dengan perginya Dumbledore, tidak ada seorangpun yang bisa membela saat Harry dilarang untuk main Quidditch.

"Aku benci wanita itu," gerutu Harry pada Hermione, sambil menatap wanita jelek itu tak suka di pintu utama, berdiri di samping Filch. Mereka berdua sedang mengecek saku para siswa, mencari adanya Dungbomb, Stinkpellet, atau produk lain dari Weasley's Wizard Wheezes.

Si kembar menepati kata-katanya dengan memberi diskon pada siapapun yang membuat hidup Umbridge sengsara. Melihat wanita itu berlari-larian kemarin memang membuat suasana hati Harry membaik, tapi kemurahan hati si kembar memberi diskon juga menjadi masalah baru.

"Kudengar Parkinson kemarin seharian tidak masuk kelas," komentar Harry saat mereka tengah berjalan di tribun.

"Benar, karena dia tiba-tiba jadi punya tanduk," Hermione mengernyit. "Aku tidak masalah kalau misalnya hal itu terjadi pada anggota Inquisitorial Squad yang lain, tapi—" Hermione tidak melanjutkan perkataannya, karena Harry sudah paham.

Slytherin yang bergabung dalam Squad benar-benar membuat reputasi mereka jelek di mata yang lain, dan artinya, mereka juga menjadi target dari yang lain, bahkan melebihi Umbridge. Memang menyenangkan kalau yang kena kutukan adalah Nott, tapi kalau salah satu dari teman mereka begini?

Harry memandang ke seberang tribun Slytherin. Kerumunan dengan baju sewarna zamrud kini sedang sibuk bersorak, karena jika kali ini Gryffindor kalah melawan Ravenclaw, maka Slytherin akan berhasil menyabet Piala Quidditch karena poin mereka akan lebih tinggi. Pertandingan terakhir mereka melawan Hufflepuff benar-benar alot, karena kapten mereka, Montague, masih terbaring di Ruang Kesehatan setelah kejadian dia dimasukkan dalam lemari misterius oleh Fred dan George.

Untungnya, Slytherin berhasil menang karena Crabbe dan Goyle berhasil terus-terusan menyerang Zacharias Smith dengan banyak sekali pukulan Bludger sampai Cedric pun terdistraksi, membuat Draco langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk mengambil Snitch-nya dan membuat Slytherin menang telak.

"Berhentilah mencari-cari dia, nanti ada yang sadar," gumam Hermione dengan nada sedikit menggoda. Harry meliriknya dan mengangkat satu alisnya. "Kamu itu terlihat jelas kalau mencarinya, Harry."

"Bisa saja aku melihatnya karena aku kesal padanya."

Hermione mendengus. "Iya deh. Tapi asal kamu tahu, Lavender dan Parvati merasa kasihan padamu, soalnya kata mereka," Hermione lantas menirukan mereka. "sepertinya Harry masih cinta padanya walaupun dia sudah berkhianat."

Kemudian, suara membahana Lee Jordan yang mengumumkan kedatangan kedua tim menyelamatkan Harry dari kewajibannya menjawab Hermione. Namun Harry jadi berpikir, 'Cinta?' pikirnya, tidak fokus pada pertandingannya. Aneh sekali betapa kata itu terasa begitu berat, bahkan jika dibandingkan dengan nama Voldemort. Rasanya juga aneh karena Lavender dan Parvati mengucapkan kata itu dengan begitu gampangnya, padahal memikirkannya saja membuat Harry jadi malu sendiri.

Cinta. Itu adalah hal yang Dumbledore yakini telah menyelamatkan Harry saat dirinya masih bayi. Cinta yang dimaksudkan oleh Lavender dan Parvati adalah cinta antara dua orang seperti kedua orang tua Ron. 'Apa itu yang kurasakan?' pikir Harry sambil mencari Draco lagi, kemudian matanya berhenti pada sosoknya, bertepatan dengan satu gol yang membobol gawang dan sorak sorai dari para penonton. Bahkan dari jarak sejauh ini, Harry bisa melihat senyum ceria Draco. Senyum yang membuatnya kembali berpikir.

✓ The Owlery #2 (INA Trans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang